Kita

153 22 3
                                    

Aku pernah menuliskan kata

Ada "kita" dalam dua suku kata yang utuh

Tapi aku tidak paham

Bagaimana memahaminya,pun aku tak tahu caranya

Kita itu apa? 

Hanya sebuah kata ganti untuk kau dan aku

Atau memang sebuah perpaduan untuk kau dan aku?

***

Keluar dari sebuah kebiasaan dalam kesendirian, dan belajar membagi cerita dengan orang lain bukan hal yang gampang. Terlalu lama sendiri tidak serta merta membuat tindakan berbagi dengan orang lain sebagai sesuatu yang dirasa bebas. Keputusan dalam memilih untuk berbagi perjalanan hidup kadang malah melipatgandakan cemas dan kekhawatiran, yang kemudian terwujud lewat  rotasi pertanyaan tanpa henti. 

Memilih bahagia begitu mudah terucap tapi begitu sulit dibuat menjadi nyata. Tapi aku sudah membuat keputusan. Aku pilih bahagia dan aku pilih Joshua.  Aku tahu ini tidak mudah tapi aku mau belajar. Seperti katanya, "Kita jalani ini bareng-bareng, pelan-pelan." Dan aku memilin satu senyum kecil di bibirku sebelum mengambil semua barangku dan melangkah keluar dari rumah. 

"Hai..."

Aku menoleh segera dan mendapati Rain tengah berjalan di sampingku. 

"Oh hai," jawabku kaku, sedikit terkejut karena mendapatinya sepagi ini di di jalanan kecilku yang biasanya. 

"Nggak usa terlihat kaget begitu. Gue cuma kebetulan ngambil jalan ini aja dan lihat elo. Jadinya gue samperin. Gue ada kelas Prof Tatang pagi ini."

"Oh iya, aku juga."

Hening. Kami berjalan beriringan. Ketika sampai di Taman Jamur yang terletak persisi di belakang gedung kampus Sastra Inggris, dia membuka suaranya lagi. 

"Gue dimasakkin sarapan ni sama Jessica. Mau makan bareng nggak?"

Ajakannya membuatku semakin kaget.  Kenapa anak ini jadi seakan mau mengakrabkan diri? 

"Oh, ini sogokan. Gue mau nyontek PR lo sebenarnya. Ada tugas kan ya? Gue belom ngerjain sama sekali."

Tampang bersalahnya tergambar jelas. Ada perasaan tidak enak karena pendekatannya terasa aneh, tapi ada perasaan iba karena wajahnya terlihat memelas. 

"Aku udah sarapan. Aku bisa nunjukin PR-ku tapi hanya untuk dilihat sekilas ya, nggak buat dicontek semuanya."

Dia mengangguk cepat, dengan kami merapat ke bangku taman. Aku  mengeluarkan buku dan memberikan padanya. Hanya butuh kurang dari satu menit buku itu sudah berpindah kembali ke tanganku. Anak ini beneran niat mau lihat tugasku atau apa?

"Oh, ingatanku cukup bagus," lalu dia tersenyum kaku. 

Drrrttttt.... 

Hpku berbunyi dan tulisan satu nama di layar hp itu, serta merta menciptakan aliran menenangkan yang tak lazim. Aku melirik sekelas ke arah Rain, yang memandangku dengan ekspresi tak peduli. 

"Hallo..." 

"Hai. Lagi di kampus? Jam berapa kamu selesai kelas?" 

Tanpa basa-basi, tanpa sapaan formal. Hanya hai dan pertanyaannya yang menyenangkan. 

"Jam 1," jawabku pendek dan hati-hati.

"Aku tunggu di taman belakang gedung Mat ya nanti. Temenin aku belajar buat lomba. Have a great day, Clarissa."

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang