Aku dan Banyak Hal

285 40 4
                                    

"Sometimes fate or life or whatever you want to call it, leaves a door a little open and you walk through it. But sometimes it locks the door and you have to find the key, or pick the lock, or knock the damn thing down. And sometimes, it doesn't even show you the door, and you have to build it yourself. But if you keep waiting for the doors to be opened for you... I think you'll have a hard time finding single happiness, let alone that double portion."

Aku menutup novel Just One Year dari Gayle Forman itu dan merenungi semua yang sudah ku tempuh sampai pada titik ini. Terlalu sulit untuk mengkategorikan hidupku ke dalam jenis yang normal atau bukan. Dari kacamata orang luar, seperti yang banyak ku baca melalui Naver tentang kisah hidup keluargaku, aroma kata harmonis tercium begitu lezat walau tetap saja ada banyak komentar pedas. Dari kacamata minus 4 ku, rumah adalah sebuah kesendirian. Tembok tinggi, rak-rak buku yang tersusun indah, banyaknya jenis lampu, tamu-tamu asing, teriakan mama dan papa jika ada di rumah, pelukan kakak, dan kasur tidur yang empuk.

Oh ya, sudahkah ku ceritakan bahwa aku mengidap ochlophobia? Entah sejak kapan itu bermula, tapi aku tidak pernah diperbolehkan keluar dari rumah. Pernah dalam ingatanku saat aku berusia 10 tahun, aku menghadiri ulang tahun perusahaan. Dan aku histeris. Gelisah dan ketakutan ketika melihat sekumpulan wartawan mendatangiku membuatku berteriak sekencang-kencangnya. Aku pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Berita negatif menyebar begitu cepat "Putri Tunggal dari Purnama Haneul Wibowo Mengalami Gangguan Jiwa" "Putri Tunggal Keluarga Wibowo Sakit Mental", dan banyak berita lainnya.

Sejak saat itu, pintu-pintu tertutup semakin rapat, kamar tidurku terasa semakin pengap, dinding berbau lembab. Guru-guru asing mulai berdatangan. Banyak yang tidak kusukai. Kadang mereka terlalu cerewet dan mengatur. Dan aku selalu banyak membalas. Aku bahkan lebih banyak belajar lewat buku yang ku baca atau dari drama korea yang ku tonton.

Oh ya, dan dari kakakku. Aku dan kakak tumbuh dalam keluarga dengan berjuta-juta peraturan mengikat. Yang paling membahagiakan ketika dia datang adalah pelukannya, cerita-ceritanya, dan kekuatan yang ku ambil darinya. Kakak tumbuh menjadi anak yang sangat diidamkan papa dan mama; sempurna, pandai, berwibawa dan mengikuti aturan. Namun tidak denganku. Aku terlalu banyak bertanya dan meminta. Aku ketakutan tapi tidak pernah tenang. Aku sendiri tapi selalu berontak.

Alhasil, aku melewati hari-hariku dengan banyak imajinasi liar, menuliskannya, dan membukukannya. Aku merancang berbagai versi pelarian, membuat sketsa tentang hidup sendirian di sebuah tempat asing. Aku menuliskan nama-nama kota yang ingin kutuju. Aku bahkan belum pernah keluar dari Seoul. Walaupun begitu aku menguasai berbagai bahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu dari kedua orangtuaku malah sudah menjadi bahasa sehari-hari.

Aku sudah terlalu lelah. Aku menyukai kesendirian, tapi bukan dalam definisi "sendiri karena dikurung". Kelihatannya aku terlalu dimanja, dijauhkan dari keramaian, tidak boleh ini dan itu, harus begini dan begitu. Aku tahu mereka melakukannya demi kebaikanku, tapi siapa yang tahu apa yang terbaik buat kita kalau bukan kita sendiri. Aku membulatkan niatku untuk pergi dari rumah, karena rumah ini tidak terasa seperti rumah yang ku baca atau yang ku lihat di drama. Rumahku hangat tapi membuat gerah; kadang dingin tapi terlalu membekukan; kadang ribut tapi terlalu memekakkan telinga; dan kadang sepi tapi terlalu menakutkan.

Sampai akhirnya, dengan rencana dan kenekatan luar biasa, aku membuka dan melewati pintu itu. Sebulan lalu, aku memutuskan untuk kabur. Jam 2 subuh aku membawa semua barang yang bisa ku bawa, aku mengendap-endap melewati CCTV yang on 24 jam, mengelabui pengawal rumah yang tidak pernah senyum, dan berhasil memanjat tembok rumah yang menghasilkan banyak goresan di tangan dan kakiku. Aku berlari dan berlari sekencang mungkin. Demi Tuhan, aku bahkan belum pernah keluar sendirian dan lihat apa yang ku lakukan di pagi buta kala itu.

IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang