Conditional Sentence adalah kalimat pengandaian yang terbagi menjadi 4 tipe, dari tipe 0 - tipe 4. Tipe kedua dari jenis kalimat ini digunakan untuk mengekspresikan pengandaian terhadap situasi di masa sekarang, yang bertolak belakang atau tidak sesuai dengan kenyataannya. Struktur kalimat dalam conditional sentence tipe 2 menggunakan Simple Past Tense. "If I didn't come to that clinic today, I wouldn't meet him." Seandainya aku tidak datang ke klinik itu, pasti aku tidak akan bertemu dengannya. Kenyataannya, aku kesana, dan kami bertemu ...
---------------------------------------------
"Kamu kenal si Rissa?" dokter James bertanya langsung pada Joshua.
"Clarissa ..." Dia memanggil namaku dengan suara campuran lega dan senang. "It's SO nice to see you here."
"Syukurlah kalau kalian berdua saling kenal." Dokter James memutuskan tatapan tajam Joshua yang mengarah kepadaku.
Joshua langsung berlenggang santai ke arah si dokter dan memeluknya.
"Kamu benar-benar penyelamatku," serunya.
Aku memperhatikan adegan itu heran-heran ditambah wajah dokter James yang juga dibuat kebingungan dengan kata-kata Joshua.
"Apaan sih anak kecil ini. Aneh banget. Mumpung kamu lagi disini, dan sesi saya dengan Rissa juga sudah selesai. Kamu antar dia pulang ya."
Perkataan dokter James barusan menghantamku keras.
"Dok, nggak usa repot-repot. Saya juga masih ada urusan di sekitar sini. Saya bisa pesan Grab Car. Jadi tidak perlu repot-repot. Joshua juga baru saja datang."
"Oit! Kamu tahu namaku." Joshua berseru kegirangan sambil mengarahkan telunjuknya padaku. "Ini pertama kalinya dia manggil namaku, kak. Beberapa kali ketemu, aku dipanggil kamu, kau, mu, gitu-gitu aja. Nggak asyik banget kan kak."
Wajahku langsung memberengut mendengarkannya plus tawa ngakak dari dokter James yang tidak menyangka Joshua bisa bertingkah seperti itu.
"Ada-ada saja kamu. Sana antar Clarissa pulang. Jangan ditolak ya Clarissa. Kamu tahu sendiri keadaannya bagaimana. Saya pastikan Joshua akan mengantarmu selamat sampai tujuan."
Joshua kelihatan sangat senang dan bersemangat. Dia bahkan tidak berusaha menyembunyikan ekspresinya.
Yang malah terasa aneh bagiku, aku juga senang. Hadeeeh, apa-apaan ini. Ada perasaan malu dan senang bercampur baur jadi satu tapi proporsi senang malah lebih banyak, menekan malu jauh-jauh.
"Saya pamit, dok."
"Sampai ketemu lagi ya, Rissa."
Aku berjalan tegang mengikuti Joshua. Ketika dia membuka pintu penumpang yang ada di sampingnya, aku bergegas masuk melalui pintu belakang dan duduk disitu dengan tenang. Dia hanya memperhatikanku pasrah, dan menempati bangku supir.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BETWEEN
General FictionSebuah "in between" menempatkan seseorang di antara dua kondisi yang ekstrem. Kisah "in between" pun bisa berbeda versinya; ada yang bisa saja terhimpit pada rasa bahagia yang teramat kuat, pada kesedihan yang mencekam, atau ada pada kegelisahan ya...