EX - 2

1.9K 122 4
                                    

Hari ini adalah hari pertama Lia masuk sekolah setelah libur panjang paska kenaikan kelas. Sekarang dirinya adalah kakak kelas paling tinggi atau biasa di sebut murid paling enak.

Padahal kelas dua belas tidak ada enaknya sama sekali karena mereka di tuntun untuk ini dan itu melakukan ini dan itu. Belum lagi ujian dan printilannya serta praktek yang kadang bikin pusing. Bukan kadang lagi tapi emang pusing.

Di hari pertama ini di manfaatkan Lia untuk mencari tempat duduk yang akan menjadi singgah sananya beberapa bulan ke depan. Lia tidak lagi memilih duduk di barisan ke dua seperti kelas sebelas tapi ia memilih barisan akhir dengan Okta sebagai teman duduknya.

Di barisan ke empat ada Ririn dengan Lintang dan di barisan ke tiga ada Lio dan Agam. Ya, Agam. Siapa lagi memang yang mau menemani Lio selain Agam? Dari kelas sepuluh memang hanya Agam lah temannya,  tapi sekarang ada Lintang yang sudah mau membuka diri.

Lia menyolek pundak Ririn, Ririn menoleh, "Apaan?"

"Jajan, nyok," ajaknya pada Ririn.

Lintang ikut menoleh pada Lia yang sedang mengajak Ririn berbicara, "Nanti dulu lah, Ya. Gurunya aja belum dateng lo udah mau kabur aja."

"Hari pertama guru mana dateng, sih? Palingan nanti jam sepuluh itu juga paling nyari babu kelas." Okta menyambar. Yang di maksud babu kelas adalah ketua kelas beserta antek-anteknya yang akan membantu wali kelas untuk menertibkan kelas dan lainnya.

"Bahasa lo, kasar benar, Ta!" tegur Lintang.

"Ya emang benar sih, babu." Okta menjawab lagi.

"Bacot, ya, kelan! Ayo jadi jajan ga?"

Semua langsung menatap Agam lurus. Sejak kapan laki-laki itu bergabung dalam pembicaraan mereka?

"Lah, lo ngapa, Gam? Tumben banget ngajak jajan, biasanya juga makan buku, lo!" ini Ririn, sih cewe dengan mulut tajamnya yang kadang suka bikin manusia elus dada kalo denger omongan pedesnya.

Agam di depan hanya tersenyum.

"Yaudah ayo, lah! Lama banget pen jajan doang." Lia bangun dari duduknya namun tidak jadi ketika melihat seorang guru memasuki kelas.

Lintang tersenyum miring, meledek Lia dengan raut wajahnya.

"Batu sih gue bilangin." ujar Lintang membuat Lia kembali duduk di kursinya.

"Selamat pagi anak-anak!" sapa guru berbadan gempal dengan sanggul di kepalanya.

"Pagi, Bu!!"

"Perkenalkan, nama Ibu Marsih. Ibu adalah wali kelas kalian di kelas dua belas. Ibu tidak mengajar kelas kalian, Ibu hanya mengajar kelas sepuluh saja. Ada pertanyaan?"

Sekelas diam. Tidak ada yang membuka mulut karena mereka merasa memang tidak ada yang harus di tanyakan.

"Sepertinya kalian semua paham ya, termaksud dengan agenda kita selanjutnya yaitu pemilihan ketua kelas dan juga yang lainnya,"

"Ibu ga mau pakai cara yang lama, Ibu mau kalian lansung tunjuk tangan yang mau jadi ketua kelas, wakil, sekertaris dan bendahara." lanjut bu Marsih.

Para murid saling tatap, ragu untuk menunjuk diri. Tapi hal itu tidak di lakukan oleh Lia dan para temannya yang memilih jalur nurut.

Bu Marsih nampak diam, sepertinya cara seperti ini tidak akan bisa di pakai lagi di kelas dua belas. Marsih mengambil buku absen di atas meja yang mencantumkan semua nama-nama murid kelas XII IPA 1.

"Ternyata cara itu juga sama. Ibu yakin jika kalian semua tidak ada yang mau menjadi bagian kelas dengan alasan ribet. Ok, kalo gitu Ibu akan langsung tunjuk kalian secara acak dan tidak boleh ada yang membantah."

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang