EX - 17

635 48 5
                                    

Baru menginjakkan kakinya di depan pintu rumah, Lia sudah di suguhkan dengan perdebatan antara Lio dan Aruna. Lia menghela napas. Kali ini apa yang mereka ributkan?

Lia berjalan masuk, menatap kedua orang itu dengan tubuh yang ia sandarkan pada tembok. Matanya menatap malas suami istri di depan matanya.

"Mau lo apa, sih, Run... Gue udah lakuin semua yang lo mau, tapi lo masih aja bawel. Pusing, Run, pusing!"

"Aku cuma mau kamu fokus ke aku, ga usah ke yang lain. Aku ini istri kamu, Lio!"

Lio menghela kasar, "Gue fokus ke siapa, sih, Run? Siapa?" tanya Lio frustasi.

Aruna maju satu langkah agar lebih dekat dengan Lio.

"Abila!"

"Bisa ga, kamu stop cari tau keberadaan Abila? Bisa ga kamu stop lihat foto-foto kalian? Bisa ga kamu stay di kamar setiap malam tanpa harus keluar cuma buat ngeliatin akun instagramnya Abila! Bisa ga?!"

Lia yang melihat sekali gus mendengar memutar mata. Lihat, Aruna ternyata tidak pernah berubah jika soal keegoisan.

Lio memegang kedua bahu Aruna dengan emosi yang tertahan. Jika tidak ingat di perut Aruna ada seorang bayi, Lio sudah lepas kendali saat ini juga.

"Run, sadar. Abila itu Kakak lo. Dia orang yang rela kesakitan demi lo. Dan lagi, jangan lupain kalo kita nikah itu karena ulah lo. Ulah lo yang ga mau gue bahagia sama Abila," Lio mengambil napas.

"Lo yang buat drama ini berjalan. Lo yang stutradarai, lo yang kameramenin dan lo juga yang buat naskahnya."

"Lo tau, gue ga bahagia sama pernikahan ini. Bersyukur, gue mau nikah sama lo, Run. Berterima kasih sama anak yang lagi lo kandung, karena berkat dia, sekarang gue jadi suami lo." lanjutnya.

Aruna di depannya terdiam membisu. Bukan ini jawaban yang ia inginkan dari pernyataannya tadi. Bukan.

"Asal lo tau. Sampai detik ini, gue belum bisa lupain Abila. Abila masih orang yang namanya terukir di hati gue. Sampai kapanpun."

"Tapi aku-

Lia sudah tidak tahan lagi. Ia muak dengan ini. Ia kesal dengan Lio yang tidak bisa menghargai wanita. Memang betul jika perasaan tidak bisa di paksakan, tapi tidak dengan cara berterus terang seperti ini. Itu menyakitkan untuk Aruna.

Lia akhirnya memutuskan untuk mendekat pada dua orang itu, berdiri tidak jauh dari Lio dan Aruna berdiri.

"Lo berdua emang ga capek, ya? Berantem terus tiap hari. Gue aja yang lihat capek." katanya membuat Lio reflek melepaskan tangannya dari pundak Aruna.

"Ya... "

Lia menatap Lio, "Pembahasan lo setiap ribut ga pernah ganti, ya. Abila... Terus."

"Gue ga pernah larang lo berdua buat ribut. Tapi lo berdua sadar ga sih, di rumah ini bukan cuma lo berdua yang hidup, ada Mamah dan Papah yang pastinya dengar."

Mata Lia berganti pada Aruna, "Lo juga, Run. Kita semua kan tau kalo Lio emang masih berharap Abila datang dan kembali sama dia. Dan lo juga tau kan, kalo yang jadi istrinya itu lo, bukan Abila. Jadi stop lah bahas Abila di setiap pembicaraan kalian. Jujur, gue muak sama lo berdua. Gue capek dengar kalian aduk mulut terus."

"Tapi, Li. Lio udah keterlaluan. Dia ga ada waktu buat gue. Gue-

"Gue tau lo cemburu, Run." - Lia menatap Lio, "Tapi lo juga salah, anjing! Belajar lupain Abila dan bahagiain Aruna. Karena, saat Abila kembali belum tentu dia kembali ke pelukan lo. Jadi jangan jadi tolol demi cinta. Paham!" Lia berteriak cukup keras.

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang