EX - 24

588 40 2
                                    

"Gue duluan, Bang!" sambil berjalan keluar kelas Lia berteriak.

Lio hanya mengangguk sedangkan Okta berteriak memanggil nama teman sebangkunya itu.

"Buru-buru banget mau kemana dia, Yo?"

Lio menatap Ririn sebentar, lalu menjawab, "Kebelet berak."

Ririn membulatkan mulutnya.

Beralih pada Lia yang tengah berjalan menyusuri trotoar. Kini gadis itu terlihat tenang menikmati jalannya. Lia berhentikan langkahnya saat mendengar suara motor yang sudah tidak asing lagi di telinganya.

Senyum Lia mengembang. Itu, Haydar dengan motor metik kebanggannya.

"Selamat siang cantiknya aku."

Lia tersenyum malu, "Siang kembali, Idar."

Haydar masih mempertahankan senyumnya. Tangannya mengambil ponsel milik Lia dari saku celana bahannya. Menyerahkan pada Lia lalu di terima oleh gadisnya itu.

"Terima kasih udah mau jaga HPku."

Tangan Haydar terangkat, mengacak gemas rambut Lia.

"Aku yang makasih. Makasih udah mau titipin HPmu di aku."

Tau apa yang Lia lakukan? Lia tersenyum malu sampai pipinya memerah. Keduanya memang seperti itu, saling memberi pujian. Memberi perhatian satu sama lain dan merasa malu sendiri.

Satu bulan hubungannya berjalan dengan Haydar dan Lia sampai sekarang masih merasa malu jika di goda oleh Haydar. Maklum, namanya juga cewek.

"Ayo naik. Aku antar pulang." ajaknya.

Lia diam. Bibirnya saling berkantup tapi ada suara deheman imut yang keluar.

"Kenapa, hm?"

Gigi putihnya terlihat, "Mau jajan dulu, mau antar ga?"

"Hm... Mau jajan. Antar ga ya..." ledek Haydar.

"Ish, yaudah, ayo pulang aja!" kesel Lia.

Tawa Haydar meledak. Lia gampang sekali merubah moodnya.

"Uluh-uluh anak Mama Tasya. Ayo jajan, mau jajan apa?"

"Jajan es cream goreng di depan."

"Es cream goreng atau roll?"

"Sama aja."

"Beda dong. Kalo goreng kan esnya di balut roti. Tapi kalo roll, kan, mutlak es cuma bahan dasarnya susu dan lain-lain."

Lia menghela, "Suka-suka kamu, Dar. Enaknya apa? Ayo aku nurut aja!" putus Lia. Sudah habis kesabarannya. Haydar membuatnya kesal.

Roll dan goreng bukannya sama saja? Sama-sama es.

"Yaudah. Ayo beli cilok aja."

Ex

"Kalo suka tembak. Jangan cuma jadi stalker."

Lio reflek mematikan ponselnya. Menatap Lia yang terlihat senang meledeknya.

"Berisik lo!" tegasnya.

"Bawa apa? Gue bagi." lanjut Lio ketika melihat adiknya membawa sebuah plastik hitam yang entah apa isinya.

Lia menunjuk plastik yang ia genggam, "Ga boleh." tolaknya cepat.

Lio membuang muka menatap gerbang rumahnya. Pasti dari Haydar. Siapa lagi memang yang bisa membuat Lia pelit. Hanya Haydar.

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang