EX - 11

772 52 2
                                    

Jam pertama di hari jum'at adalah olahraga. Olahraga menjadi pelajaran pertama di hari jum'at karena di pukul sembilan, mereka sudah masuk kedalam kelas untuk melakukan pembelajaran selanjutnya. Terakhir.

Jum'at merupakan hari tersingkat belajar karena di pukul sebelas mereka sudah di pulangkan.

Lia beserta teman-temannya kini sedang duduk di pinggir lapangan, menghindari sinar matahari pagi yang begitu terik. Lia memilih diam sejak awal datang ke sekolah, ia masih kesal dan takut karena ulah Aruna dua hari lalu.

Bagaimana bisa ia membuka topik pembicaraan sejahat itu? Mungkin bagi Aruna topik itu akan membuatnya di pandang baik karena perhatian pada Lia tapi tidak dengan Lia yang menganggap topik kemarin pagi adalah hal serius.

Aruna memang keterlaluan. Ia sudah di buat pusing karena berbohong pada satpam lalu di tambah dengan ucapan gadis itu.

Okta dan Ririn yang ada di samping Lia sedang sibuk memperhatikan teman-teman mereka yang tengah melakukan beberapa olahraga lantai.

Sikap Lilin, kayang, roll depan dan belakang merupakan materi mereka kali ini. Ini adalah materi kelas sepuluh yang kembali di ulang oleh Pak Budi - guru olahraga SMA Panca Buana.

Meski materi ulangan, namun masih banyak di antara teman-teman Lia yang gagal atau salah memilih teknik.
Ririn berseru reflek ketika melihat Lintang melakukan roll depan namun kakinya hampir mengenai seorang siswa yang sedang duduk tidak jauh dari matras.

"Tipis anjir!" seru Adam heboh.

Lintang menghampiri Santi yang merupakan siswa tersebut, meminta maaf atas keteledorannya dalam mengambil ancang-ancang.

Ririn di tempat tersenyum, ia sama sekali tidak marah atau cemburu, pacarnya memang bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi.

Okta menyenggol Lia yang tengah melamun, Lia menoleh menampilkan wajah bingungnya.

"Kenapa?" tanya Lia polos.

Okta menggeleng, "Ngelamun terus! Itu di lihatin nanti bentar lagi lo, kan."

Lia mengangguk, memilih memperhatikan teman-temannya yang sedang melakukan empat olahraga lantai itu.

Sebenarnya ini adalah hal yang mudah untuk Lia, terlebih Lia sangat sering ber-olahraga dengan tema lantai.

"Adelia!"

Lia berdiri dari duduknya, menepuk-nepuk celana bagian belakangnya untuk menghilangkan debu yang menempel. Lia berjalan maju, menghampiri pak Budi yang sudah siap untuk mengambil nilainya.

Lia berdiri di depan matras, sebelumnya ia sempat memperhatikan sekitar depan di mana ada Lintang, Lio dan juga Agam yang sedang memperhatikannya.

"Siap, Lia?" tanya pak Budi.

Lia mengangguk.

"Sedia, siap - pritt - pluit di tiup."

Pluit sudah di tiup. Pertama-tama adalah sikap lilin. Lia melakukannya dengan baik. Kayang, rol depan dan belakang pun di lakukan dengan sangat baik oleh Lia.

Pak Budi menganggukan kepala dengan pandangan mata pada papan nilainya. Guru itu menatap Lia, "Bagus, Lia. Kamu boleh duduk."

"Selanjutnya, Adelio!"

Lia tersenyum. Ia melirik depan, bola matanya tidak sengaja bertubrukan dengan Agam yang terlihat sangat intens menatapnya.

Lia membalas tatapan aneh itu dengan senyum tipis, lalu kembali pada tempatnya semula.

Ex

Lia dan Okta berjalan bersama menuju parkiran sekolah. Tujuan utamanya adalah mengantar Okta menemui Farhan dan selanjutnya Lia akan meminta supir rumahnya untuk menjemput.

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang