Ex - 30

870 49 1
                                    

Hari-hari di lalui dengan penuh tantangan. Tantangan hidup, tantangan cinta dan tantangan dunia. Permasalahannya dengan Haydar memang sudah selesai. Kisah cintanya berakhir dengan kesalah pahaman.

Tidak bisa di bohongi jika Lia masih sangat menyanyangi Haydar. Tiap malamnya di hiasi oleh wajah Haydar. Tidurnya tidak pernah bisa tenang sempai tiga hari terakhir.

Seperti saat ini. Tubuhnya tidak bisa diam, bergulir ke sana kemari sampai membuat kasurnya berantakan. Bantal guling yang seharusnya ada di tengah kini terhempas ke lantai akibat ulah kakinya.

Lia akhir duduk, menatap kosong kedepan. Kamarnya sudah gelap, gelap sekali. Merasa jika ini semua sia-sia, Lia memutuskan untuk keluar kamar.

Di bawah sudah sepi. Wajar karena jam di dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam. Mungkin papah, mamah dan kembarannya sudah masuk dalam mimpi.

Tidak tau harus kemana, Lia akhirnya memutuskan untuk ketaman belakang rumahnya. Kakinya melangkah, membuka pintu samping lalu duduk di atas rumput dekat dengan kolam.

Napasnya keras.

"Ga bisa apa, ya. Hidup gue jalan mulus aja gitu, ga usah di kasih hambatan." ucapnya pada diri sendiri.

Jika menyerah bisa menyelesaikan masalahnya, Lia mungkin saja akan melakukan itu.

Masalah dengan papahnya saja belum selesai. Jujur saja, Lia sakit hati dengan ucapan Gibran yang begitu menusuk. Namun sebisa mungkin Lia tidak menganggap ucapan papahnya adalah kejujuran dari hati Gibran.

Mungkin saja papahnya terbawa suasana khawatir karena dirinya belum pulang. Mungkin.

Jika membayangkan hal itu, Lia amat sakit. Papahnya begitu tega melakukan tindakan fisik dengannya. Seumur hidupnya, Lia baru kali ini di tampar oleh papahnya. Dengan tangan yang membantunya berjalan dahulu.

Tanpa sadar air matanya mengalir begitu saja. Lia menertawakan dirinya sendiri yang begitu lemah jika di dalam namun tegar saat di luar. Egois sekali dirinya.

Lia mengusap pipinya secara kasar. Air matanya begitu deras. Sialan sekali, sialan!

Lia menonggak, menatap langit, "Arghk! Jangan nangis-jangan nangis..."

Lia terisak berulang kali, "Papah itu baik, kemarin cuman emosi aja," tenangnya pada dirinya sendiri.

Lia bangun. Menarik napas berulang kali untuk meredahkan sesak di dadanya. Setelah merasa baik Lia berbalik badan ingin kembali kedalam kamarnya.

Tanpa Lia sadar, Gibran sempat mendengar ucapannya dan langsung pergi saat melihat dirinya berdiri.

Ex

Berperan kuat lagi. Lia lagi-lagi harus menahan diri agar terlihat biasa saja saat melihat Haydar.

Berjalan begitu saja ketika melihat Haydar membuat Haydar sedih, sangat. Ia berusaha mendekatkan dirinya lagi pada Lia namun empat hari ini Lia selalu menghindar dan menghindar.

Haydar sudah tidak bisa lagi mengontrol dirinya. Ia bertekat akan mengajak Lia berbicara sekali lagi. Harus.

Lia di kelas hanya diam. Berbicara jika perlu namun jika tidak Lia akan diam. Lio sebagai kembaran pun merasa aneh dengan sikap Lia namun karena iya tau sebabnya, Lio memilih diam.

Lia menoleh pada Lio, "Bang, mau pulang aja boleh ga?"

Alis Lio bersatu, "Pulang? Kenapa?"

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang