"Kamu ini gimana sih, Lia? Kok Lio sampai tau tentang Kenan?"
Lia yang masih setengah sadar diam tidak menjawab pertanyaan Tasya. Mamahnya itu sedang duduk di sampingnya dengan piyama yang masih membalut tubuhnya sementara Lia sendiri pun sama seperti Tasya. Berpiyama.
Tasya masuk ke dalam kamarnya di pukul empat subuh. Lia terpaksa bangun karena mamahnya ingin membahas tentang kejadian kemarin sore.
Mata Lia membulat ketika merasakan cubitan di kakinya.
Lia dengan muka bantalnya menjawab, "Aku ga tau, Mah."
"Kamu tau, Mamah ga bisa tidur mikirin masalah kamu."
Lia memeluk mamahnya, "Aku juga."
Toyoran pelan di berikan Tasya untuk Lia, "Ini apa namanya kalo bukan tidur?"
Lia terkekeh.
"Tapi kira-kira Papah tau ga, Mah? Maksud Lia Papah nyari tau, ga?"
Lia mulai serius. Ia pun sejujurnya sama, sama tidak bisa tidur sejak kejadian itu. Saat matanya baru terpejam Mamahnya mengetuk pintu kamar membuat Lia terpaksa membuka matanya lagi.
"Kalo Mamah ga cepat-cepat bertindak, mungkin sekarang gang motormu udah bubar."
"Jadi, sore tadi Mamah sengaja bikin HP Papah jatuh?"
Tasya mengangguk.
"Kalo ga gitu Mamah bakalan kalah cepat sama Papah."
"Terus, Papah marah ga, Mah? HPnya rusak?" tanya Lia penasaran.
"Ga rusak, cuma mati."
"Ga marah, cuma ngoceh doang sebentar terus peluk-peluk Mamah lagi." tanpa malu Tasya memberitau tingkah suaminya pada sang anak.
Lia sendiri tersenyum malu. Ternyata di balik sosok dingin sang papah, ada hello kitty yang bersembunyi. Lia baru percaya ucapan teman papahnya yang mengatakan jika Gibran bucin pada Tasya.
"Terus sekarang gimana?" Lia bertanya. Wajahnya lesuh tidak bertenaga.
Tasya menghela, merebahkan tubuhnya di atas kasur milik anaknya. Memejamkan mata membuat Lia kesal.
"Mah... Ihh..." rengeknya.
Tasya membuka matanya kembali.
"Tenang aja, identitas Kenan sudah Mamah tutup rapat. Anak buah Papah kamu ga akan tau."
Lia tersenyum tidak percaya. Apakah ini benar? Tasya memang amat bisa di andalkan. Mamahnya semacam penyelamat bagi dirinya.
"Cuma Kenan?"
Tuk!
Tasya mengetuk kening Lia kencang hingga memerah. Lia mengusap keningnya dengan raut wajah cemberut.
"Semuanya! Denger? Semuanya. Puas kamu? Ah!"
Lia cengegesan, "Sayang Mamah, deh."
"Giliran begini aja, sayang Mamah-sayang Mamah. Dasar bocil!"
"Ye... Salah mulu Lia kayanya."
"Emang! Kamu emang banyak salah."
"Eh, gimana, kamu udah ketemu sama Ab-
"Eh, sudah bangun, Run?"
"Iya, Pah. Mau bikin kopi buat Lio."
Tasya dan Lia saling tatap. Itu, itu suara Gibran dan Aruna.
"Mah, Papah." panik Lia.
"Tuh laki ngapain naik? Kalo dia tau kita ngomongin Kenan bisa bahaya, Li..." ujar Tasya sama paniknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Lover [Selesai]
Teen FictionSeries # 6 MauNinda Series #6 Sekuel : Tasya 1 & Tasya 2 'Adelia story' *** Mencintai adalah hak setiap manusia, tapi tidak jika seseorang yang di cintai itu sudah bukan milik kita lagi. *** Ini tentang Lia yang sedang berusaha melupakan mantan kek...