Lia menarik tangan Agam dengan kasar menuju gudang sekolah yang sepi. Amarah Lia amat tinggi dan itu di sebabkan oleh laki-laki yang memiliki sifat kutu buku itu.
Agam sendiri terlihat tenang tidak memberontak sama sekali. Diam menuruti keinginan Lia yang entah apa.
Setelah sampai di gudang. Lia dengan kasar menghempaskan tangan kekar milik Agam, menatap mata sipit itu dengan tajam.
Agam tidak bereaksi, laki-laki itu malah kadang tersenyum entah apa tujuannya.
"Maksud lo apa bilang kaya gitu di depan teman-teman? Hah!" ucapnya langsung too the point.
"Lo mau bikin gue malu, Gam?!" sambungnya.
Agam masih diam.
"Lo ga berhak ngasih tau orang tentang kisah percintaan, gue!"
"Mereka ga akan tau siapa sosok mantan yang gue ceritain tadi." jawab Agam santai.
"Mereka emang ga tau! Dan lo juga ga berhak bongkar itu, Gam! Ga berhak!"
Agam terdiam melihat mata Lia yang memerah. Gadis itu seperti menahan air mata yang akan keluar.
Kedua tangan Lia terkepal. Kepalanya menunduk, matanya terpejam. Agam memegang kedua pundak Lia dan mendorong gadis itu ke sisi dinding gudang. Lia terperanjat, menonggak lalu terkaget dengan posisinya sekarang.
Tubuhnya tertempel pada dinding dengan Agam yang ada di depan matanya.
"Lo-" ucapnya terputus. Agam maju selangkah mempertipis jarak di antara keduanya.
"Lo ga boleh diam aja, Li. Gue ga suka lihat lo sama Haydar. Gue benci setiap kali lihat lo ngomong atau bahkan senyum sama cowo bajingan itu."
"Kalo lo kaya gini terus, Haydar bakalan mempengaruhin lo dan lo tanpa sadar bakalan balik lagi sama dia."
"Emang kenapa kalo gue balik sama dia lagi?! Hah!" Lia berteriak di depan wajah Agam. Tangannya membuang tangan Agam yang ada di pundaknya begitu saja.
"Lo itu bukan siapa-siapa gue, Gam. Lo ga berhak ikut campur tentang hidup gue sakali pun gue dalam bahaya!"
Sambil meletakan kedua tangannya di dinding Agam membalas, "Gue mantan lo, Li. Gue peduli sama lo!"
Agam mendekatkan wajahnya dengan wajah Lia. Jaraknya hanya sejengkal tangan dan itu membuat Lia menjadi gelisah di tambah posisi mereka terlihat sangat intim. Agam mengurungnya.
"Gue ga perduli lo suka atau ga. Lo marah atau ga. Intinya gue perduli sama lo dan gue ga mau lo sakit buat yang kesekian kalinya."
Agam mendekatkan bibirnya pada telinga Lia, "Chilla itu licik, bahkan lebih licik dari yang lo bayangin."
Menghampas tangan Agam dengan sekali sentakan. Lia maju selangkah membuat Agam mundur juga selangkah. Gadis itu terlihat marah.
"Lo ga usah pusingin tentang gue! Urus aja hidup lo!" setelah berteriak, Lia berniat ingin pergi meninggalkan Agam namun tidak bisa karena Agam dengan cekatan menahan tangan Lia lalu membawanya dalam dekapan.
Lia terkesiap. Matanya mengerjap kaget di tambah dengan usapan lembut yang kepalanya terima.
"Biarin dulu kaya gini. Gue kangen pelukan lo, Li."
Mata Lia memanas. Suara Agam, perkataan Agam dan tindakan Agam adalah sesuatu yang sangat ia butuhkan dahulu. Agam dengan ikhlas memeluknya dan membuatnya tersenyum kembali dalam waktu singkat.
Lia memejamkan mata tidak membiarkan ingatan dua tahun silam masuk dalam pikirannya.
Tangannya yang semula menggantung ia naikan untuk memeluk punggung kekar Agam. Agam tersenyum merasakan itu. Laki-laki itu menaruh dagunya di pundak Lia dan lebih mengencangkan pelukan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Lover [Selesai]
Teen FictionSeries # 6 MauNinda Series #6 Sekuel : Tasya 1 & Tasya 2 'Adelia story' *** Mencintai adalah hak setiap manusia, tapi tidak jika seseorang yang di cintai itu sudah bukan milik kita lagi. *** Ini tentang Lia yang sedang berusaha melupakan mantan kek...