Kantin. Tempat yang paling enak untuk di jadikan sebuah wadah perkumpulan. Dengan makanan dan minuman yang tersedia, mereka tak perlu lagi untuk keluar kantin.
Eh, bukannya fungsi kantin memang itu, ya.
Lia, Abila, Ririn dan Okta duduk bersatu di dalam bulatan yang sama. Mereka sudah selesai dengan makannya karena memang bel istirahat sejak tadi.
Lia tertawa kencang mendengar cerita Abila yang mengatakan jika Ririn tersandung batu dan sialnya wajah gadis itu bertemu dengan sepatu yang di kenakan oleh Lintang.
Ririn manyun. Ia tidak suka nasib sialnya di tertawakan. Bagaimana bentuknya jika bersangkutan dengan kata jatuh, itu memang cukup membuat malu.
"Kok bisa, sih. Gimana ceritanya?" tanya Okta penasaran.
"Kemarin malam kita pergi berdua, terus rupanya Lintang ada di tempat yang sama. Ririn ga tau kalo di depannya ada batu dan di depannya lagi ada-
"Kelamaan! Singkatnya gimana, Rin!?" protes Okta. Abila terlalu detail dalam menceritakan dan itu bisa membuat mereka telat masuk kelas.
Ririn melirik Abila yang malah tertawa bukan marah. Abila memang definisi wanita idaman.
"Intinya gue jatuh karena ngeledekin Abila." ujar Ririn.
"Karma di bayar nyata buat lo, Rin." balas Lia.
Mereka tertawa lagi. Topik untuk empat remaja ini memang tidak pernah putus. Di tambah ada Okta yang paling tau ada berita apa saja saat ini.
"Li!"
Lia menolek kiri kanan tapi tidak menemukan siapa pun. Ia curiga orang itu memanggil Lio, tapi jika benar Lio kenapa suaranya seperti tidak asing di telinganya.
"Lia budek! Di depan!" teriak orang itu lagi. Lia reflek menatap depan lalu tersenyum seadanya pada tiga remaja berbadged IPS itu.
"Apa?"
Ketiganya menggeleng. Lia berdecih kesal. Tiga temannya itu memang kurang kerjaan. Selalu memanggil tapi jika di tanya ada apa gelengan yang mereka berikan.
Teman-temannya hanya cengegesan lalu melanjutkan jalan mereka lagi.
"Sejak kapan sih Susan main sama Chilla dan Kiya?"
Lia menoleh ke samping kiri di mana ada Ririn yang bertanya.
"Mereka kan emang temen dari SD." sambar Okta menjawab pertanyaan Ririn.
Ririn menggut-manggut padahal ia tidak perduli. Mau teman SD, SMP atau semasa bayi Ririn tidak perduli. Ririn sejujurnya tidak menyukai ketiga teman Lia tapi ini pertemanan mereka jadi Ririn tidak bisa ikut campur.
Ex
Lia berjalan seorang diri menuju toilet untuk buang air kecil. Ia tidak tahan lagi dan hal hasil ia izin di tengah pelajaran. Sialnya ketiga temannya ogah menemani.
Padahal jika mereka yang meminta Lia akan dengan senang hati menemani. Hitung-hitung caper sama mas pacar. Maklum, toiletnya ada di pojok jadi dirinya harus melewati deretan kelas IPS dahulu baru bisa ke toilet.
Selesai dengan kegiatannya Lia keluar bilik toilet lalu berdiri di depan washtafel untuk mencuci tangannya lalu keluar toilet. Di luar Lia di kejutkan dengan berdirinya sosok Haydar di tembok dekat pintu toilet.
Lia segera menetralkan degub jatungnya dan berjalan kembali seolah tidak terjadi apa-apa. Haydar yang di abaikan berjalan cepat mengejar Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Lover [Selesai]
Teen FictionSeries # 6 MauNinda Series #6 Sekuel : Tasya 1 & Tasya 2 'Adelia story' *** Mencintai adalah hak setiap manusia, tapi tidak jika seseorang yang di cintai itu sudah bukan milik kita lagi. *** Ini tentang Lia yang sedang berusaha melupakan mantan kek...