EX - 12

742 51 2
                                    

Hutan terbangkalai yang letaknya jarang di ketahui oleh orang-orang kini tengah menjadi sasaran kekesalan Lia. Dengan penuh amarah Lia mengarahkan anak panahnya pada burung-burung yang berkeliaran dengan asal.

Wajah Lia datar, matanya tajam dan napasnya sejak awal datang tidak bisa tenang. Ia begitu emosi dan tidak terima jika ada seseorang yang mengatainya.

Sandra sepertinya adalah orang pertama yang membangunkannya ketika sedang tidur. Sudah lama sekali Lia tertidur sampai lupa untuk bangun dan sekalinya bangun umpannya adalah Sandra.

Lia menghempaskan busur yang sejak tadi menjadi senjatanya secara asal. Ia mengambil beberapa pisau kecil namun tajam di dalam totabag yang ia bawa. Lima pisau sudah ada di genggamannya, mata Lia menatap pohon-pohon di depannya dengan sorot kebencian. Ia membayangkan jika di depannya adalah Sandra.

"Argk!" teriaknya bersamaan dengan lemparan pertama.

Lia terus melempar dengan begitu liar. Demi apapun Lia begitu emosi.

Suara mesin motor terdengar, sepertinya ada orang yang sedang mendekat.

Lia mendengar itu, tapi ia tidak perduli dan terus melempar pisau-pisau yang ia bawa sampai habis tidak tersisa.

Kenan dan yang lainnya turun dari motor, berlari mendekat pada Lia.

Cristian mendekat dengan perlahan. Ia adalah laki-laki paling pandai membujuk gadis, tapi, Cristian sendiri belum pernah mencoba jurus ini pada Lia.

"Del," Cristian memanggil dengan pelan, kakinya terus berjalan mendekat pada Lia yang masih terdiam dengan satu buah pisau di tangan kanannya.

"Del, balik ke markas, yuk. Udah hampir magrib lho," tutur Cristian lembut.

Lia masih diam. Pundaknya naik turun menahan gelagar emosi yang sedang mempengaruhinya.

Roni ikut mendekat, berjalan dengan penuh hati-hati agar Lia tidak semakin marah.

"Del, kita bisa bahas ini pelan-pelan. Lo jangan langsung emosi, ya,"

"Bener Roni, Del." sambar Cristian.

"Del-

Lia berbalik badan, menatap teman-temannya yang terlihat khawatir padanya. Lia menatap Cristian dan Roni dalam diam, tangan kanannya masih setia memegang pisau.

"Pergi." jelas, singkat dan padat.

"Del, gue tau lo marah. Gue juga marah, tapi lo ga harus ngelampiasinnya di sini."

Kenan mendekat, memberanikan diri menatap Lia. Lia masih diam sementara sebentar lagi Kenan sampai di depannya.

"Gue minta maaf atas nama Sandra, Del. Gue kurang tegas sama dia sampai dia bisa berbuat hal gila itu sama lo," jelas Kenan.

Lia mengangkat tangan kanannya yang masih menggenggam pisau, gadis itu mengarahkan lempengan pisau pada pipinya sendiri yang tadi di beri tamparan oleh Sandra.

Teman-teman yang melihatnya takut, sedikit saja Lia salah langkah, pipi halusnya pasti akan mengeluarkan darah segar.

"Tangan cewe sialan itu udah nyentuh pipi gue." ucap Lia sinis. Tatapannya dingin, suaranya datar penuh dengan kebencian.

"Gue minta maaf, Del. Gue minta maaf atas nama Sandra."

"Gue benci siapa pun orang yang nyentuh pipi gue!"

Kenan melangkah selangkah, memegang kedua bahu Lia. Tatapan penuh sayang Kenan berikan untuk Lia agar gadis itu bisa memaafkan Sandra.

"Gue tau, Del, gue tau. Justru, kedatangan kita kesini karena mau minta maaf sama lo atas nama Sandra,"

Ex-Lover [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang