Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lima tahun lalu, saat pernikahan kami berlangsung, Namjoon bilang akan memberikan cintanya hanya untukku. Seluruh yang ia punya, sampai takkan ada lagi yang tersisa untuk orang lain. Meski tak jarang bersikap menyebalkan dan bersikap agak kasar, ia selalu menepati janji-janji yang sudah dibuat tanpa ada cacat sedikitpun. Katanya, itu menjadi pembuktian bahwa dirinya hanya mengatakan kebenaran. Tidak seperti pria lain yang mengumbar ribuan rayuan manis, kemudian pergi bersama sosok baru jika sudah mencapai puncak titik kejenuhan dalam menjalin hubungan. Kim Namjoon yang aku tahu adalah seorang pria manis yang amat mencintai aroma buku baru.
Malam ini, Namjoon kembali melakukannya. Ia menyiapkan makan malam romantis di atap rumah untuk merayakan keberhasilan kami mempertahankan hubungan sampai titik ini. Sudut bibir suamiku tak bisa berhenti tertarik keatas. Pamerkan senyuman menawan hingga cekungan manis di salah satu pipinya tampak begitu jelas. "Kau tampak cantik seperti biasa, El." Kata Namjoon yang saat ini sibuk mengiris daging. Berusaha membuat mereka lebih kecil agar tak sentuh bagian bibir yang terluka karena terus digigiti. Selama makan malam berlangsung Namjoon terus berbicara. Membahas dunia politik, musik, hingga action figure terbaru. Menatap makanan miliknya dan diriku secara begantian, kemudian tertawa pelan. Terus begitu sampai perutnya benar-benar terisi penuh.
Setelah merapikan peralatan makan, Namjoon tiba-tiba datang bersama sebuah piringan hitam di tangannya. Katanya, ia ingin menikmati sisa malam yang singkat ini sambil mendengarkan musik tahun 90-an. Kemudian kembali membicarakan banyak hal secara acak dan memuji penampilanku entah untuk keberapa kalinya. Katanya, Namjoon sangat suka kepalaku yang ia penggal tadi pagi untuk dijadikan pajangan kesayangan.
