Wanita itu hanya mampu terperangah memasrahkan nasib terburuk yang pernah di alaminya. Ia tak tahu ini akan berakhir sampai kapan. Yang pasti perempuan bernama Granis itu hanya bisa memohon dan menangis. Pergelangan tangannya masih diikat menggunakan tali dengan sangat erat dan itu menyakitkan. Meski kakinya tak terikat sama sekali, tapi perempuan itu tetap tak bisa sembarangan menggerakkannya. Sebab ia menggunakan rok yang ia yakini sudah tersingkap sejak pria itu muncul. Granis masih terbaring di tempat tidur, matanya ditutup rapat oleh seutas kain. Sekujur tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa. Apalagi kala ia teringat orang itu bahkan sampai menggoreskan benda tajam pada wajahnya sambil berkata, "Kau amatlah cantik, sayang."
Tidak. Granis benar-benar takut ditiap hembusan nafasnya. Wanita itu bahkan tak pernah membayangkan sekalipun kejadian yang menimpanya ini. Granis tak pernah tahu ruangan yang di tempatnya. Ia hanya terbangun dan sadar-sadar sudah seperti ini. Serta merta decitan halus di sebelah kirinya membuat bulu kuduknya merinding. Ia selalu seperti itu apalagi saat seseorang itu terdengar berjalan ke arahnya dan bercicit lembut, "Hai manis." Suara barito rendah pria itu benar-benar menyeramkan, meski terdengar familiar tapi perempuan itu tak bisa meyakinkan apa yang dipikirkannya sebuah kebenaran. Hingga tangan pria itu mengusap pahanya, mengelusnya lembut sampai wanita itu sedikit tersentak merapatkan kaki. Granis benar-benar ketakutan setengah mati saat tangan satunya tiba-tiba menyingkap penutup mata seolah menjawab tentang sedikitnya rasa penasaran di hati Granis. Taehyung, pria itu tersenyum di hadapannya sengaja menghembuskan nafas di permukaan wajahnya sampai wanita itu benar-benar tersadar dengan apa yang sedang terjadi. Tak menyangka selama ini Taehyung, pria yang sepenuh hati dicintanya, dikasihinya, bagaimana bisa?
"Kau penggemarku paling menggemaskan, Nis," ucap pria itu mulai mengukir kembali karya di sebelah wajahnya. Wanita itu meringis, ketakutannya makin bertambah saat sang pria dengan sengaja mendekatkan lebih intim wajahnya berkata serak, "Dan aku ingin sekali mencicipimu detik ini juga." Hingga badannya panas dingin sampai wanita itu tersentak benar-benar tersentak kala sesuatu menyentuh bibirnya. Tidak ini bukan sentuhan, ini menyakitkan sampai-sampai wanita itu terjengkat sempurna dari tidurnya bersungut-sungut murka, "Mama, kenapa kau menampar bibirku?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentigraf Februari LFFL #3
FanfikceEVENT PENTIGRAF KAMPANYE LFFL #3 Yuk, baca hasil karya anggota kepenulisan LFFL angkatan ketiga! ©2021