39. Tumit Achilles

33 9 1
                                    

Katanya kita ini makhluk hedon. Tak dikira, tahu-tahu saja. Kartu kreditku bengkak bagai bisulmu. Biar hidup di pinggiran beverly hills pun kamu tak sudi, katamu lebih baik jadi banci daripada belanja itu-ini. Tidak adil! Aku kan juga makhluk produk konsumerisme 90-an. Kamu pikir kenapa kita bisa terlahir? Lingga dan yoni kan tidak bisa pesta malam mingguan. Ah, yang penting kamu urusi saja berlembar kasus untuk naik banding. Sedang aku selesaikan banding untuk naikkan nilai debat. Kopeng patah hati guru sospol memang sulit dijahit rapi, berbalas pada murid-murid sialnya ini.

Aku ini putri, singgasana punya pribadi. Ayahku pengacara yang tidak pikir dua kali untuk beli ducati, buatku sendiri. Kamu bilang aku cuma berbangga diri, tapi loh, nyatanya kamu pun nikmati? Apa salahnya? Toh, masa remaja tidak datang dua kali. Matamu nyalang ketika kubilang Achilles batal perang karena ngambek. Wajahmu lucu saat jelaskan Paris egois karena taruhkan bangsanya demi Helen. Aku ingin jadi Helen, sayang. Aku rela jadi taruhan bangsa Troy dan Yunani. Bangsamu dan bangsaku. Buat para dewa benci karena kita cuma bayangkan bercumbu.

Kita ini bahan taruhan Hades dan Zeus. Poseidon cuma remah kuaci karena benci. Kita hilang dalam peradaban, tapi kembali jadi lipan. Zeus bilang kamu cocok buatku, Poseidon setuju, Hades meninju. Poseidon bonyok, bobrok. Korengnya perih jadi buih di semesta bawah laut. Kita ini haus afeksi, gula narkotika level tertinggi. Kita punya alzheimer, berharap kembali jadi alpha-omega. Sayangnya, kita pernah berbagi ayah, jangan bilang padanya ya? Patah hati itu tidak cocok pakai givenchy begini. Kita turbulensi, pagi hari cari distraksi.

Pentigraf Februari LFFL #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang