IX. Siapa yang Dikubur?

51 10 1
                                    

Sudah genap tiga malam kamu mendengar suara burung gagak di atas rumahmu. Kata orang-orang, itu penanda akan ada kematian di rumah yang dihinggapinya. Kamu menyangkal-sambil tertawa, tentu saja-sebab tidak ada siapa-siapa di rumah itu kecuali kamu. Kamu pikir, usia muda dan kewarasan jiwa ragamu tidak cukup mampu untuk mengantarmu bertemu kematian lebih awal. Lalu tawamu lenyap ketika teringat seseorang yang kamu sembunyikan di lemari tua milik kakekmu dulu. Sudah berapa lama itu? Kamu menaksir dalam kalut, lalu bergegas ke rumah untuk mengecek seseorang yang luput kamu tanya namanya kala itu.

Perjalanan pulang yang sebetulnya dapat kamu tempuh hanya dalam lima menit, tetapi karena tersandung dan ingatanmu rontok membuatmu lupa jalan ke rumah dan berputar-putar mengelilingi pohon beringin lebih dari empat puluh kali. Kamu melihat bunga kamboja mekar dari akar napas pohon itu. Merasa heran sekaligus frustasi, kamu memutuskan untuk duduk dan menenangkan diri. Saat itu pula, kamu baru menyadari, di jalan yang kamu lalui tercecer beras kuning dan koin dua ratus rupiah. Kamu menduga, apakah seseorang dalam lemari itu telah mati saat kamu sibuk memutari pohon beringin? Apakah orang-orang telah mengantarkan jenazahnya? Lantas kamu mengikuti ceceran beras itu sebagai usaha menemukan jawaban atas rasa penasaranmu.

Kakimu berhenti pada batas rumput dan tanah merah di bawah gapura taman makam. Wangi minyak serimpi tercium di antara para pelayat. Kemudian kamu masuk dan bergabung bersama yang lain. Mereka menaburi tanah dengan kelopak bunga mawar, melati, kantil, kenanga, juga irisan daun pandan yang harum. Menyiramnya dengan air kendi, lalu berdoa bersama. Kamu masih berusaha membaca nama di batu nisan, mengintipnya dari sela-sela barisan pelayat. Namun, kamu mendengar percakapan seseorang yang kamu kenal bernama Jimin, tentang bagaimana ia dapat menemukan mayat itu. Dia mencium bau busuk saat mengantar paket ke rumahmu. Setelah mencari dari mana aroma itu, ia menemukanmu terbujur kaku dalam lemari. Mendengar itu, mulutmu bisu. Selesai.

Pentigraf Februari LFFL #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang