Gadis itu berdiri disana, dalam kegelapan, dengan tangan yang terikat. Gadis itu memberanikan diri untuk bertanya, dengan harapan seseorang akan datang dan melihat dirinya, "Halo?". Atau mungkin menyelamatkannya. Tak lama kemudian, da seorang laki-laki. Ia datang dari kegelapan dan berdiri di hadapan gadis itu. Laki-laki itu mengangkat salah satu tangannya dan meletakkan sebuah pistol tepat di dahi gadis itu. "Aku akan membunuhmu," ucap laki-laki itu, melihat dalam ke mata gadis yang ada di hadapannya. Gadis itu hanya berdiri, membalas pandangan laki-laki itu. Namun, kemudian matanya berkaca-kaca, pandangan gadis itu mulai kabur dan matanya mulai basah karena air mata. Laki-laki itu berpikir bahwa gadis itu menangis karena ia tahu dirinya akan mati. Tetapi, kemudian gadis itu berkata, "Terima kasih, aku tidak dapat melakukannya sendiri." Laki-laki itu membatu.
Gadis itu berkata bahwa ia berterima kasih karena laki-laki itu akan membunuhnya. Ia berterima kasih pada laki-laki itu karena laki-laki itu akan melakukan sesuatu yang ia tidak dapat lakukan sendiri. Gadis itu berkata bahwa sulit baginya untuk tidur setiap malam dengan pikiran yang selalu menghantui dirinya. Bahkan, sulit rasanya membuka mata di pagi hari dan menyadari bahwa ia masih hidup di dunia yang kejam ini; Ayahnya yang pemabuk dan suka bermain tangan, sampai-sampai tubuh gadis itu dipenuhi dengan luka ulah ayahnya sendiri; Orang yang disebut 'ibu' bahkan tidak peduli padanya, ibunya mengatakan bahwa gadis itu adalah sebuah beban dan semua orang akan menjadi lebih baik jika ia mati. Teman-temannya di sekolah? Ia bahkan tidak memiliki seorang pun teman. Semua yang ada di pikirannya adalah menghilang, tapi ia tidak dapat melakukannya. Ia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya. Oleh karena itulah gadis yang sedang terisak itu berterima kasih saat laki-laki yang datang dari kegelapan akan melakukannya untuk dirinya.
Laki-laki itu merasa kesal dengan gadis yang berdiri di hadapannya. Ia pun menurunkan pistol yang tadinya mengarah ke dahi si gadis, "Kenapa malah berterima kasih karena ada yang mau membunuhmu? Jelas sekali semuanya tidak ada yang membaik setelah aku pergi, yang ada malah memburuk," ucap laki-laki tersebut sambil menunduk. "Setelah kamu pergi ...?" Si gadis bertanya pelan. Takdir tidak pernah meninggalkan seorang pun sendirian. "Jangan bercanda, kamu tidak ingat siapa aku?" Laki-laki itu kembali mengangkat kepalanya dan menatap gadis di hadapannya. Tak kunjung ada reaksi, laki-laki itu kemudian melepas tali yang mengikat tangan gadis itu di belakangnya. "Yoongi?"
*saudade: (n.) a nostalgic longing to be near something or someone that is distant, or has been loved and then lost; "the love that remains"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentigraf Februari LFFL #3
FanfictionEVENT PENTIGRAF KAMPANYE LFFL #3 Yuk, baca hasil karya anggota kepenulisan LFFL angkatan ketiga! ©2021