Raline berjalan beriringan dengan Daisy memasuki area kantin Rumah Sakit Merpati. Kantin yang terdiri dari stan-stan penjual makanan.
Saat ini kantin sedang ramai dan sesak karena jam menunjukkan waktu makan siang.
"Pingin makan pedas," gumam Daisy ketika melihat antrean salah satu stan yang ramai. Disana dijual berbagai macam makanan pedas, termasuk seblak.
Sungguh cari masalah bukan sang penjual seblak di kantin rumah sakit ini?
Bukannya pasien sembuh, malah makin sekarat kalau tiba-tiba melihat seblak di kantin dan ngiler.
"Antrenya lama, Dai. Habis ini kita ada operasi sesar lagi, waktu kita cuma satu jam untuk makan sampai selesai," ujar Raline memperingati.
Daisy mendengus tidak suka. Namun, ia menuruti kata sahabatnya itu. Demi kebaikan mereka sendiri juga sih. Selain masalah waktu, tidak lucu juga kan jika nanti mereka tiba-tiba sakit perut saat berada di ruang operasi?
Membayangkannya saja sudah memalukan. Bisa hilang imej mereka sebagai dokter yang cerdas karena kebodohan mereka makan seblak sebelum melakukan operasi.
Raline yang menyadari pikiran sahabatnya itu sedang kemana-mana akhirnya berjalan mendahului ke salah stan penjual nasi ayam gepuk. Daisy mengekori saja, ikut kemana Raline menjatuhkan pilihannya untuk makan apa siang ini.
Setelah memesan makanan, Raline dan Daisy duduk di salah satu meja kosong di pojok kantin.
Baru saja Raline ingin menyuap makanannya, tubuhnya tiba-tiba tersentak saat ada yang merangkulnya dari belakang sekaligus berbisik, "Siang, Princess. How's your day?"
Raline yang diperlakukan seperti itu, Daisy yang kesemsem hingga senyum-senyum sendiri.
"Kok bisa disini?" tanya Raline balik pada laki-laki yang kini duduk di sebelahnya.
"Mau makan siang bareng kamu."
Plak!
Suara kedua tangan Daisy yang menyatu membuat perempuan dan laki-laki yang ada di hadapannya mengernyit bingung.
"Sorry, lanjut aja mesra-mesranya. Tadi ada nyamuk." Daisy menyindir sambil menampilkan cengiran tidak berdosanya.
"Nev, kantor kamu jauh loh, ngapain coba kesini?" Raline membuka suara lagi, kembali menghiraukan Daisy. Kepalang dia sudah menganggap dirinya sendiri obat nyamuk, sekalian saja Raline perlakukan seperti itu.
Dalam hati Raline mentertawakan ekspresi wajah sahabatnya itu.
Nevan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Yaelah Ra, nggak usah banyak tanya deh. Aku lagi pendekatan tau, bisa nggak kamu pura-pura gila aja?" sungut Nevan.
"Dih, ngapain pura-pura gila?"
"Ra!" rengek Nevan sambil menampilkan wajah kesalnya. Sungguh, ini pertama kalinya Raline melihat sisi Nevan yang ini. Umm.. cukup menggemaskan bagi Raline.
"Kenapa, Nev?"
"Jangan pernah nanya lagi kenapa aku tiba-tiba datangin kamu, pokoknya aku lagi pendekatan!"
"Gini nih kalau nggak pernah pacaran, minim pengalaman," cibir Raline.
Nevan terperangah. Tidak menyangka dengan apa yang Raline katakan barusan.
Oke, sepertinya setelah ini akan menjadi seru. Mereka sudah saling menampakkan sifat asli masing-masing. Nevan yang ternyata bisa manja dan Raline yang ternyata bisa jahil.
"Aku emang belum pernah pacaran, kan aku nungguin kamu pulang."
"Omongan kamu udah kayak fakboi yang lagi hits sekarang deh, Nev," balas Raline acuh. Dia lebih memilih menikmati makanannya daripada mendengar gombalan maut Nevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revoir (Tamat)
Romance[SUDAH TERBIT - EPILOG DIHAPUS SETENGAH] 📌 Sequel RALINE. Bisa dibaca terpisah. Setelah bertahun-tahun Nevan dan Raline tidak bertemu, takdir kembali mempertemukan mereka dengan cara yang sama saat mereka pertama kali bertemu di lorong sekolah dulu...