Bagian 8

1.2K 135 53
                                        

Nevan

Hey, Princess.

Aku di lobby rumah sakit, ya.

Buruan turun, miss you.

"Hayoooo dari siapaaa?! Sampai merah gitu pipi lo, Ra?" Daisy sengaja menggoda Raline. Sebetulnya ia sempat mengintip siapa yang mengirimi pesan pada sahabatnya itu.

Raline salah tingkah karena ulah Daisy. Dia menghiraukan Daisy, menutup ponselnya, lalu cepat-cepat membereskan barang-barang di atas meja kerjanya.

Diam-diam, Daisy tersenyum senang. Senang karena pada akhirnya sahabatnya itu bisa bertemu dan dekat kembali dengan Nevan.

Ya, meskipun Raline tidak terus terang tentang perasaannya, semua orang pasti bisa peka kalau perempuan itu menyimpan rasa pada Nevan.

Nevan sendiri pun sudah menyadarinya, makanya laki-laki itu sekarang senang menggoda Raline. Dia sudah menunggu waktu yang lama untuk melihat rona merah di pipi Raline karena ulahnya. Bukan karena laki-laki lain.

Setelah Raline selesai membereskan barangnya, ia mendongak. "Kenapa masih disini?" tanyanya pada Daisy yang sedang mengerling nakal.

Daisy mengulum senyum, membuat Raline jengkel karena ia tahu kalau dirinya sedang digoda.

Tanpa memperdulikan Daisy lagi, Raline berjalan keluar dari ruangannya sembari berkata, "Siang ini gue nggak ada janji temu sama pasien lagi dan nggak ada operasi juga. Kalau ada apa-apa yang mendadak, telfon aja."

"Semuanya aman terkendali sama gue." Daisy menepuk sebelah dadanya.

Raline mengangguk dan melanjutkan langkah.

"Have a great date, Ra!"

Mendengar teriakan dari Daisy, Raline semakin mempercepat langkah.

Bagaimana tidak, Daisy berteriak seperti itu di lorong rumah sakit. Tidak hanya ada pasien, tapi ada beberapa dokter senior juga yang memandang heran kepada mereka.

Sungguh, Raline malu sekali. Dia berjalan cepat sambil menunduk untuk menutupi wajahnya. Jangan sampai ia jadi perbincangan hangat besok.

Sesampainya di lobby rumah sakit, Raline baru mengangkat kepala. Dia mencari sosok Nevan, namun tidak ditemukan.

Raline baru menemukan Nevan saat laki-laki itu membunyikan klakson mobilnya dari parkiran yang ada di sebrang lobby.

Tidak ingin menunggu lebih lama, Raline langsung berjalan menghampiri mobil SUV Nevan dan masuk ke bangku penumpang belakang, membuat Nevan mengerutkan dahinya bingung. Sengaja.

Nevan memutar tubuhnya menghadap ke belakang. "Hei, kenapa di belakang?"

"Kamu nggak bawa buntut lagi kayak kemarin?" tanya Raline balik.

Pertanyaan dari Raline sukses membuat Nevan tertawa terbahak-bahak. Nevan tahu, gadisnya sedang cemburu buta.

"Nggak lucu!" ketus Raline.

"Iya, maaf. Sini pindah ke depan."

"Aku beliin burger buat kamu tadi, nih ada di kursi depan," lanjut Nevan lembut.

Disogok dengan burger membuat Raline kalah. Dia lemah jika diberi burger. Nevan kini tahu betul apa kelemahan Raline.

Raline pindah ke bangku penumpang depan lewat sela kursi. Dia langsung membuka bungkus burgernya dan menghiraukan tatapan geli dari Nevan. Lebih tepatnya, pura-pura acuh.

"Lapar banget ya, Bu Dokter?" goda Nevan.

Raline hanya berdeham, membuat Nevan kembali membuka suara, "Ya udah, makan aja dulu. Nanti baru berangkat."

Revoir (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang