Bagian 4

1.3K 137 98
                                    

Kita dipertemukan kembali karena memang ini takdir kita.

***

"Kenapa senyum-senyum?"

Pertanyaan dari Raline bukannya dijawab oleh Nevan malah laki-laki itu makin mengembangkan senyumnya. Genggaman tangan mereka pun dipererat oleh Nevan.

"Nev, kamu nggak lagi gangguan jiwa kan?" Raline memastikan kalau dugaannya salah. Ya, meskipun dugaannya terlihat konyol, who knows?

"Enggak, Ra. I am happy."

"Kenapa?" tanya Raline lagi.

"Karena akhirnya aku punya kesempatan ini," jawab Nevan yang masih tersenyum lembut pada Raline. "Akhirnya aku bisa ajak kamu jalan berdua sambil gandengan tangan tanpa khawatir disebut sebagai selingkuhan. Dari dulu aku mau bawa kamu kesini, restoran sushi favorite aku."

"Kamu ingat nggak kapan terakhir kita ke mall bareng, Ra?" tanya Nevan.

Raline menggeleng pelan. Sepuluh tahun sudah terlalu lama untuk Raline mengingat semuanya, apalagi hubungannya dengan Nevan dulu punya sisi tidak baik.

"Terakhir kali kita ke mall waktu tiba-tiba kamu ajakin aku jalan, eh ternyata aku cuma jadi backing doang karena kamu mau jalan sama mantan kamu dulu. Kamu malah bawa Syanin buat dikenalin ke aku dan aku ketiban sial juga karena jalan sama Syanin waktu itu, pawangnya nelfon galak banget." Kekeh Nevan setelah menyelesaikan kalimatnya.

"Aku rasa masa itu nggak perlu diingat, terlalu buruk buat kita berdua."

Nevan mencomot sushi yang sudah dia pesan, lalu diletakkannya ke piring Raline. "Aku setuju, jadi sekarang adalah waktunya kita berdua kan, Ra?"

"Bukan waktu kamu dan dia lagi," lanjutnya.

Raline tidak menjawab omongan Nevan. Mereka cukup lama terdiam hingga tiba-tiba ponsel Raline yang berada di tengah meja mereka berdering menandakan panggilan masuk.

Farel is calling...

Setelah melihat nama sang penelepon, refleks kepala Raline terangkat untuk menatap Nevan yang kini juga menatapnya seolah bertanya.

Raline berdeham pelan demi menetralkan suasana. Nevan mengerti kalau Raline tidak ingin membicarakan hal ini, jadi ia hanya mengusap punggung tangan Raline sebentar sebelum melepas genggaman pada salah satu tangan mereka.

Tentu Raline sadar kalau ekspresi Nevan berubah jadi tidak enak. Raline yang peka pun langsung mereject panggilan tersebut.

Tidak lama dari itu, sebuah pesan masuk ke ponsel Raline. Dari orang yang sama.

Farel

I am back!

Aku bawain pempek palembang nih, Ra.

Nanti malam aku antar ke rumah kamu, ya?

Sungguh, Raline ingin menolak. Namun, dia tidak bisa. Dia belum bisa tegas pada Farel meskipun dia tidak punya perasaan apapun dengan laki-laki itu.

Yang ada di otak Raline adalah dia pernah bahagia bersama Farel.

Semuanya terasa sangat sulit.

***

Nevan menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Raline bertepatan dengan matanya menangkap dua sosok laki-laki yang sedang berbincang akrab di teras rumah itu.

Seketika raut wajah Nevan berubah tidak enak lagi.

"Mampir dulu, Nev?" Raline basa-basi sebelum turun dari mobil Nevan.

Revoir (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang