Nevan terkekeh melihat sebelah lengannya masih dipenjara oleh kedua lengan Raline. "Betah banget meluk tangan aku, Ra," godanya.
"Biarin aja sih, rese banget!"
"Senang deh lihat kamu blak-blakan manis gini. Dulu, kalau nggak galak, ya diem aja kayak misterius banget gitu."
"Nggak usah ingat-ingat dulu deh, Nev. Dulu hati aku bukan punya kamu."
"Iya juga, ya?" ujar Nevan sambil merangkum dagunya seolah berpikir. "Aku susah banget dapetin hati kamu. Sampai harus ngejomblo seumur hidup."
Raline tertawa pelan sembari mengeratkan pelukannya pada sebelah lengan Nevan. Tidak peduli jika mereka berada di halte, meneduh bersama banyak orang.
"Selamat, usaha kamu membuahkan hasil. You got my heart."
Tersenyum simpul. Hanya itu yang bisa Nevan lakukan sekarang ini. Bahkan sejak Raline dengan terang-terangan membalas perasaannya, Nevan tidak bisa berhenti tersenyum.
"By the way, baju kamu ikut basah tuh gara-gara meluk lengan aku." Nevan menunjuk baju bagian depan Raline dengan dagunya. "Hujan udah redah, kita kemana?"
Sontak saja Raline menggeplak bahu Nevan setelah melepas pelukannya pada lengan lelaki itu. "Udah tau baju basah, masih nanya kemana lagi. Ya pulang lah, Nev!"
"Padahal aku pingin dinner ala-ala gitu sama kamu." Nevan memasang wajah cemberut.
"Ke apartment kamu aja gimana?" usul Raline. "Nanti aku masak, lagipula kamu harus ganti baju secepatnya, kan?"
"Serius?! Ayo!"
Tanpa aba-aba, Nevan menarik Raline menuju motornya dan menuntun perempuan itu naik ke boncengan. Tidak peduli jika masih gerimis.
Mencoba masakan Raline adalah hal yang Nevan tidak sabar ingin lakukan sekarang ini.
Saat motor Nevan memasuki area parkir apartment, saat itulah Raline sadar kalau jarak apartment laki-laki itu tidak jauh dari rumahnya dan rumah Nevan sendiri. Pantas saja laki-laki itu selalu cepat sampai saat bilang ingin menjemput.
Nevan turun terlebih dahulu dari atas motor, kemudian ia membalik tubuhnya untuk menghadap Raline. Dia melepaskan helm yang terpasang di kepala Raline.
Setelah helm tersebut berhasil dilepas, Nevan membenarkan rambut Raline yang sedikit berantakan karena dihembus angin di jalan tadi.
"Ayo." Nevan menuntun Raline menuju lift yang akan mengantarkan mereka ke lantai lima dimana unit apartment Nevan berada.
"Aku baru ingat deh kalau aku belum nanya. Di kulkas kamu ada bahan makanan?"
"Ada, Ra," jawab Nevan. "Mama selalu isi kulkasku, padahal dia tau aku nggak bisa masak. Kayaknya dia punya feeling kalau calon istriku udah dekat."
Raline mendengus. "Ini sejak kapan sih kamu jadi suka gombal? Aku jadi nggak percaya saat kamu bilang belum pernah pacaran, kamu bohong, ya?"
Ting!
Nevan dan Raline keluar dari lift. Tidak jauh dari sana, mereka sampai di depan pintu cokelat unit apartment Nevan.
"Kamu tuh suudzon terus sama aku," kata Nevan sambil memencet kode akses untuk membuka pintu cokelat di hadapannya.
Menghiraukan ucapan Nevan, Raline berjalan mengekori laki-laki itu untuk masuk ke apartmentnya. First impression Raline adalah apartment Nevan sangat rapi untuk ukuran lelaki.
Ditambah lagi desainnya yang seolah memberi kesan nyaman. Seperti di ruang kerja kantor Nevan.
"Gimana?"
![](https://img.wattpad.com/cover/257797134-288-k852240.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revoir (Tamat)
Romance[SUDAH TERBIT - EPILOG DIHAPUS SETENGAH] 📌 Sequel RALINE. Bisa dibaca terpisah. Setelah bertahun-tahun Nevan dan Raline tidak bertemu, takdir kembali mempertemukan mereka dengan cara yang sama saat mereka pertama kali bertemu di lorong sekolah dulu...