Dua gadis duduk berdampingan di dalam sebuah city car sambil terdiam. Suasana hening yang mereka ciptakan itu sungguh mencekam.
Salah satu diantara mereka sibuk mengingat memori-memori lama yang masuk ke dalam otaknya, sedangkan gadis satunya—Raline sibuk merasa bersalah dengan keegoisannya dulu.
Matahari sedang berada tepat di atas kepala membuat suasana mencekam itu jadi semakin panas. Seolah ac dan atap mobil tidak berhasil membuat Freya dan Raline merasa dingin.
Mereka berdua, tidak ada yang ingin membuka suara jika tidak sadar kalau mereka harus melanjutkan tanggung jawab atau pekerjaan yang mereka punya.
"Jam istirahat hampir habis, gue masuk duluan."
"Ra, gue belum selesai bicara." Freya mencoba menahan Raline yang hampir membuka pintu mobilnya untuk turun.
Raline berdecak kesal. Dia menyentak tangan Freya yang melingkari sebelah tangannya. "Apa lagi?"
"Mau bagaimanapun lo ngejelasin, walaupun lo dan Nevan sekarang cuma teman, pada akhirnya tetap lo yang dipilih sama Tante Naura. Gue yakin, dalam hati lo senang karena nggak perlu susah payah move on dari Nevan," lanjut Raline menggebu-gebu.
Berusaha menetralkan emosinya, Raline menghempaskan punggungnya kasar ke jok mobil Freya. Dia menatap langit-langit mobil dengan pandangan kosong.
Freya berusaha tidak peduli dengan kekesalan Raline karena ia tahu kalau sejak awal bertemu dengannya, Raline akan selalu kesal. Jadi, ia lebih memilih melanjutkan ceritanya.
"Sepulang dari Aussie, gue kira Nevan nggak akan pernah anggap gue temannya lagi, tapi gue salah. Ada satu momen dimana tiba-tiba dia nelfon gue setelah berbulan-bulan nggak saling berkabar, terus dia ngajakin gue ketemu."
"Ternyata hari itu dia mengenalkan gue sama teman-temannya. Sejak itulah gue dekat sama semua temannya, termasuk Kate. Kate cerita sama gue, katanya Nevan emang gitu, dia terlalu baik sampai banyak yang bisa salah paham sama kebaikan dia. Awalnya gue nggak percaya karena Nevan yang gue kenal sejak masuk UI adalah orang yang sangat menjaga jarak sama perempuan, tapi setelah Kate bilang dia sempat salah paham sama Nevan juga, akhirnya gue percaya."
"Kate juga cerita, meskipun Nevan baik ke semua cewek waktu SMA, tapi cuma Raline yang benar-benar dia utamakan. Nevan rela melakukan apapun untuk Raline."
"Gue tebak, Nevan tau soal perasaan gue ke dia, tapi dia nggak mau bilang. Kenapa gue nebak gitu? Karena Kate sempat bilang kalau Nevan itu orangnya peka dan hari dimana Nevan ngenalin gue ke teman-temannya, dia gencar banget jodohin gue sama Gerald yang katanya nggak bisa move on dari orang yang dia taksir waktu SMA."
"Ya... akhirnya gue coba untuk suka sama Gerald karena Nevan terus mempengaruhi alam bawah sadar gue soal bagaimana baiknya si Gerald itu. Tapi, setelah gue beneran suka, bahkan udah di tahap sayang sama Gerald, dia malah terlihat nggak suka sama keberadaan gue."
"Gue tau lo nggak suka sama gue karena gue selalu ada di dekat Nevan." Freya melirik Raline sebentar untuk melihat raut wajah perempuan yang sangat dicintai temannya itu. "Ra, coba deh lo ingat-ingat, gue cuma ada kalau ada Gerald juga disana. Itu akal-akalan Nevan untuk mendekatkan kami. Jadi, please jangan salah sangka. Gue nggak punya perasaan apapun lagi sama Nevan."
"Gue nggak tau," ujar Raline jujur.
Memang, Raline tidak tahu harus bereaksi atau berkata seperti apa setelah mendengar penjelasan dari Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revoir (Tamat)
Romance[SUDAH TERBIT - EPILOG DIHAPUS SETENGAH] 📌 Sequel RALINE. Bisa dibaca terpisah. Setelah bertahun-tahun Nevan dan Raline tidak bertemu, takdir kembali mempertemukan mereka dengan cara yang sama saat mereka pertama kali bertemu di lorong sekolah dulu...