"Raline?"
"Danial?!" Raline tidak terpikir kalau ia akan bertemu satu orang lagi dari masa lalunya. Setelah Nevan, teman-temannya, Danial, besok siapa lagi?
Danial—karyawan Nevan yang tiba-tiba masuk ke ruangannya tadi, kini mengerjapkan matanya ketika melihat Raline.
Setelah itu, ia melangkahkan kakinya menuju tempat Raline berdiri.
Danial sudah mengambil ancang-ancang dengan merentangkan kedua tangannya untuk kemudian memeluk gadis yang sudah lama ia rindukan itu, namun Nevan dengan cepat menarik gadisnya.
Raline terhuyung ke dada tegap Nevan karena ulah laki-laki itu sendiri. Untung bertanggung jawab.
Bayangkan jika Nevan menarik Raline dan Raline malah tersungkur di lantai.
Nevan menatap Danial tajam, tatapannya sangat menusuk. "Nggak ada peluk-peluk."
Mendengar itu, Danial mengerucutkan bibirnya hingga membuat Raline terkekeh pelan.
Danial yang Raline kenal dulu adalah orang yang tegas. Bukan orang yang terlihat manja seperti ini.
Raline menegakkan tubuhnya kembali. "Long time no see, Danial."
Nevan mengerutkan keningnya, menatap Raline dan Danial bergantian. "Kalian kenal dekat?"
"Iya, Bos. Waktu itu gue pernah dek—"
"Aku dan Danial satu SMA waktu di Bandung, Nev," potong Raline. "Danial adalah mantan Syanin."
"Really?"
"Sekarang aku percaya kalau Syanin sempat punya banyak mantan sebelum nikah sama suaminya," lanjut Nevan.
Raline mengangguk, kemudian menatap Danial lagi. "Dan, lo kerja disini?"
"Iya, Ra." Bukan, bukan Danial yang menjawab, melainkan Nevan. "Dia asisten aku, tangan kanan aku disini. Dulu kita satu kampus juga di UI, tapi Danial kelas reguler."
"Ah, akhirnya gue tau jurusan lo. Soalnya waktu itu lo nggak ada kabar lagi sih habis kelulusan," kata Raline pada Danial.
Danial tersenyum kikuk. Perkataan Raline mengingatkannya akan masa lalu. Tentang ia yang berjanji tidak ingin bertemu Raline lagi demi kebaikan hatinya sendiri.
Siapa yang menyangka kalau Tuhan mempertemukan mereka lagi sekarang?
Entah untuk apa tujuannya. Mungkin, menyelesaikan apa yang belum selesai.
Nevan berdeham pelan. Dia bisa melihat ekspresi wajah Danial yang menurutnya menyimpan sesuatu. "Dan, tolong minta Pak Agung—office boy buat beliin makan dua porsi, ya. Nanti suruh bawain kesini aja, gue sama Raline makan disini."
"Oke, Bos."
"Tapi, nambah satu porsi lagi dong. Gue mau juga ikut makan bareng kalian, udah lama nih nggak ketemu Raline," bujuk Danial.
"Boleh, Dan. Atur aja, biar Nevan yang bayar," ujar Raline lebih dulu, tidak memberi kesempatan untuk Nevan menjawab. Raline tahu, jika Nevan yang menjawab maka ia tidak akan memperbolehkan laki-laki itu bergabung dengan mereka.
"Buruan sana, nanti keburu Pak Boss berubah pikiran," tambah Raline karena Danial masih diam di tempat.
Namun, setelah mendengar ucapan terakhir Raline, dia langsung buru-buru keluar dari ruangan Nevan. Bahkan, ia lupa tujuannya datang kesana untuk meminta tanda tangan Nevan.
Danial pikir, tanda tangan bisa jadi urusan belakangan. Yang terpenting adalah ia tidak akan melewatkan momen untuk mengobrol dengan perempuan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Revoir (Tamat)
Romance[SUDAH TERBIT - EPILOG DIHAPUS SETENGAH] 📌 Sequel RALINE. Bisa dibaca terpisah. Setelah bertahun-tahun Nevan dan Raline tidak bertemu, takdir kembali mempertemukan mereka dengan cara yang sama saat mereka pertama kali bertemu di lorong sekolah dulu...