MD : Awal Cerita

17.6K 488 20
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Gundukan tanah diiringi isak tangis terdengar begitu pilu, apalagi melihat gadis kecil yang menunduk dengan derai air matanya.

Pria tampan mengusap lembut bahu sang putri sembari mengusap air mata yang jatuh dipipinya. "Papah tau ini berat sayang, tapi mamah ga bahagia kalau kita nangis."

"Ella ga mau ditinggal mamah, pah!" gumamnya dengan gelengan.

Bocah 3 tahun sudah harus dihadapkan dengan situasi seperti ini. Kehilangan seseorang yang telah berhasil mengenalkannya pada dunia.

"Papah tau sayang, tapi ini takdir Tuhan! Kamu inget Tuhan? Yang punya dunia ini bahkan diri kamu sendiri. Siap ga siap kita harus kehilangan sayang."

"Papah, kalau mamah pelgi Ella dilumah sama siapa? Papah kelja, Ella sendili. Hiks, hiks."

Pria itu membawa sang putri kedekapannya, harusnya Ella tahu kalau ia sebagai suamipun merasa kehilangan. "Ada omah dong,"

"Mamah, apa benel kalau Ella nangis mamah sedih? Yaudah Ella ga nangis tapi mamah jangan sedih ya." Ella, gadis itu menarik diri dari pelukan sang papah kembali menatap nisan yang ada dihadapannya.

"Udah Li, mending kita pulang." wanita paruh baya mengusap bahu sang pria dengan lembut, membuat pria itu menoleh dan kemudian mengangguk.

"Kita pulang ya Ella,"

Ella mengangguk, berdiri dan matanya tanpa sadar melihat seseorang tengah tertawa dibalik pohon.

"Ali, bunda turut berduka cita ya? Semoga Sisy tenang. Dan kalau kamu udah baikan, bunda bisa cariin kamu istri baru."

"Ga bunda makasih,"

Seorang wanita menatapnya dengan sendu, matanya menyiratkan sebuah rahasia besar yang Ali tidak mengerti sama sekali. Dia adalah--- Salsa.

Kejadian itu membuat luka pria yang tengah duduk santai kembali terbuka. Kehilangan sosok berharganya, istrinya, ibu dari anaknya, wanita kuatnya.

"Sy, anak kita kuat ya."

"Dor! Papah lagi apa?" gadis mungil, membuat pria Itu terkejut dan menatapnya dengan geram. "Maaf papah," cengirnya.

Pria itu menghela nafas, lalu mengelitik sang putri dengan tawanya. "Hiyaaa siniiii kamu!"

"Ampun, ampun pahhh!" pekiknya.

Wanita paruh baya menggeleng melihat itu, menghampiri sang putra dan duduk disebelahnya. "Li, kamu ga ada niatan cari istri? Udah 10 bulan loh Sisy pergi."

Li atau lebih tepatnya, Kargalind Putra Maxoltra yang kerap dipangil Ali itu menggeleng. "Ga mah, Ali rasa Ali butuh waktu buat nyari yang pas. Apalagi Ali punya Ella,"

"Yaudah terserah kamu."

***

Sementara dirumah sebelah, wanita mungil tengah menangis tersedu-sedan.

"Ja-jadi kamu nikahin dia mas?"

Sementara pria dihadapannya mengangguk dengan seringaiannya. "Iya, dia hamil anak aku masa ga aku nikahin."

"Mas! Kondisi rumah tangga kita lagi ga baik, ekonomi kita turun karena perusahaan kamu bangkrut! Dan bisa-bisanya kamu nikah lagi?!"

"AKU GA PERDULI!"

"Mas, kamu berubah mas."

Brak!

"Hiks-hiks."

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang