MD : April Mop!

3K 306 40
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Seren membuka kelopak matanya, meneliti ruangan yang asing tapi ia tahu. Ah ini kan kamar Ali, calon suaminya.

Seren tersenyum saat mengingat pergulatan panasnya dengan Ali. Hingga tanpa sadar meremas selimut yang sudah melekat ditubuhnya.

Clek,
Suara pintu yang terbuka membuat Seren menoleh, melihat Ali yang masuk kedalam kamar dengan rambut basahnya. Tak lupa handuk yang bertengker dibahunya.

"Sedang apa?" Ali bertanya dengan kerutan didahinya.

"Sayang, s-setelah yang kita lakukan, apa kamu tidak mau menikahiku dengan cepat?" tanya Seren dengan senyuman penuh kemenangannya.

Ali mengerutkan dahinya lagi, "melakukan apa?" tanyanya benar-benar tidak tahu.

"Melakukan kegiatan suami istri." gumam Seren sembari berusaha mengulum senyumannya.

Ali terkekeh sinis dalam hatinya. Ternyata benar, fikiran Seren memang sudah kotor! "Bukankah kamu melihat pakaianmu lengkap?" tanyanya lagi sembari menaikan salah satu alisnya.

Seren membulatkan matanya, menyibak selimut dan melihat pakaiannya masih sama dengan yang sebelumnya. "Ka-kamu pakein aku baju?"

"Seren, aku tidak melakukan apapun!"

"Tapi selimut ini? Kenapa ada dibadan aku?" tanya Seren.

Ali terkekeh kecil dalam hati. "Apa salah menyelimuti orang yang ketiduran? Buang jauh pikiran kotormu!" Ali berlalu keluar kamar. Benar-benar tidak menyangka, adik dari mendiang istrinya itu berfikiran kotor seperti itu.

Ali mendengus dalam hati saat Seren berbaring disampingnya, memunggungi dan membiarkan gadis itu mengecoh bahkan mengabaikan permohonan Seren yang ingin ia membalikan tubuhnya.

Hingga akhirnya dengkuran halus terdengar, Ali berbalik dan melihat Seren sudah tertidur. Mungkin kelelahan berbicara, salah sendiri baru datang sudah membuat telinga Ali pengang.

Ali pergi beranjak, dan memilih berbaring dikamar sebelah.

Dan ternyata---

"Cuma mimpi?" gumam Seren dengan rengekannya.

***

Tanpa tahu malunya lagi, setelah mandi Seren memakai pakaian terbuka. Membuat Ressi menatapnya tidak percaya. Mereka kan belum sah? Apa Seren tidak takut kalau Ali khilaf? Atau gadis itu memang sengaja, mau membuat putranya khilaf?

"Ganti pakaianmu!" suara Ali mengejutkan Seren yang tengah sibuk memainkan ponselnya. "Tidak baik memakai pakaian terbuka dihadapan pria yang bukan suaminya." ujarnya menasehati.

Bukan so suci, tapi itu ia katakan agar Seren sadar. Bahwa ia bukan sedang berada dirumah miliknya sendiri.

Baru akan menyahut suara Ressi menyela, "benar Seren. Lebih baik menggunakan yang lebih tertutup."

Seren menghentak-hentakan kakinya kesal, berjalan menuju kamarnya untuk berganti pakaian.

"Kamu benar Ali, dia sangat berbeda dengan Sisy." sahut Ressi melanjutkan acara memasaknya.

Ella turun dari tangga, duduk dimeja makan dengan lesuh.

"Anak papah!" seru Ali berusaha antusias. Tapi Ella malah hanya menatapnya dengan datar. Hei sejak kapan putrinya bisa menampilkan ekspresi seperti itu?

"Ngapain tante Seren ada disini?" Ella menatap Seren datar, tangannya menunjuk tidak suka pada tantenya itu.

Ella masih ingat, dulu saat mamahnya masih ada- Seren selalu membuat mamahnya menangis.

"Aku bukan tante kamu lagi, tapi mamih!"

Ella menatapnya tanpa ekspresi. Gadis kecil itu berlalu dari sana, meninggalkan ketiga orang yang menurutnya menyebalkan.

"Sudah ku katakan, jangan bilang dulu pada Ella!"

"Tapi-"

"Sudahlah, makan! Biar mamah yang bujuk Ella." sela Ressi.

***

Prilly mengelus perut ratanya, membayangkan ekspresi jika Ali tahu bahwa ia mengandung anaknya.

"Bukannya aku tidak bahagia karenamu sayang. Tapi kamu datang diwaktu yang tidak tepat." gumamnya sendu. "Eh emm gapapa ko, mamah sama abang Han bakal jagain kamu."

Drttt drttt

Mendengar suara ponselnya berdering, Prilly beranjak bangun menghampiri ponselnya dan melihat sebuah notifikasi disana.

-----
Bunda Metta

Kuemu selalu enak, saya mau pesan lagi untuk arisan boleh ya?

Boleh banget bunda.

Seperti biasa ya Prill, diantar sore.

Siap bunda.

-----

Prilly tersenyum senang, ia memanggil wanita itu bunda karena wanita itu sendiri yang meminta.

Bunda Metta adalah sosok yang membantu Prilly mencari tempat tinggal di Bandung. Saat itu, Prilly dan Han sama-sama ketiduran di buss dan Bunda Metta lah yang membangunkannya.

"Akhirnya dapet uang lagi!" serunya senang.

"Yah bikin sendiri deh, Han kan sekolah." gumamnya. Bukan memanfaatkan keringat anak, tapi putranya itu membantu sekaligus menghibur untuknya. Jadi Prilly merasa tidak terlalu lelah walau mendapatkan banyak pesanan.

Tak jarang Han bernyanyi, menumpahkan tepung kewajahnya. Walau bisa merugikan tapi Prilly senang, toh Han pun tahu batasan.

.
.
-bersambung.

Sorry:) Duda gw pikirannya bersih, ya kotor dikit kalo ama calon janda. Jadi ga mungkinlah duda gituan ama gadis agresif.

00.14 WIB

Mana ni DuDaLopersss? 🤣

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang