Selamat membaca:)
.
."Pak! Pak!"
"PRILLY!"
Ali memekik sembari membuka pejaman matanya, kenapa mimpinya jelek sekali? Ali mengusap wajahnya dengan kasar. Semoga kecelakaan itu hanya mimpi, bukan benar-benar terjadi.
"Pak? Bapak siapanya Prilly ya?" seorang warga membuat Ali menoleh menatapnya. Sejak kapan ia tidak sendirian?
Ali beranjak dari duduknya, menunduk sebentar dan memberikan senyum. "Saya temannya, apa Prilly belum pulang ya?"
"Bapak tidak tahu ya? Prilly dan Han kecelakaan tadi siang."
Ali membulatkan matanya terkejut, melirik langit yang ternyata memang mulai gelap. Berapa lama Ali tertidur didepan rumah Prilly? Dan apa tadi?! Mimpinya benar? Prilly kecelakaan?!
"Lalu? Dimana mereka sekarang?"
"Prilly dan Han sudah dibawa kerumah sakit terdekat pak. Rumah sakit ******"
"Terimakasih!" Ali berlari menuju mobilnya, mengendarainya sampai lupa jika ia tidak tahu dimana letak rumah sakit itu.
Cittt!
Ali hampir saja terjedug stir mobil, melihat sebuah kucing yang melintas secara tiba-tiba.
"Astagfirullah, kenapa dada gue sakit banget?" gumamnya. "Yaallah! Rumah sakitnya dimana?!!!" Ali memekik frustasi.
***
Mobil Ali berhenti tepat didepan rumah sakit tempat Prilly dilarikan. Laki-laki itu mencoba mengatur nafas dan mulai memarkirkan mobilnya mengikuti peraturan rumah sakit. Setelah itu Ali keluar, berlari tergesa-gesah untuk masuk.
"Permisi, pasien kecelakaan hari ini dengan nama Prilly dan Han."
"Kedua pasien masih berada diruang UGD. Silahkan ikuti jalan dan belok kiri untuk sampai kesana."
Ali mengangguk, mengucapkan terimakasih dan kembali berlari. Setelah sampai didepan pintu, Ali meluruhkan tubuhnya. Belum melihat kondisinya saja Ali sudah lemas.
***
"Kondisinya kritis, benturan keras terjadi pada kepala dan juga rahimnya. Perlu banyak darah dan kami sedang kehabisan stok." dokter yang baru saja keluar dari ruangan Prilly itu menghampiri Ali dan menjelaskannya.
"Keadaan anak-anaknya?"
"1 bayinya dinyatakan meninggal karena melindungi 1 bayinya yang lain. Kami akan memberikan yang terbaik."
"Lakukan tanpa melukainya dok."
"Baik pak--- kami sedang tidak punya stok darah ab."
"Baik saya yang akan cari," Ali sendiri darahnya bukan Ab melainkan O. Lalu dimana ia harus mencari darah Ab? Jangan sampai Prilly kenapa-kenapa! "Lalu putranya?"
"Pasien yang kecil itu? Rekan saya yang sedang memeriksanya. Anda boleh bertanya pada rekan saya, setelah dia keluar. Saya permisi."
Ali mengangguk, menunggu dokter yang ternyata benar masih menangani Han.
Tak berapa lama, dokter itu keluar. Ali segera saja menghampirinya. "Dok, bagaimana kondisi putra saya?"
"Oh anda papahnya? Baik mari ikut saya."
Ali mengikuti, sepertinya Ali diajak keruangan pribadi dokter itu. Apa ada sesuatu yang begitu serius?
"Dahi pasien sobek, darah yang keluar cukup banyak. Kami membutuhkan darah O-"
"Ambil darah saya!"
"Kami punya banyak stok untuk darah O, pak."
"Tidak! Ambil darah saya."
***
Setelah melakukan transfusi darah, akhirnya Ali keluar dengan perasaan lega. Dalam tubuh Han, sekarang mengalir darahnya. Tapi mengingat Prilly--- Ali kembali meneteskan air matanya.
"Ali?" Ressi datang dengan Ella yang menangis disampingnya.
Ali berlari, "mah! Prilly kritis!" ujarnya sembari menangis dipelukan sang mamah.
Sementara Ella dengan cepat memeluk kaki sang papah. "Han mana pah?!"
"Han disana!" Ali menunjuk sebuah ruangan lalu Ella berlari cepat kesana. "Mah, hiks satu bayinya meninggal."
"Satu?"
"Prilly hamil kembar. Prilly juga butuh darah AB."
Ressi mengusap lembut bahu sang putra. "Kamu kenapa sesedih ini, Ali?"
Ali tersentak kecil, menatap mamahnya dengan sayu. "A-Ali khawatir sama Prilly. A-Ali mencintai Prilly." lirihnya membuat Ressi tidak lagi terkejut. Ressi tahu, anaknya aneh jika bersama Prilly. Sangat berbeda ketika bersama Seren.
"Ali harus apa?"
"Kok apa? Cari tau siapa orang yang udah bikin Prilly kaya gini. Dan cari darah AB. Setau mamah dirumah sakit ****** Jakarta banyak darah AB. Kamu bisa cari kesana."
"Mamah bener, Ali akan pulang ke Jakarta hari ini. Ali minta tolong mamah Jaga Han sama Prilly ya?"
Ressi tersenyum lalu mengangguk. Ali menghampiri ruangan Prilly, melihat dari kaca pintu dan menangis kembali. "Prill, bertahan ya. Kasian anak kamu. Aku pergi, kita berjuang sama-sama walaupun nanti ketika kamu sadar kita bukan siapa-siapa."
"Ali pergi mah,"
Didalam mobil Ali hanya mampu menangis, kenapa ia sangat merasa terluka ketika salah satu bayi Prilly meninggal?
Tanpa mau pulang dulu, Ali melajukan mobilnya dari Bandung menuju Jakarta. Mencari darah untuk Prilly.
***
Saat sedang menunggu, tawa dua orang membuatnya mendongkak dan membulatkan matanya.
Ali menghampiri laki-laki itu, manariknya keluar dari rumah sakit lalu memberikan satu pukulan kearah pipinya.
"Apaan ini?!" laki-laki itu menyentak tangan Ali. "Ngapain kamu pukul saya?!?"
"Andra! Jadi ini kelakuan anda diluar kota hah?!"
"Apa maksudmu?!" Andra, ya laki-laki itu adalah Andra. Suami dari Prilly yang tiba-tiba pergi. Andra ada disini, di Jakarta dengan seorang wanita yang Ali sendiri tidak tahu siapa.
"Prilly!"
"Oh kamu ketemu sama dia? Bagus kalau gitu. Sebentar!" Andra berlari menuju mobilnya dan kembali dengan sebuah map. "Nih! Ini surat cerai dari saya. Tolong berikan padanya."
"Bajingan! Prilly sedang mengandung dan anda ceraikannya?!"
"Mengandung? Hamil? Mungkin itu bukan anak saya! Dari semenjak Han lahir saya tidak pernah menyentuh Prilly sama sekali!"
"Maksudmu?!"
"Lupa heh?" Andra bertanya dengan wajah songongnya, "Kamu yang menanam benih dirahimnya!"
.
.
-bersambung.Rere yakin nih partnya panjang pasti ngebosenin parah wkwk:v
![](https://img.wattpad.com/cover/251980651-288-k323976.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Duda [END]
RandomEnd! 17+ Mencintai seseorang yang statusnya masih menjadi istri orang, hem bagaimana rasanya? *** Ali adalah duda yang ditinggalkan oleh istrinya-Sisy- dan sudah memiliki satu orang anak-Ella-. Kecelakaan itu membuat istrinya meninggal dunia dan me...