MD : Belanja yok!

2.8K 327 42
                                    

Selamat membaca:)
.
.

"Suami kamu kemana selama ini?"

Prilly menatap Ali dengan terkejut, lalu alasan apa yang harus Prilly katakan pada Ali? Mungkin jika 1 bulan keluar kota masih masuk akal, tapi Ali bertanyanya 'Selama ini'... Apa Prilly harus mengatakan yang sejujurnya? Tentu tidak, Prilly tidak mau merusak pernikahan Ali dengan calonnya.

"Saya kan sudah bilang, mas Andra sibuk kerja."

"Kerja apa sampai kamu tidak kekontrol gini?"

"Mas Andra keluar kota. Jadi belakangan ini saya ga kekontrol makanannya."

Ali menghela nafas kecil, "seharusnya dia tetap bertanggung jawab. Setidaknya mengingatkan atau mengirim sesuatu yang bergizi. Kasian anak-anak kamu." ujarnya dengan tegas.

"Harusnya kamu mas yang tanggung jawab, tapi kayanya kamu ga inget sama sekali."

Ali sendiri sebenarnya tidak mau memikirkan siapa yang sudah bersamanya malam itu, karena dirumahnya tidak ada orang. Dan Ali fikir saat itu Ali tengah berkhayal.

Enak bgt ya mas, ngayalnya:)

"Mungkin mas Andra sibuk banget."

"Habis ini ikut aku belanja buat bulanan kamu. Selama Andra masih diluar kota aku yang akan ingetin semuanya."

***

Menepati janjinya akhirnya keempat manusia itu tengah berbelanja, kesana kemari untuk memilih barang-barang yang Prilly butuhkan. Awalnya Prilly sempat menolak tidak enak, tapi Ali berkata ini sebagai gajinya waktu itu yang belum ia bayar sama sekali.

"Ini aja mas harganya lebih murah 2000." Prilly memperlihatkan sebuah apel yang ada ditangannya dan membandingkan apel yang ada ditangan Ali.

"Apa bedanya? Cuma 2000. Udah ini aja lebih seger!" tanpa mau dibantah Ali menyimpan apel Prilly ketempat semula dan memasukan apel pilihannya ketroli

"Papah! Ella mau ini!" Ella menunjukkan 2 telor berwarna ungu ya apalagi kalau bukan minderyoy? Jajanan bocah sultan. 2 bola harganya bisa beli jus.

"Sama Han juga!" Ali memekik membuat Ella mengangkat jari jempotnya.

Prilly kembali berjalan, diikuti Ali dibelakangnya persis seperti suami istri yang memang tengah berbelanja bulanan. Ali menatap Prilly yang kini terlihat sangat cantik dengan perut buncitnya.

"Subhanaallah istri orang."

Prilly berhenti, melihat sebuah durian yang ia inginkan beberapa hari yang lalu. Tapi harganya sangat mahal, lagipula ia tak tahu itu bagus untuk ibu hamil atau tidak.

"Kenapa?" tanya Ali mengerutkan dahinya bingung.

Prilly menggeleng lalu kembali melanjutkan langkahnya. "Kamu mau durian?" mendengar itu Prilly menggeleng kecil, berbohong.

"Maaf, tapi kalaupun kamu mau ga bakal aku beliin. Dulu waktu Sisy hamil, mamah bilang durian ga bagus. Katanya sih panas gitu, ga paham juga. Jadi gausah ya? Ntar aja okey?"

"Lagian ga mau kok, mas."

"Yaudah, kita ketempat sayur."

"Ella sama Han kemana mas?"

"Gatau, udah gapapa terserah mereka mau jajan apa." "Mending kita berduaan."

"Mas mending kita cari dulu mereka."

Ali menggeleng, menuntun Prilly untuk berbelok kearah sayuran. Setelahnya mengerutkan dahinya, melihat cara berjalan Prilly yang sedikit aneh, kenapa rupanya? "Prill?"

"Emm ya?" Prilly menoleh menatap Ali dengan senyumannya. "Kenapa mas?"

Tanpa banyak bicara Ali mendekat pada Prilly, menyimpan tangan wanita itu ditangan kanannya sementara ia kembali mendorong troli.

Prilly terdiam kaku, nyaman sekali berada didekat Ali. Posisi mereka yang seperti itu membuat beberapa orang menatapnya berbinar. Posisi yang manis.

"Mas ga risih?" tanya Prilly berbisik.

"Gak lah," "Seneng banget ini mah, rezeki nomplok anak soleh!"

"Makasih ya mas,"

"Gausah makasih, Prilly." "Apapun buat kamu." Ali merasa menjadi lelaki yang paling pengecut karena tidak bisa menyampaikan perasaannya itu.

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang tidak sengaja melihat itu, melihat kemesraan Ali dan Prilly. Matanya memanas, setetes air mata jatuh dipipinya.

"Kenapa gitu?"

Berbeda dengan Ali Prilly, Ella nampak sedang memelas agar mbak kasir memperbolehkan-nya membuka ice cream sebelum membayar.

"Ella serius, tuh yang itu! Itu papah sama mamah Ella!" seru kesal Ella sembari menunjuk Ali dan Prilly yang sibuk memilih sayur.

"Tapi ga bisa dek,"

"Udah Ella nanti aja." Han juga mencoba membujuknya, tapi Ella tetap keukeh tidak mau dibantah.

"Nanti Ella bilangin sama papah!"

Hingga akhirnya Ali dan Prilly mendekat, menghampiri Han dan Ella dengan troli yang sudah penuh oleh kebutuhan Prilly.

"Kenapa La?"

"Tante ini ga ngizinin aku makan eskrimnya, padahal Ella udah nunjuk papah."

"Eh? Ella marah sama mbaknya?" Ella mengangguk. "Ga boleh gitu, minta maaf. Mbaknya cuma takut Ella bohong, nanti mbaknya yang harus ganti rugi."

"Tapi-"

.
.
-bersambung.

Allo! Ekhem part ini garing/gjls bgt sih menurut Rere😒 makanya mikir2 ulang buat dipublishhh hiksrot😭

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang