MD 2 : Mas Ali

7.3K 399 29
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Prang!!!

Bunyi suara gaduh dari arah ruang keluarga membuat laki-laki tampan menintikan air matanya penuh ketakutan.

"Mamah, Han takut." gumamnya dengan kaki yang ia tekuk. "Mamah hiks."

Sementara diruang keluarga sepasang suami istri tengah beradu mulut dengan pancaran mata yang sama-sama menyiratkan sebuah amarah.

"KAMU KENAPA SIH HAH?!" sang istri memekik dengan air mata yang saling berlomba-lomba turun membasahi pipi chubbynya.

Laki-laki dihadapannya berdecak dengan senyuman smirk. "Kamu tuh udah berubah, dan aku ga suka sama perubahan kamu."

"Lalu aku harus gimana? Aku harus apa hah?!"

"Berhenti memekik didepan wajahku, Prilly!" plak! Sontak wajah sang istri menoleh kearah kanan, tamparan hasil tangan suaminya benar-benar menorehkan luka sekaligus bekas yang mendalam. "Itu tidak baik didalam agama!"

Mendorong sang istri hingga terduduk disamping sofa lalu beranjak pergi keluar rumah dengan begitu saja.

"Masih ingat agama kamu mas. Tapi kenapa kamu gatau hukumnya membuat seorang wanita menangis!"

Wanita itu menangis kecil, menyembunyikan wajahnya dibalik lipatan tangan. Mungkin jika hanya memiliki madu dan bisa berlaku adil, itu tidak jadi masalah. Namun sekarang? Suaminya itu pulang hanya untuk meminta uang, dan jika punya uang laki-laki itu tidak akan pulang bahkan seperti lupa jalan menuju kerumahnya.

Tiba-tiba sebuah pelukan mendarat dipunggungnya, tangan mungil melingkari tubuh sang mamah dengan kesusahan.

"Apa Han bisa membuat mamah tidak menangis? Mamah mau apa? Han beli apapun untuk mamah asal mamah berjanji untuk tidak menangis." bocah kecil itu menyahut dengan suara yang sedikit sesegukan.

"Mamah tidak menangis, ah sepertinya Han yang menangis."

"Han menangis karena mamah menangis."

"Baiklah, mamah tidak menangis, jadi jangan menangis lagi ya?" Han mengangguk patuh, laki-laki kecil itu mengusap air matanya dengan perlahan.

Tok tok tok...

Bunyi ketukan pintu membuat anak dan ibu itu menoleh secara bersamaan. Lalu menghampiri pintu rumah dengan bergandengan tangan.

Sang ibu berjongkok dihadapan sang putra lalu memamerkan senyuman termanisnya. "Apa mamah jelek, sayang?"

Han tentu menggeleng, mengecup kening sang mamah dan bergumam... "Bidadari selalu cantik."

Sehabis tersenyum untuk membalas ucapan sang putra, wanita itupun membuka pintu dihadapannya dengan tenang.

"Loh, mas Ali? Ada apa ya?"

Laki-laki yang dipanggil Ali itu menoleh dan segera membalikan tubuhnya. "Prill, saya boleh minta tolong ga?"

Prilly mengangguk menunggu permintaan Ali.

"Saya titip Ella sebentar, mamah saya tidak bisa datang kerumah hari ini dan Ella tidak ada yang menjaga. Hanya sebentar, saya janji langsung kembali."

Prilly terkekeh mendengar penjelasan panjang dari laki-laki dihadapannya. "Gapapa kok mas, lagian Han pasti seneng ada temennya. Yakan Han?"

Han, laki-laki itu mengangguk dengan senyuman manisnya. "Iya, Ayok Ella kita main! Aku baru beli dvd dora, mau nonton ga?"

"Ah pasti seru! Yu kita nonton Han."

Kedua bocah menggemaskan itu berlalu masuk dengan tangan yang saling bergandengan.

"Ah, maaf ya kalau merepotkan? Saya janji hanya sebentar."

"Tidak apa-apa kok mas."

"Terimakasih, saya pamit dulu. Assalamualaikum?"

"Waalaikumsallam."

Dada Prilly berdenyut mendengar suara lembut dari Ali. Duren sawit beranak satu yang amat begitu tampan dan tahu sopan santun.

"Kapan mas Andra bisa seperti mas Ali?" gumamnya dengan senyuman pahit yang begitu menyedihkan jika dilihat.

.
.
-Bersambung.

Kemarin lupa ganti judul part:(

Btw!!! Gimana rasanya Ali comeback? Klo Rere sih ya gaosah ditanya mwahaha.

Hei kamu! Hebat udah bertahan sejauh ini---

Hei kamu! Hebat udah bertahan sejauh ini---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang