MD : Part Panjang

4.6K 353 89
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Ali menghela nafas. Semuanya beres, Seren telah mendapatkan balasan yang setimpal! Meninggal dalam kondisi tidak wajar.

Kini bunda Dewi sudah dipenjara, karena Ali memberikan rekaman yang menyatakan bahwa wanita itu menyembunyikan kebenarannya. Sementara Salsa, mirisnya setelah putrinya dikemukakan wanita itu menjadi pasien rumah sakit jiwa, beruntung Aldi setia membantu keadaan istrinya agar cepat pulih.

Ali tersenyum manis saat mengingat masih ada waktu untuk ia menjenguk calon istrinya dulu. Karena ternyata kasusnya cepat dan meleset dari perkiraan.

Ella dan Han masih ia titipkan bersama Vita, karena kondisi mereka masih belum pulih.

Mengambil kunci mobil dan bergegas meluncur kerumah sakit. Jalanan lumayan lenggang, mungkin karena sudah hampir malam.

***

Ali berjalan pasti saat melihat mamahnya tengah makan sendirian didepan pintu ruangan Prilly. "Mamah!" serunya dengan riang, persis seperti bocah.

Ressi menoleh, melihat Ali dengan terkejut. "Loh?"

"Kaget ga? Kaget ga? Kagetlah, masa ga!" Ali terkekeh geli.

"Serius, memangnya udah beres?"

Ali mengulurkan tangannya, mencium punggung tangan sang mamah dengan pelan. "Udah mah, ga ngerti juga kenapa cepet banget beres."

"Ya syukur kalau gitu, jadi kamu bisa jagain Prilly malam ini." Ressi membereskan rantang yang ia bawa dari hotel, karena saat Ali datang itu suapan terakhirnya.

Ali mengerutkan keningnya bingung, "memangnya mamah mau kemana?"

"Mamah mau pulang dulu ke hotel, beres-beresin semua barang-barang buat pindah kehotel deket-deket sini aja." ujarnya.

"Kenapa?"

"Biar ga terlalu jauh lah."

"Perlu Ali bantu?"

Ressi menggeleng, beranjak berdiri dan memeluk sang putra sebentar. "Bodyguard yang waktu itu, mamah suruh mereka aja yang bawa-bawain barangnya." setelah mengucapkan itu, Ressi bergegas pergi dengan sedikit tergesa-gesa.

Ali menghela nafas, melihat Prilly dari balik kaca persegi dipintu lalu mulai meyakinkan dirinya untuk masuk.

Dengan menggunakan baju steril, Ali masuk. Memandang Prilly dari jauh yang nampaknya masih senang dengan dunia alam mimpinya.

Ali tersenyum kecil, berjalan pasti dan duduk disamping brangkar Prilly. Laki-laki itu memejamkan matanya sembari mulai membawa tangan mungil Prilly untuk mendekat pada pipinya.

"Cepet bangun dong! Papah kangen." Ali terkikik geli, menyadari panggilan untuk dirinya sendiri. "Dede kuat banget nemenin mamah yang lagi kritis gini, plus kakaknya yang udah ga ada."

"Bangun, buktiin ke dunia kalau kamu ibu yang kuat. Btw Seren udah ga ada, dia meninggal dari lantai 4 restoran. Padahal sebelumnya ada ibu-ibu bilang ga akan mati kalau cuma dari lantai 4."

"Malam ini, aku tidur sini ya. Ajak aku ke mimpi kamu dong, kaya dicerita Magulo itu."

"Daritadi ngomong terus, ga dikasih minum apa? Haus nih!" rengut Ali menatap jengkel pada Prilly, yang hanya mampu terpejam.

"Aku cape, bobo bentar ya? Sini cium dulu..." Ali mendekatkan benda kenyal itu pada kening Prilly, menciumnya cukup lama. "Good Night, sayang."

"Kalau kamu bangun, aku janji bakal jadi suami yang setiap hari cium jidat kamu, bibir juga boleh kalau kamu maksa."

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang