MD : Ke KUA.

3.6K 350 81
                                        

Selamat membaca:)
.
.

Ali kembali melajukan mobilnya, menuju ke perusahaan yang sudah tidak ia kunjungi beberapa hari ini. Entahlah untuk menghitungnyapun Ali malas.

Setelah memarkirkannya, Ali bergegas masuk. Melalui para karyawan yang menyapanya dan mulai mengecek semua laporan yang sudah disiapkan oleh orang suruhannya selama dia tidak ada.

Tok tok tok!

"Masuk Pak Eko!" Ali memekik, membuat laki-laki dengan pakaian rapinya itu segera masuk dan menghampirinya. "Kenapa pak?" bagaimanapun laki-laki itu lebih tua darinya, tidak perduli jabatan.

"Perusahaan berjalan lancar, Mr. Pernah ada kendala sedikit tapi itu sudah teratasi. Ini daftar beberapa proyek yang ingin langsung bertemu dengan anda minggu depan."

"Bagus, saya selalu suka kinerja bapak ini. Masalah proyek itu nanti saya coba hadir ya. Doakan semoga calon istri saya baik-baik saja."

"Terimakasih dan pasti saya mendoakan, mr. Saya permisi kalau begitu."

Ali memijat pangkal hidungnya, memikirkan bagaimana keadaan salah satu calon bayinya? Ia tidak begitu tahu tentang bayi yang kembar tapi kemarin ia sedikit membaca artikel jikalau bayi yang sudah meninggal bisa mempengaruhi ibu dan kembarannya.

Ali mendial nomor seseorang.

"Cek cctv sekolah ******** kemarin. Gue tunggu rekamannya."

Setelah mengatakan itu Ali kembali menuju mobil dan melajukan mobilnya menuju Bandung.

***

"Papah!" pekikan Ella tertahan kala Han yang sudah mulai membaik menutup mulutnya. "Tangan Han bauuu!"

"Ini rumah sakit Ella!" Ella mendelikan matanya kesal lalu menunggu papahnya yang jalan mendekat.

"Kamu gapapa?" tanyanya membuat Ella menggeleng kecil. "Syukurlah, Han udah sehat?"

"Han udah sehat, om. Tapi kadang-kadang kepala Han pusing."

Ali tersenyum kecil, menyimpan tangannya diatas kepala Han dan mengelusnya pelan. "Gapapa, itu proses sembuh. Han kan kuat?"

"Iya om!"

"Ali?"

Ali menoleh, menatap mamahnya dan beranjak menghampiri. "Gimana?"

"Dokter bilang masih kritis, dan karena usia kandungan Prilly yang udah cukup tua terpaksa bayi yang meninggal nunggu 9 bulan juga buat dikeluarin."

"Mah,"

"Kenapa?"

Ali menatap Ressi dengan sayu lalu menghela nafas kecil. "Anak itu anak Ali." gumamnya membuat mata Ressi membola.

"M-maksud kamu apa?"

"Ali khilaf mah. Waktu Ella dirumah mamah, Ali mabuk dan Prilly ada dirumah Ali. Ali kemarin ketemu Andra, suaminya Prilly. Dia bilang semenjak Han lahir dia ga pernah nyentuh Prilly sama sekali. Ini surat cerai mereka." Ali menunjuk map yang Andra berikan padanya.

"Ali ngerasa gagal jadi seorang ayah." gumamnya kembali menangis, "Ali malu sama diri Ali sendiri."

"Mamah ga nyangka, mamah pusing." Ressi menyentuh kepalanya, mendudukan bokongnya dikursi depan ruangan Prilly. "Kenapa bisa-bisanya kamu ga inget?"

"A-Ali sebenernya takut itu cuma mimpi mah. Ya Ali pikir mana mau Prilly sama Ali mah."

"Udahlah pusing mamah. Yang pasti kamu harus secepatnya batalin acara nikahan kamu sama Seren. Mamah ga mau kamu ga bertanggung jawab!"

Ali menganggukan kepalanya, "Ali juga berfikiran begitu mah." ujarnya lalu menoleh pada Ella dan Han yang sibuk memijat tangan kanan dan kiri Ressi, pintar sekaleh. "Mamah pulang aja sama mereka, istirahat. Biar Ali yang jaga disini."

"Kamu baru sampe Ali."

"Gapapa mah, Ali butuh waktu buat bicara sama anak-anak yang ada diperut Prilly."

Ressi menghela nafas, menepuk pundak sang putra dan memberinya senyuman semangat. "Semangat papah!"

***

Ali masuk kedalam ruangan dengan seragam sterilnya. Menghampiri brangkar dan menangis sembari membelai lembut perut buncit Prilly.

"Anak-anak, maafin papah ya? Papah ga bisa jaga kalian. Papah ga bisa lindungin kalian. Papah emang ga pantes jadi papah yang baik buat kalian." Ali menghapus air matanya kasar.

"Papah mohon, ajak mamah bangun ya? Bilangin papah mau ngajakin mamah kalian nikah."

Ali beralih pada Prilly, mengusap lembut rambut sebahu wanita yang tengah terbaring nyaman itu. "Aku bodoh banget, harusnya dari awal aku cari tau semua. Mungkin kalau aku cari tau semuanya, aku bakal jagain kamu, aku ga bakal bikin kamu kaya gini. Bertahan dan bangunlah,"

"Atau kamu mau aku menikah sama Seren? Kalau ga mau, bangun dong! Kita kawin yu."

"Andai aku tau kamu udah ga sama Andra, udah aku culik kamu ke KUA. Atau mau sekarang? Btw diatas ada KUA loh. Yu kesana? Main ayunan."

"Ga bangun aku perkosa?"

"Ga jadi, ga enak kamu pasti ga ngeluarin suara. Ga bangun aku cium deh?"

"1!"

"2!"

"3!"

"Oke cup, cepet bangun sayang."

.
.
-bersambung.

Sahurrr!!!
Sahurrrr!!!
Sahurrrrr!!!

Mana nih yang masih melek jam segini? :v

Kalen g suka yg manis2 apa?! Vote! Mwhehe😛

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang