MD : Kepikiran CaRang.

2.7K 297 27
                                    

Selamat membaca:)
.
.

"ELLA KAN UDAH BILANG! JANGAN MASUK KAMAR ELLA!" Ella memekik marah saat Seren tiba-tiba masuk kedalam kamarnya.

"Ella, mamih cuma mau kita deket."

"Stop panggil mamih! Buat Ella cuma ada mamah Sisy dan tante Prilly!"

"Siapa tante Prilly hah?!" Seren menarik tangan Ella kasar membuat gadis itu meringis pelan. "Jawab!"

"Lepas! Ella ga suka sama tante!" Ella mendorong kasar tubuh Seren, bermaksud agar keluar dari kamarnya. "Jangan deketin Ella!"

Brak!

Pintu kamar tertutup keras, membuat Seren mengusap dadanya menahan amarah. "Sabar Ren sabar, demi kak Ali." gumamnya.

"Tapi, siapa Prilly? Kenapa Ella deket banget sama dia?"

***

Ella bermain sendirian di gazebo, rumahnya angker karena kedatangan Seren. Gadis yang bilangnya hanya menginap 3 hari nyatanya malah lebih.

"Ella, mamih ikut main ya?" Seren duduk dihadapan Ella. Ella menatapnya tajam, apa gadis dewasa dihadapannya tuli? Ella sudah meminta jangan memanggil dirinya mamih.

"Main aja sendiri!" Ella menghempaskan mainannya, berlalu pergi meninggalkan Seren yang lagi-lagi hanya mampu mengusap dadanya.

"Ella ga boleh gitu!" Ressi menatap Ella memohon tapi Ella malah membuang muka dan mendekatinya. "Ella udah bilang berapa kali? Waktu itu tante Seren ketawa liat mamah dikubur."

"Omah yakin kamu salah lihat."

"Terserah Ella cape!" Ella seperti gadis dewasa. Tidak mau terlalu memikirkan orang-orang yang tidak percaya padanya. Pikirannya malah memikirkan Prilly dan Han. Kiranya kapan mereka bisa bertemu?.

***

"Sini Ella mamih suapin!" Seren berniat mengambil sendok makan milik Ella, tapi gadis kecil itu malah berlalu pergi tanpa menyentuh makanannya sedikitpun.

"Ella kenapa sih yang?" tanya Seren memonyongkan bibirnya dihadapan Ali.

Ali yang tadinya menatap kepergian Ella kini beralih pada Seren. "Kapan kamu balik? Kuliah gimana?"

"Kamu ngusir?"

"Bukan ngusir, lebih baik kamu fokusin dulu kuliah kamu."

"Yaudah besok pulang." Ali menghela nafas lega, begitupun Ella yang mendengarkannya dibalik tembok dapur.

Ella menghampiri foto yang terpajang besar, membelai wajah sang mamah dengan sayang. "Siapa mah? Siapa yang salah? Ella atau tante Seren?" tanyanya sendu.

"Tapi mah, Ella seneng tante Seren mau pulang."

"Pokoknya Ella ga suka tante Seren."

***

Han mengetuk pintu rumah dengan pelan, hingga sang mamah keluar dengan sedikit noda tepung didahinya. "Mamah cemong banget!" ujarnya terkekeh.

"Iya nih, tadi cape. Dedenya lagi semangat, padahal masih segede apa ya? Hehe."

Han ikut terkekeh, memeluk perut rata sang mamah dengan sayang. "Sehat-sehat dede."

"Sedikit lagi kerjaan mamah beres, gimana kalau kita jalan-jalan ketaman?"

Han memekik senang, lalu kembali memeluk sang mamah dengan sayang. "Makasih mamah, udah jadi yang terbaik buat Han."

"Apapun untukmu anak tampan."

***

Sorenya setelah pekerjaan Prilly selesai, Prilly dan Han berjalan-jalan ditaman. Menikmati udara sore hari di Bandung yang lumayan panas tapi tertutup pohon-pohon.

"Kalau udah lahir dedenya, Han mau ajak dede balap lari mah."

"Iya sayang iya,"

"Cepet besar dede! Abang nunggu tau." ujarnya setengah merajuk membuat Prilly terkekeh kecil.

"Dede juga pengen liat wajah abang." ujar Prilly meniru suara anak kecil.

Saat Han mengajaknya duduk disebuah kursi, tiba-tiba bayangan Ali dan dirinya ada disana. Kejadian sebelum ulang tahun Ella dimulai. Kursinya berwarna hitam sama persis diengan yang Ali dan Prilly duduki waktu itu.

"Aduh bisa-bisanya kepikiran calon orang hehe."

.
.
-bersambung.

Dahlah. Jangan mikirin calon orang mulu Prill!

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang