MD : Tujuh Belas Ples Ples.

5.8K 324 33
                                    

Selamat membaca:)
.
.

Prilly terperanjat kaget saat mendengar suara knop pintu terbuka. Dengan cepat ia bergegas menghampiri pintu.

"Siapa kalian?" tanya Prilly saat melihat bukan Andra yang membuka pintunya.

"Jangan bertingkah bodoh nona. Rumah ini sudah saya beli. Segeralah angkat kaki karena saya sudah memberikan anda keringanan dengan memberi waktu 3 hari."

Prilly mengerutkan dahinya bingung. "Saya tidak menjual rumah!"

"Ini bukti-buktinya. Bukan anda yang menjual lebih tepatnya suami anda."

"Segeralah berkemas atau saya seret anda keluar!"

Prilly menitikan air matanya, benar-benar keterlaluan Andra!. Dengan cepat wanita itu membangunkan Han, memasukan semua pakaian Han kedalam koper kecil miliknya.

"Han ayo bangun sayang," Han yang awalnya bingung hanya menurut, mengikuti langkah kaki Prilly menuju kamarnya. Dan melihat sang mamah yang tengah memasukan baju miliknya kedalam koper miliknya.

"Baju-baju Andra sudah tidak ada." batin Prilly terkekeh miris.

***

Melihat Prilly dan Han keluar dari rumah, 2 orang didalam mobil mewah tersenyum sinis.

"Makasih ya, yang?"

Flashback

Saat Andra selesai mengunci kamar Han. Laki-laki itu bergegas menuju kamarnya, mencari sertifikat rumah untuk ia jual. Sebenarnya ia tidak mau menjualnya sekarang, tapi melihat Mona selalu marah-marah terpaksa.

Setelah berhasil terjual, Andra meminta keringanan agar diizinkan tinggal 3 hari disana. Bukan dia! Tapi untuk Prilly.

Sebenarnya 3 hari itu tidak Andra pakai untuk berlibur tapi pindah rumah. Ia tidak mau Prilly datang kerumah Andra dan Mona lalu meminta tinggal disana.

"Baik 3 hari."

"Ya 3 hari,"

Flashback off.

"Udah ya, lupain kesalahan dia. Ini udah cukup kok buat ngebales kesalahan dia." gumam pria yang siapa lagi kalau bukan Andra. "I love you."

"Iya deh, I love you to."

***

Prilly akhirnya memutuskan untuk datang kerumah pamannya yang kebetulan tinggal tak terlalu jauh. Prilly rasa Andra melakukan itu sengaja, karena laki-laki itu mau menjauhinya! Jadi dengan pikiran matang-matang Prilly tidak mau mencari Andra lagi.

"Mah, papah kemana? Ko kita pergi gini?" tanya Han saat dalam perjalanan menuju rumah paman Prilly yang tidak terlalu jauh.

"Kita berdua aja ya?" Han mengangguk walau ia tidak mengerti sama sekali.

"Mamah laper..."

"Iya sebentar lagi sampai."

Saat sampai disana, sang paman menyuruhnya untuk tinggal disana tapi Prilly sungkan. Takut merepotkan, apalagi mereka tinggal berdua.

"Prilly cuma mau nitipin Han sebentar. Abis itu Prilly mau pulang ke kampung."

"Memangnya kamu mau kemana?" sahut bibi dengan membawa nampan berisi minuman dan biskuit. Han yang memang belum makan selama 3 hari akhirnya memberanikan diri untuk mengambilnya.

Anak sehat ceritanya.

Prilly yang melihat itu menunduk, "maaf bi. Nanti biskuitnya Prilly ganti." ujarnya merasa tidak enak.

Bibi terkekeh kecil. "Ga papah atuh, cuma biskuit. Makan-makan abisin gantenggg." ujarnya mencubit pipi tembem Han dengan gemas.

"Prilly sebaiknya pergi sekarang kalau memang ada urusan, sudah mendung dan nanti kemalaman loh."

Prilly mengangguk, "assalamualaikum," dengan cepat pergi mencari angkutan umum untuk kembali kerumahnya, lebih tepatnya rumah disebelahnya.

Hingga saat turun dari angkot, hujan perlahan turun. Membuat Prilly spontan berlari masuk kedalam komplek. Beruntungnya rumah ia dan Ali tidak terlalu jauh dari gerbang utama.

Prilly membuka gerbang Ali yang tidak ada siapa-siapa. Biasanya ada pak Yayat tapi ini tidak ada. Entahlah!

Prilly masuk kedalam, memencet bel rumah beberapa kali. Tidak ada sahutan. Hingga akhirnya Prilly memilih duduk menunggu.

***

Ali berjalan keluar dari kebisingan dengan sedikit gontai. Kepalanya pusing sekali. Setelah tadi sore ia memilih tidur dan malam ini ia memilih datang ke club.

Tempat sebelum ia bertemu dengan Sisy. Ali memang lelaki pintar, baik bahkan sopan. Tapi Ali juga manusia, dulu Ali adalah langganan club sini.

Masuk kedalam mobil lalu menjalankannya dengan setengah sadar. Bahkan beberapa kali hampir menabrak sesuatu. Hujan perlahan turun, beruntung sudah dekat dengan rumahnya. Ya, Bukannya menuju rumah Ressi untuk menjemput Ella, Ali malah pulang kerumahnya. Takutnya Ressi marah karena Ali secara tidak langsung memberikan contoh yang tidak baik pada putrinya.

Saat keluar dari pintu mobil, tubuh Ali mulai basah kuyup, tapi itu sama sekali tidak membuat Ali sadar dari mabuknya.

Ali berjalan menuju rumah, dan seketika matanya membulat. Melihat wanita yang membuatnya mabuk ada disini! Sedang tertidur dengan tubuh basah kuyupnya.

Ali mendekat, memandang lekat wajah itu, menyentuh pipi chubbynya dengan hati-hati dan mulai mendekatkan bibirnya kearah bibir Prilly.

"Aww mas?"

"Prill?"

"Mas, aku mau-"

"Ya, aku mau kamu." lirih Ali memotong ucapan Prilly begitu saja.

Hujan deras membuat nafsu Ali semakin besar, hingga tanpa sadar mulai membawa Prilly kedalam kamarnya.

Seseorang dari pagar memperhatikan itu dengan senyuman. Akhirnya ada alasan yang pas untuk menceraikan Prilly, tanpa ia terlihat bersalah disini.

.
.
-bersambung.

Napsu amat pak! Bini orang tuuuu mending ama aye nih... Canda duda!

Maap nih, cerita awal emg kaya gini:( ini g dewasa bgt kan ya? Sipdeh.

Mas Duda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang