M O N E Y : : 05

5.1K 547 44
                                    

Winter melepas tas punggung yang melekat dipunggungnya sedari tadi.

"Takut? Sayang sekali aku sama sekali tidak takut"

"Kalau begitu, kemarilah" Jeno menggerakkan kedua jarinya, menyuruh gadis itu untuk mendekat padanya.

"Aku harus ke kamar mandi lebih dulu untuk mempersiapkan diri"

Jeno mengangguk-anggukkan kepala sembari mengulum senyumannya.

Segera Winter melepas sepatu beserta kaos kaki nya, kemudian masuk kedalam kamar mandi yang ada disamping.

Kedua jemari mungil gadis itu mencengkram erat pinggiran wastafel. Satu tangannya bergerak menyalakan kran wastafel, membiarkan air mengalir dari sana.

Ia terus menatap pantulan dirinya dari cermin, setelah membiarkan Jeno menyetubuhinya, ia akan mendapat uang itu dan membawa Nenek ke rumah sakit besok.

Setelah menguatkan dirinya, Winter mematikan kran air, kemudian melepas ikatan rambutnya, membiarkan rambut panjang itu terurai bebas. Dengan sedikit gemetaran, gadis itu membuka pintu kamar mandi, lalu keluar dari dalam sana.

Jeno terus menunjukkan wajah dinginnya sejak gadis itu keluar dari kamar mandi, bangun dari duduknya, menghampiri Winter dan menarik pergelangan mungil gadis itu.

"Aku tidak akan berhenti meski kau menangis dan memohon padaku"

Winter sama sekali tak membalas perkataan Jeno, membiarkan tubuhnya dihempas ke atas kasur oleh Jeno dan menatap rahang tajam milik lelaki itu.

Jeno mengeluarkan sebuah kain hitam dari dalam saku celananya. Winter terus melihat pergerakan Jeno hingga penglihatannya tertutup oleh kain hitam yang Jeno pegang.

Tubuh Winter telah terbaring sempurna diatas kasur, ia bisa merasakan Jeno yang berada diatasnya saat ini. Napas hangat milik Jeno terus menerpa wajahnya.

"Perempuan lain mengantri dan memberikan tubuh mereka secara gratis padaku, tapi aku harus membayar mahal hanya untuk menyentuhmu" bisik Jeno tepat diatas wajah Winter.

"Kau terlalu banyak bicara, lakukan saja dengan cepat"

Setelah Winter mengatakan hal itu, tubuhnya langsung menegang karna benda kenyal yang bergerak diatas bibirnya.

Dengan kaku, Winter membalas lumatan Jeno, disaat Jeno menelusupkan lidahnya kedalam mulutnya, tubuh gadis itu berjengit, refleks tangannya langsung mendorong dada bidang Jeno.

Namun, lelaki itu sama sekali tak bergeming, meremas tangan Winter yang ada di dada nya dan sedikit melumat kasar bibir mungil Winter.

"Sangat kaku" ucap Jeno saat pangutan keduanya terlepas.

Winter memejamkan matanya seerat mungkin ketika tangan Jeno mulai membuka satu-persatu kancing seragamnya.

Tangan kekar itu mulai meraba perut datarnya perlahan, membuatnya mengeluarkan suara desahan tertahan.

"Ah...."

Dalam hitungan detik, Jeno merasa darahnya mulai mendidih. Tangan kekarnya bergerak naik mengusap payudara Winter yang masih terbungkus bra hitam.

Kembali ia satukan bibir keduanya, mengecup pelan bibir gadis itu berkali-kali, lalu berpindah mengecup tulang selangka gadis itu.

Jeno bisa merasakan tubuh Winter yang bergetar hebat saat tangan kekarnya mulai turun menuju rok yang gadis itu kenakan.

Tangannya terhenti dan dengan cepat, Jeno beranjak dari atas tubuh Winter.

"Ck! Sial..." Mengusap kasar wajahnya, Jeno melempar sebuah kartu diatas kasur.

"Pin nya 010101 , didalam sana ada uang yang kau butuhkan"

Winter melepas kain hitam yang menutupi matanya, sedikit mengangkat kepalanya agar bisa melihat Jeno yang sudah mengenakan jaket kulitnya.

"Jangan rusak tubuhmu untuk uang yang tidak seberapa, kau bisa menghubungiku jika membutuhkan lebih"

Setelah mengatakan itu, Jeno keluar dari dalam kamar hotel, meninggalkan Winter didalam sana.

Detik itu juga, tangisan Winter pecah,  gadis itu juga tidak mau merusak tubuhnya hanya untuk uang ini, tapi bagaimana pun, ia harus melakukannya untuk menyelamatkan sang Nenek.

Beberapa menit berlalu, merasa lebih tenang, akhirnya Winter segera keluar dari kamar hotel, sedikit berlari kecil sembari mengusap wajah sembabnya.

Selama didalam lift, gadis itu terus menggenggam kartu berisikan uang milik Jeno. Sekarang ia tinggal kembali ke rumah dan membawa sang Nenek ke rumah sakit.

Air mata Winter masih terus mengalir dan dengan kasar, tangan mungilnya terus mengusap pipinya.

Pintu lift terbuka, gadis itu berlari keluar dari dalam lift dan tanpa sengaja ia menabrak punggung seorang laki-laki.

"Akh..." Ringis Winter pelan dikala bokongnya mendarat mulus diatas keramik hotel.

Tanpa mengatakan apapun, Winter segera bangun dari jatuhnya dan berlari keluar. Sedangkan laki-laki itu hanya menatap aneh ke arah Winter.

"Manusia aneh" gumam laki-laki itu.

"Jaemin!"

Laki-laki yang baru saja di tabrak Winter langsung menolehkan pandangannya disaat ada yang memanggilnya.

"Yuta Hyung!"

Dengan langkah ringan, Jaemin menghampiri kakak kandungnya dan memberikan pelukan singkat.

"Kenapa tidak langsung kembali ke rumah saja?"

"Aku ingin bertemu Hyung lebih dulu"

"1 tahun tidak bertemu, kau semakin bertambah tinggi" ujar Yuta sembari mengacak rambut adik satu-satunya.

"Bukan aku yang bertambah tinggi, tapi Hyung saja yang semakin pendek"

"Yak" Yuta melayangkan jitakan kecil di kepala Jaemin, lalu terkekeh pelan.





























Gapapa first kiss nya ga sama Jaemin, yang penting first night nya sama Jaemin, avv.

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang