M O N E Y : : 20

4.1K 476 51
                                    

"mengapa buru-buru sekali? Kau bahkan belum melihat karyaku" ujar Chaeryeong sedih, sedikit melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Maaf, ada hal mendesak yang tidak bisa kuhindari"

Chaeryeong menghela pelan, terlihat jelas kekecawaan diwajah gadis itu, padahal ia sangat ingin menunjukkan karyanya pada Winter.

"Aku akan datang lagi nanti"

"Janji?" Chaeryeong mengangkat wajahnya, tersenyum senang mendengar ucapan Winter.

Winter mengangguk pasti, sembari menunjukkan senyuman tipisnya, dalam hati, ia merasa sangat bersalah pada gadis dihadapannya.

Senyuman tipis yang terukir dibibirnya memudar ketika melihat seseorang yang sudah berstatus sah menjadi suami nya dimata hukum, menghampiri keduanya- lebih tepatnya menghampiri Chaeryeong.

"Kalau begitu, aku pergi dulu" pamit Winter dengan segera.

Belum sempat Chaeryeong menjawab, Winter sudah melesat pergi lebih dulu.

"Yang lain sudah menunggumu, ayo" ajak Jaemin yang baru saja datang.

Menggenggam lembut tangan Chaeryeong, Jaemin sedikit menarik tangan mungil itu agar beranjak dari tempat.

***

"Lihat ini, siapa yang sudah mau pergi?"

Winter menatap tajam ke arah Herin, ya, Herin, oknum yang selalu menguncinya di toilet sekolah, mengganggu masa-masa sekolahnya bersama para antek-antek perempuan itu.

Tak ingin meladeni Herin yang sudah berdiri dihadapannya bersama 3 anteknya yang selalu setia pada perempuan itu, Winter berjalan melewati Herin begitu saja.

Namun, Herin sama sekali tidak menyerah, menyusul Winter yang sudah berada didepan lift. Herin berlari kecil dan menarik pergelangan mungil Winter.

"Pergilah" dingin Winter, tanpa membalikkan tubuhnya sama sekali dan menghempaskan tangan Herin.

"Sikap seperti itu, sungguh menyebalkan, padahal sejak dulu aku sangat ingin berteman denganmu"

Winter berdengus kecil, masih enggan membalikkan tubuhnya. Menunggu pintu lift terbuka, dia hanya ingin segera pergi dari tempat ini.

"Apa kau masih tidak menyadari hal itu? Karna sikapmu yang terlalu sombong itu, orang-orang jadi membencimu"

Terdiam, Winter menurunkan tatapannya, mendengar perkataan Herin yang ada benarnya kala itu. Sudut bibir Herin sedikit tertarik, melihat perubahan raut wajah Winter.

"Ah! Sebagai permintaan maaf dariku, aku ingin mengajakmu meminum segelas minuman, setelah itu kau boleh pergi" pinta Herin.

Pintu lift terbuka, akan tetapi, Winter bukannya melangkah masuk kedalam lift, ia malah membalikkan badannya dan menyetujui ajakkan Herin.

"Baiklah"

Herin tersenyum puas, tanpa menunggu lagi, perempuan itu mengajak Winter berjalan mendekati meja yang dipenuhi minuman dengan berbagai warna dan rasa, mengambil segelas minuman yang ada disana dan menyerahkannya pada Winter.

Tentu saja Winter menerima minuman yang diberikan Herin, sepertinya setelah ini ia memang harus mengubah sikapnya dan harus lebih memaafkan.

"Dengan minuman ini, aku Jeon Herin meminta maaf atas apa yang kulakukan dimasa lalu" setelah mengatakan kalimat itu, Herin mengangkat sedikit gelasnya dan meminum isi yang ada digelas tersebut.

Disusul Winter ikut meminum minuman ditangannya, ia hanya perlu minum, lalu pergi dari tempat ini dan melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu.

Baru seteguk minuman itu masuk kedalam kerongkongannya, gelas yang berada ditangannya terhempas begitu saja, bersamaan dengan tubuhnya yang terdorong kebelakang.

Prang!!!

Tubuh mungil itu terjatuh, menubruk meja dibelakangnya hingga membuat meja beserta minuman yang berderet rapi disana sebelumnya ikut terjatuh.

Orang-orang mulai berdatangan karna kekacauan yang terdengar, bisik-bisik para tamu mulai terdengar.

Kedua pupil Winter terlihat bergetar, sedangkan Herin disana menutup mulutnya, berpura-pura terkejut, padahal ialah penyebab dari semua ini.

"Winter!" Pekik Chaeryeong ketika menghampiri tempat kejadian. Sempat bertanya-tanya apa yang terjadi.

Winter bangun dari jatuhnya dengan cepat dan dalam satu gerakan, ia sudah melayangkan tamparannya ke wajah Herin.

Chaeryeong otomatis menghentikan langkahnya, baru saja ia ingin menghampiri Winter dan menolong sahabatnya itu.

Herin memegang wajahnya yang baru saja mendapat satu tamparan dari Winter.

Winter, gadis itu terlihat berusaha tenang, menahan untuk tidak menampar Herin berkali-kali, rasanya satu tamparan saja tidak cukup.

"Apa kau...." Winter menggantung ucapannya, menatap Herin yang sudah tersulut emosi.

"Tidak punya malu?" Lanjut Winter dengan tenang.

***


"Kau sungguh memalukan dan... Menjijikan"

Winter menghentikan langkahnya, mencengkram kuat gelas yang berada ditangannya. Membalikkan tubuhnya, gadis itu menatap pria yang baru saja masuk kedalam rumah dan menghina dirinya beberapa detik lalu.

"Hentikan"

Jaemin melonggarkan dasi dilehernya, detik berikutnya, pria itu tertawa remeh.

"Apa? Bukankah itu faktanya? Kau menjual tubuhmu pada Jeno? Kakak dari sahabatmu pft... Apa kau sangat tergila-gila pada uang hingga kau melakukan segala cara untuk mendapat uang? Ah! Benar! Aku baru saja ingat, kau menjual berapa untuk keperawa-"

"Hentikan! Kubilang hentikan!" Bentak Winter, terdapat getaran dari suara gadis itu.

"Kau malu? Hei, tidak perlu merasa malu, dimata ku, kau sudah tidak memiliki harga diri lagi" ujar Jaemin, berjalan menuju dapur sembari tertawa, ntah apa yang pria itu tertawakan.

Tak ingin mendengar lebih banyak lagi, Winter segera melangkahkan kakinya, masuk kedalam kamarnya. Membanting pintu dan menguncinya dengan cepat, tubuh mungilnya bersandar pada pintu.

Satu tangannya terangkat, menyetuh dada nya, rasa sesak itu sungguh membuatnya sulit benapas. Hanya dalam hitungan detik, tangisan pilu gadis itu pun pecah.
























Heyo gaes! Maaf ya lama ga up, soalnya gua suka gakuat nulis cerita ini, ini bukan cerita romance yang kalian mau, jadi gua selalu takut buat up dan ngecewain kalian.

Happy new year kalian! 🥳

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang