M O N E Y : : 07

4.6K 489 17
                                    

Winter menyandarkan tubuh lemahnya di kursi rumah sakit, sambil menunggu keluarga dari korban kecelakaan yang baru saja ia tolong.

"Nona, apa tidak sebaiknya obati kaki mu lebih dulu?" Tawar salah satu suster yang ntah sejak kapan sudah berdiri disamping Winter.

"Berikan kapas dan alcohol saja"

"Baiklah, tunggu sebentar" suster tersebut segera beranjak dari tempatnya, hingga Winter tak bisa melihat suster itu lagi.

Mata gadis itu terpejam, ia sangat lelah saat ini.

Bunyi larian dari beberapa pasang kaki membuat lorong rumah sakit ini sedikit menggema dan menimbulkan kebisingan.

"Apa yang kau lakukan pada orangtua ku!?" Bersamaan dengan pertanyaan tersebut, tubuh Winter ditarik paksa dari duduknya, otomatis gadis itu membuka matanya.

"Jaemin, tenanglah"

"Bagaimana bisa aku tenang Hyung! Appa dan Eomma sedang sekarat didalam sana! Apa ini ulahmu!? Kau dibayar berapa untuk mencelakai orangtua ku!?"

Winter menatap dingin ke arah laki-laki bersurai hitam legam dihadapannya.

"Jaemin! Tenang dulu, jangan bersikap seperti ini" tahan salah satu gadis yang datang bersama keduanya.

Beberapa detik kemudian, pintu UGD terbuka, menampilkan beberapa pria berpakaian hijau keluar dari ruangan tersebut.

"Keluarga dari pasien?"

"Saya Dok" jawab Yuta dengan cepat.

"Beruntung pasien segera dibawa ke rumah sakit, jika sedikit terlambat, mungkin nyawa keduanya sudah melayang... Hari ini kau sudah menyelamatkan dua nyawa, anak muda" ucap Dokter itu sembari tersenyum bangga ke arah Winter.

***

"Biar kubantu"

"aku bisa sendiri"

Winter membersihkan darah yang mulai kering di kakinya, menggosok darah kering tersebut cukup kuat hingga membuat gadis di sampingnya meringis.

"Lakukan perlahan saja, kau bisa menyakiti dirimu sendiri"

Winter tak menjawab perkataan gadis itu, namun ia mulai memelankan gerakannya menghapus bekas darah disana.

"Siapa nama mu?"

"Winter"

"Nama yang bagus.... Aku Giselle"

Winter hanya mengangguk sekilas, berfokus pada luka di kaki nya.

"Mengenai perlakuan kasar Jaemin padamu beberapa saat lalu, aku mewakilinya untuk meminta maaf... Dia memang selalu bertindak gegabah dan emosian pada sesuatu yang menyangkut orangtua nya"

"Tidak perlu dipikirkan"

Giselle mengulum bibirnya untuk sesaat sembari mengusap pelan tengkuknya.

"Wajahmu tidak asing... Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Giselle sembari menatap ke arah langit rumah sakit, mencoba mengingat-ingat. "Ah! Aku ingat! Kau yang selalu datang ke Apartemen Nyonya Jo bukan?"

"aku pergi dulu, urusanku disini sudah selesai" pamit Winter tanpa menjawab pertanyaan Giselle, membereskan kotak medis yang diberikan suster beberapa waktu lalu.

"Sepatumu?" Tahan Giselle dikala Winter berdiri dari duduknya, hendak meninggalkan rumah sakit.

Winter menunduk dan melihat kaki telanjangnya.

"Tunggu sebentar, aku akan membawa sepatu cadanganku untukmu"

Setelah mengatakan itu, Giselle berlari kecil meninggalkan Winter, sedangkan Winter hanya terdiam menatap punggung Giselle yang semakin menjauh.

Dengan napas mengebu-ngebu, Giselle kembali ke lorong rumah sakit dengan sepasang sepatu ditangannya. Namun, gadis itu sudah tidak ada di tempat.

***

Tubuh mungil Winter tersentak, bersamaan dengan itu, ia membuka matanya. Mendudukkan tubuhnya diatas kasur lantai, lalu menatap ke arah jendela.

Hari sudah cerah, tidak seperti semalam saat ia kembali ke tempat ini. Jungwoo dan Eomma nya masih belum kembali dari semalam. Lelaki jakung itu ntah pergi kemana bersama Eomma nya. Menyisakan Winter seorang diri dirumah.

Segera Winter membereskan tempat tidurnya, mengabaikan rasa sakit di kakinya, bagaimana pun ia harus menjalani hidup.

Selesai membereskan kamar yang ia tempati, Winter membuka pintu kamarnya dan detik itu juga, raut wajah gadis itu berubah.

"aku sudah menunggumu sedari tadi, ayo makan bersama"

Suara pria paruh baya itu terdengar memuakkan di telinga Winter. Ayah tiri Jungwoo, ia sangat membenci pria paruh baya itu.

Winter memundurkan tubuhnya dikala pria paruh baya itu beranjak dari duduknya.

"Jangan mendekat" desis Winter.

"Hah.... Apa-apaan sikapmu itu, aku hanya ingin berperilaku baik padamu, apa itu salah?" Dengan senyuman remeh di wajahnya yang sudah tidak muda lagi, pria paruh baya itu perlahan berjalan mendekati Winter.

Tanpa membuang waktu, Winter segera menutup pintu kamarnya, namun, Winter kalah cepat, karna ayah tiri Jungwoo sudah menahan pintunya saat ini.

"Aku akan membiayai hidupmu, kau bisa makan dan hidup dengan enak, itu semua bisa kau dapatkan hanya dengan membiarkan aku menyentuh tubuhmu, penawaran bagus bukan?" Ucap pria itu sembari mendorong pintu kamar Winter.

"Umur mu sudah tidak panjang lagi, apa kau tidak malu dengan perkataanmu itu?" Dengan susah payah, Winter berkata demikian, menahan pintu itu dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Gadis sialan"

Tubuh mungil Winter terjatuh diatas lantai karna tenaga pria paruh baya itu jauh lebih kuat dibanding Winter.

"Jika kau masih mau tinggal disini, bukankah harusnya kau menurut saja?"

Winter menatap tajam ke arah pria itu, sedangkan pria itu tersenyum puas karna sudah berhasil masuk kedalam kamar Winter.

"Tenang saja, hanya ada kau dan aku disini"












🦠

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang