Winter meletakkan potongan terakhir pakaiannya kedalam koper, menutup koper usang itu, lalu menatap sekeliling kamar yang ia tempati sejak pindah kerumah ini.
Dua hari lagi, dirinya dan Jaemin akan bertemu dipengadilan, setelah itu, Winter, gadis itu akan memulai kembali lembaran baru, menjalani hidup dengan bahagia seperti kata Jaemin beberapa waktu lalu.
Berbicara tentang Jaemin, pria itu sudah pergi lebih dulu karna ada urusan mendadak dan meninggalkan Winter dirumah mereka, tidak, lebih tepatnya dirumah Jaemin. Mengingat gadis itu sudah menemukan tempat tinggal baru, jadi ia akan membawa barang-barang miliknya yang ada dirumah Jaemin.
Menatap jam yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Winter segera berlari menuju dapur dan membuka kulkas dua pintu dihadapannya. Hanya ada tiga butir telur, sekaleng ham dan roti gandum.
Dengan bahan makanan seadanya, gadis itu membuat roti yang dilapisi dengan telur goreng dan irisan ham. Selesai membuat sarapan, seperti biasa, Winter akan diam-diam menuju hotel utama milik keluarga Na, tempat dimana Jaemin bekerja.
Meski mereka akan bercerai dua hari lagi, bagaimana pun, Winter tetap akan membuat bekal untuk sarapan suami nya, walaupun Jaemin tidak pernah tau akan hal itu, hingga hari dimana keduanya resmi bercerai.
Dalam waktu kurang lebih dua puluh menit, Winter sudah tiba didepan gedung hotel keluarga Na, membenarkan tudung hoodie dan masker putih yang menutupi sebagian wajahnya, gadis itu segera berjalan menuju pintu belakang, bertemu dengan salah satu staff hotel yang selalu membantunya menyiapkan bekal yang ia buat, lalu memberikannya pada Jaemin.
"Apa Jaemin makan dengan baik kemarin?" Tanya Winter, menyerahkan tas bekalnya pada staff yang pernah membantu mendekorasi ruangan pernikahan sederhananya dengan Jaemin beberapa tahun lalu. Siapa sangka, staff itu bekerja di hotel milik keluarga Na sebagai kepala staff.
Uniknya lagi, staff itu masih mengingat jelas siapa Winter, walau hanya bertemu satu kali. Itu pun beberapa tahun lalu.
"Seperti biasa, Tuan Jaemin menghabiskan sarapan pagi buatanmu"
Winter mengangguk pelan sebagai jawaban, lalu sedikit menaikkan salah satu alisnya, menatap staff yang sudah hampir tau sebagian besar cerita hidupnya.
"Ada apa Ryujin?"
Staff itu, atau kerap dipanggil Ryujin, sedikit tersentak, lalu mengerjap pelan.
"T-tidak... Tunggu sebentar, aku akan segera kembali dengan ini" gugup Ryujin sembari menunjuk tas bekal Winter.
"Apa kau mendengar sesuatu yang tidak seharusnya? Lagi?" Tebak Winter.
Membeku ditempat, dengan ragu, Ryujin mengangguk sebagai jawaban.
"Seperti yang kau dengar, begitulah yang terjadi..."
Ryujin membelalakkan mata, tak bisa menutup rasa kagetnya, lalu menarik Winter ketempat lebih aman. Yang ditarik, otomatis hanya bisa menurut.
Memeriksa keadaan sekitar, setelah merasa aman, Ryujin kembali memfokuskan dirinya pada istri dari salah satu atasannya.
"Jadi tentang kau yang menjual tubuhmu demi uang itu benar? Kenapa kau melakukannya?" Tanya Ryujin berbisik, namun raut wajahnya masih tercetak jelas betapa terkejutnya gadis itu.
"Ah tentang itu..."
"Tentang itu? Bukankah memang itu pembahasan kita?"
Winter terkekeh pelan, ia pikir gadis itu sudah mendengar tentang perceraian yang akan diresmikan sebentar lagi.
"Itu... Ya... Aku melakukannya demi uang..." Jawab Winter sembari tersenyum getir.
"Aku tau kau bukan gadis seperti itu, Winter"
Menarik napas perlahan, "aku harus menyembuhkan Nenek, menjual tubuh untuk mendapat uang dengan cepat adalah jalan satu-satunya bagi anak sekolah yang baru saja menyelsaikan ujian, hanya itu yang bisa kulakukan saat itu... Namun, aku gagal..." Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Winter.
"Jika saja aku bertindak lebih cepat saat itu, pasti aku dan Nenek..." Tak sanggup melanjutkan perkataannya, Winter menduduk dalam dan tangisannya pun pecah detik itu juga.
"Shin Ryujin, kenapa tidak bekerja?" Tanya suara berat dibelakang Ryujin. Membuat jantung keduanya berhenti berdetak untuk beberapa detik dan menoleh secara bersamaan ke sumber suara.
***
Ryujin meletakkan secangkir teh dihadapan Winter, lalu meletakkan secangkir kopi dihadapan atasannya. Setelah selesai, Ryujin berdiri tepat di sebelah atasannya.
"Kembali ketempatmu Shin Ryujin" usir atasannya dengan tenang.
Ryujin sedikit mengembungkan pipinya, padahal ia ingin mendengar percakapan keduanya.
Sebelum meninggalkan ruangan, Ryujin membungkukkan badannya pada sang atasan, lalu melambai kecil ke arah Winter.
Akhirnya tersisa dua manusia didalam ruangan bernuansa klasik, hanya detak jarum jam raksasa yang memecah keheningan diantara keduanya. Hingga akhirnya Winter membuka suara.
"Ryujin tidak bersalah, aku yang memaksanya untuk membantuku disaat jam kerjanya, aku mohon, jangan pecat Ryu-" Winter menghentikan ucapannya dikala melihat sang kakak ipar tertawa pelan.
"Apa ada yang lucu?"
Yuta menghentikan tawa pelannya, lalu berdehem sembari membenarkan posisi duduknya.
"Tidak... Kau tidak perlu mengkhawatirkan Ryujin, aku tidak akan memecatnya hanya karna membantu adik iparku"
Yuta terdiam untuk beberapa saat, lalu kembali melanjutkan ucapannya.
"Mengenai pembicaraan beberapa waktu lalu, kau harus mengatakan yang sebenarnya Winter, dengan begitu, mungkin kalian bisa membatalkan perceraian kalian jika keluargaku mengetahui yang sebenarnya dan membuka lembaran baru"
Winter yang tadinya tertunduk, sedikit mengangkat wajahnya, menatap wajah serius sang kakak ipar. Ternyata Yuta mendengar percakapannya dengan Ryujin, bisa-bisa nya Winter maupun Ryujin tidak sadar akan kehadiran pria itu.
"Meski aku menceritakan yang sebenarnya, tidak akan ada yang berubah Oppa... Dimata keluarga besar, aku akan tetap terlihat buruk dan perceraian tetap akan dilakukan, karna sejak awal, aku dan Jaemin tidak saling mencintai"
Yuta menghela pelan, ia tau jelas sejak awal, meski gadis dihadapannya ini sudah menolong kedua orang tuanya, namun Tuan Na dan Nyonya Na tentu tidak menyambut kehadiran gadis itu dengan baik setelah gadis itu menikah dengan adiknya.
Dimata Tuan Na dan Nyonya Na, Winter tidak berbeda jauh dengan Ayah tiri dan Ibunya, haus akan kekuasaan dan uang. Terlebih asal usul gadis itu tidak jelas, tiba-tiba hadir ditengah keluarga Jo.
"Aku selalu penasaran akan satu hal, apa kau sungguh putri Nyonya Jo?"
Winter mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Lantas mengapa kau terlihat tidak dekat dengan Nyonya Jo?"
Gadis itu meremat jemarinya, terlihat takut untuk menjawab pertanyaan Yuta. Menarik napas sedalam mungkin, lalu menghembuskannya dalam diam, akhirnya Winter memberanikan diri untuk mengatakannya pada Yuta.
"Karna kelahiranku adalah aib untuknya."
Tanpa terasa, sebentar lagi kalian akan berada di akhir cerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
⚠️ MONEY ⚠️ ( Jaemin X Winter )
FanfictionUang, siapa yang tidak suka uang? Tentu saja 99,9% manusia menyukai uang. Selama ada uang, semua akan terasa mudah. Lantas, apakah uang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah pergi untuk selamanya? M O N E Y : : : CAST • Kim Winter ( Aespa ) •...