M O N E Y : : 14

4.2K 468 25
                                    

"yeobo! Aishh.... Kenapa kau tidak mengatakan lebih awal jika mertua mu tidak datang!? Anak tidak berguna" geram Aegyeo, menatap sengit ke arah Winter.

Winter hanya bisa terdiam beribu bahasa untuk kesekian kalinya, padahal ia sudah mencoba menghubungi wanita paruh baya itu, namun, wanita itu terlalu bersemangat untuk datang bersama sang suami dan juga putri mereka-lebih tepatnya putri Tuan Jo.

"Ah padahal aku ingin bertemu Jaemin, ck! Menyebalkan" ujar Yuri, putri tiri Aegyeo sebelum pergi meninggalkan mereka.

Aegyeo segera meraih tas nya, mengejar sang suami dan putri sambungnya yang baru saja pergi. Langkah wanita itu terhenti, menatap Winter yang masih terduduk diam di meja makan.

Kedua kakinya dengan cepat melangkah menuju ketempat Winter duduk saat ini, mencengkram bahu mungil Winter dan menggeser kedua bahu itu secara kasar, otomatis Winter berhadapan dengan wanita yang sudah melahirkannya di dunia ini.

"Kau masih ingin aku menganggapmu sebagai anak bukan? Jika iya, kau harus bisa merebut hati suami mu dan pertahankan pernikahan kalian" ucap Aegyeo penuh penekanan pada setiap kalimatnya.

Winter menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, seakan terhipnotis dengan setiap kalimat yang diucapkan oleh Aegyeo.

***

Tiga bulan berlalu dengan cepat, dan selama tiga bulan itu, pernikahan antara Jaemin dan Winter sama sekali tak ada perubahan.

Jaemin yang lebih sering pulang ke rumah orangtua nya dibanding pulang ke rumahnya sendiri.

Rumah mewah yang hanya dihuni sepasang suami istri, namun terkadang sang suami tidak kembali ke rumah, bukankah lebih baik tinggal di rumah kecil saja?.

Seperti saat ini, Winter menatap jam dinding yang sudah menujukkan pukul 1 dini hari dan ia pun tak kunjung melihat pintu utama terbuka.

Menutup novel yang ia baca sebelumnya, Winter melepas kacamatanya, lalu beranjak dari sofa, hendak kembali ke kamarnya. Langkah gadis itu terhenti karna bel rumah yang baru saja berbunyi.

Kedua alis gadis itu otomatis bertaut, manusia mana yang dengan tidak tau dirinya bertamu di tengah malam?

Bel semakin ditekan dengan tidak sabaran, segera Winter berlari keluar rumah, tanpa menggunakan alas kaki, membiarkan kaki telanjangnya bersentuhan dengan kemarik bata diluar rumah.

Begitu tiba didepan pagar, Winter melihat 2 pria yang ia kenal dari layar intercom. Jaemin dan sepupu nya, Renjun. Ini adalah pertemuan kali ketiga dengan pria yang lebih pendek dari Jaemin.

"Yak, kenapa lama sekali, cepat bantu aku" eluh Renjun ketika pagar terbuka.

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Winter sembari membantu Renjun memapah tubuh Jaemin yang lebih besar diantara keduanya.

"Apa kau tidak bisa lihat? Sudah jelas dia mabuk" sarkas Renjun.

"Anak sd sekalipun juga tau dia mabuk, maksudku, mengapa dia minum begitu banyak?"

"Mana kutahu- ah sial, kenapa kalian harus membeli rumah sebesar ini" kesal Renjun, susah payah membawa Jaemin masuk kedalam rumah.

"Uh...." Eluh Jaemin dikala tubuhnya dihempaskan begitu saja diatas sofa.

"Yak! Urus suami mu, harusnya jangan menikah jika kau tak mau mengurusnya, aku yakin para tetangga pun tidak akan percaya jika kalian ini suami istri"

"Nama ku bukan yak dan terima kasih untuk sarannya"

"Terserah, siapapun nama mu, itu tidak penting, ah! Pastikan Yuta Hyung tidak tau tentang ini" peringat Renjun, bergidik sesaat membayangkan wajah seram Yuta jika mengetahui Jaemin mabuk.

"Erggh... Panas...." Erang Jaemin sembari membuka paksa dasinya.

"Ckckck, sepupu ku yang malang, harus menikah dengan orang yang tidak ia cintai" ujar Renjun sembari menggeleng pelan, menatap miris ke arah Jaemin.

"Apa kau sudah selesai berbicara?"

Renjun menatap tak percaya ke arah Winter, "wah... Apa kau tidak diajarkan sopan santun sebelumnya? Apa begini cara mu berbicara dengan yang lebih tua?"

Renjun mengangguk-angguk seakan paham akan sesuatu. "sekarang aku mengerti, sifatmu itu seperti orang yang tidak berpendidikkan, pantas saja Jaemin tidak menyukaimu"

Winter memejamkan kedua matanya, menarik nafas sedalam mungkin. Rasanya ia ingin memukul Renjun saat ini.

***

Winter berdiri dalam diam, menatap Jaemin yang tertidur pulas diatas sofa.

'Apa sifatku memang seburuk itu?' batin Winter, memikirkan perkataan Renjun beberapa menit lalu.

Berjongkong di samping Jaemin, Winter melepas sepatu hitam pekat yang masih terpasang di kaki lelaki itu, beserta kaos kaki yang dipakai Jaemin.

Dengan pikiran bercamuk, Winter melepas dasi yang sudah tak berbentuk lagi. Dipikir-pikir, hampir semua orang disekitarnya tak menyukainya, apa memang karna sikapnya yang buruk?

Tersingkap, Winter hampir saja terjungkal karna tiba-tiba Jaemin menahan pergelangannya.




















Tersingkap, Winter hampir saja terjungkal karna tiba-tiba Jaemin menahan pergelangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ruang tengah yang menjadi saksi ehem)

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang