M O N E Y : : 16

4.4K 462 8
                                    

"Winter!"

Otomatis yang baru saja dipanggil, membalikkan tubuhnya. Menatap perempuan yang seumuran dengannya berlari kecil hingga berhenti tepat dihadapannya.

"Ah ternyata benar.... Kupikir aku salah lihat beberapa bulan ini"

Winter membisu, menatap sahabat semasa sekolahnya, pantas saja Jaemin terus memanggilnya Chaeryeong semalam.

"Apa yang kau lakukan di daerah ini?" Tanya Chaeryeong, sedikit memiringkan kepalanya.

Bukannya menjawab pertanyaan Chaeryeong, Winter bergumam.

"Rambutmu" spontan Winter seraya memfokuskan tatapannya ke arah rambut gelombang coklat Chaeryeong.

"Rambutku? Ah! Persis seperti rambutmu bukan? Terakhir pertemuan kita di reastaurant itu, aku sangat menyukai bentuk dan warnanya, hari itu aku memutuskan untuk mengubahnya agar sama seperti mu" jelas Chaeryeong dengan semangat.

"Sama seperti saat kita masih bersekolah dulu, penampilan kita selalu mirip hingga membuat orang-orang berpikiran kita ini anak kembar, aku jadi merindukan masa-masa itu" lanjut Chaeryeong sembari terkekeh pelan, mengingat kembali kenangan semasa sekolah.

'aku tidak merindukan masa-masa itu dan berhenti mengikuti penampilanku' batin Winter, ingin rasanya ia melontarkan kata-kata tersebut.

"Kenapa melamun?" Heran Chaeryeong, mengibaskan telapaknya di depan wajah Winter.

Winter mengerjap pelan, "sebentar lagi jam kerjaku akan dimulai, aku pergi dulu"

"Secepat itu? Aku baru saja ingin mengajakmu ke galeriku yang baru saja dibangun, ah! Aku baru ingat" Chaeryeong segera membuka tas selempang bermerk miliknya, lalu mengeluarkan sebuah undangan hitam dengan tulisan emas diatasnya.

"Kau harus datang di acara peresmian galeriku, aku akan sangat marah jika kau tidak datang"

Mengambil undangan yang ada di tangan Chaeryeong, Winter kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Kalau begitu aku pergi dulu" pamit Winter, setelahnya ia langsung membalikkan badannya dan berjalan menjauhi Chaeryeong.

Kedua alis Chaeryeong bertaut dikala melihat cara jalan Winter yang aneh.

***

Winter menelusuri rak buku yang berjejer rapi di toko buku, mencari novel terbaru salah satu penulis kesukaannya.

Setelah mencari diantara rak, Winter mulai merasa jengkel karna tak kunjung menemukan novel terbaru yang ia tunggu-tunggu. Akhirnya Winter memutuskan untuk menghampiri salah satu pegawai yang ada didekatnya.

"Permisi, kapan penulis Haechan Lee mengeluarkan novel terbarunya lagi?" Tanya Winter seramah mungkin.

"Penulis Haechan Lee sudah tidak mengeluarkan karya nya lagi" jawab seorang pria tiba-tiba dari belakang.

Pria itu kini sudah berdiri dihadapan Winter, memberi kode pada pegawai itu untuk meninggalkan keduanya. Sebelum benar-benar pergi, pegawai wanita itu membungkuk kecil ke arah pria asing dihadapan Winter.

"Maksudmu Haechan Lee sudah berhenti di dunia menulis?" Tanya Winter, merasa sangat kecewa.

Pria asing berdasi hitam dipadu kemeja biru tua itu mengangguk pasti sebagai jawaban.

"Aku Mark Lee , penanggungjawab sekaligus pemilik toko buku ini, aku akan merekomendasikan buku penulis lain untukmu sebagai gantinya"

"Terima kasih, aku akan kembali lagi setelah tertarik" jawab Winter seadanya.

Mark mengangguk sembari mengangkat kedua alisnya, kemudian membungkuk ke arah Winter.

"Maaf sudah mengecewakan"

"Tidak, kau tidak perlu meminta maaf" Panik Winter sembari mengibaskan kedua tangannya.

"Sejujurnya aku sangat sedih mendengar penulis Haechan Lee berhenti mengeluarkan karya nya lagi, tapi bagaimana pun aku harus menghargai keputusan beliau" ucap Winter sambil tersenyum tipis.

***

Winter menghembuskan napas kasar untuk kesekian kalinya, menatap hujan yang tak kunjung reda. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam dan ia masih terjebak di toko buku.

Tangan Winter refleks terangkat ketika angin bertiup dengan kencang, menyebabkan air hujan bertiup ke arahnya.

"Apa ini hari sial?" Kesal Winter.

Berdengus, ia terkekeh kecil.

"Tidak, bukan hanya hari ini saja, tapi setiap hari adalah hari sial untukmu Winter" ujarnya sepelan mungkin, menjulurkan tangannya, membiarkan hujan membasahi telapak tangan mungil tersebut.

Jika boleh jujur, sebenarnya ia tak ingin kembali ke rumah Jaemin saat ini, meski 70% Jaemin tak mungkin kembali ke rumah, bagaimana pun, ia tak ingin kembali kesana. Ia belum siap berhadapan dengan Jaemin setelah kejadian tiga hari lalu.

"Hei" panggil suara dari belakang, Otomatis Winter terperanjat karna panggilan tiba-tiba tersebut.

"Maaf mengejutkanmu"

Ternyata itu pria dari pemilik toko buku, Mark.

"Ah kalian sudah tutup ternyata, boleh aku berteduh disini hingga hujan berhenti?" tanya Winter, sedikit menoleh menatap lampu toko buku yang sudah padam.

"Tentu saja, kau bisa berteduh hingga hujan berhenti"

"Terima kasih"

Mark mengangguk, lalu berlari kecil, menuju mobil hitam yang sudah terparkir didepan toko.

Winter menggosok kedua tangannya yang semakin terasa beku. Berharap hujan segera berhenti.

Menunduk, menatap sepatu usang yang ia kenakan ditempat kerja 2 tahun belakangan.

Kepala Winter terangkat dikala ada sepatu hitam yang berhenti didepannya, sedikit bingung melihat Mark yang berdiri dihadapannya sembari memegang payung.

"Masuk ke mobilku, biar ku antar pulang."

























"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang