M O N E Y : : 03

5K 560 15
                                    

"aku pulang"

Hening, tak ada jawaban. Kening Winter sedikit berkerut, lampu di ruang tengah dan teras sudah menyala, dan pintu utama tidak dikunci, yang artinya sang Nenek ada dirumah.

"Nenek?"

Masih tak ada sahutan dari sang Nenek, tidak biasanya.

Tanpa menunggu lebih lama, Winter segera melepas asal sepatunya dan menuju kamar sang Nenek.

Kosong, tak ada sosok wanita tua itu didalam kamar. Perasaan Winter mulai tak enak. Takut-takut sesuatu terjadi pada sang Nenek.

Kedua kaki gadis itu melangkah menuju kamar mandi yang tertutup, mengetuk pintu kamar mandi yang terkunci itu berkali-kali. Tak ada jawaban juga, hingga akhirnya Winter menabrakkan tubuh mungilnya di pintu kamar mandi.

Gadis itu meringis pelan, merasa sakit pada bagian lengannya yang terus bertabrakan dengan pintu kamar mandi. Namun, ia sama sekali tak menghiraukan rasa sakitnya. Setelah menabrak pintu itu cukup kuat, akhirnya pintu itu terbuka.

"Nenek!"

***

"Tumor di perutnya sudah sangat serius, apa beliau tidak pernah mengatakan sakit di perutnya?" Tanya pria berjubah putih dihadapan Winter.

"Tidak...."

"Hah.... Sepertinya beliau menahan rasa sakitnya, kita harus segera melakukan operasi pengangkatan sebelum kondisi beliau semakin memburuk"

Winter mengangguk cepat, menatap ke arah sang Dokter dengan penuh harapan. "Tolong selamatkan Nenek ku"

"Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyembukan pasien"

"Kapan operasi pengangkatan tumor Nenek dilakukan?"

"Tentu saja setelah kau membayar 80% biaya lebih dulu, sesuai dengan prosedur yang berlaku di rumah sakit"

***

Winter tertunduk lemas di kursi rumah sakit. Ia baru saja selesai dari bagian administrasi rumah sakit dan melihat jumlah yang harus ia bayar sebelum operasi dilakukan.

3.777.751,60  KRW (setara dengan 45jt IDR). Itulah jumlah uang yang harus ia bayar.

Dari mana ia harus mendapat uang sebanyak itu dalam waktu singkat?. Mencengkram kepalanya cukup kuat, Winter buntu saat ini.

"Nona Winter?" Panggil sang Suster, membuat Winter langsung mengangkat kepalanya.

"Nenek anda sudah sadar dan mencari anda" ucap sang Suster dengan ramah.

"Baik, terima kasih" ucap Winter pelan. Setelah menarik napas cukup dalam, Winter menguatkan dirinya untuk masuk kedalam bilik pasien.

"Nenek, apa yang Nenek rasakan saat ini?" Tanya Winter setelah duduk disamping ranjang.

"Nenek tidak merasakan apapun, Nenek mau pulang" jawab wanita tua itu dengan lemah.

"Kita akan pulang setelah Nenek sembuh"

"Tidak, biaya disini sangat mahal Winter, Nenek tidak mau disini"

Winter menundukkan kepalanya, tersenyum getir. Berusaha untuk tidak menangis.

"Nenek harus membuat kimchi untuk besok" wanita tua itu berusaha untuk bangun dari baringnya, segera Winter langsung menahannya.

"Nenek, jangan bergerak dulu, baiklah, kita akan pulang setelah infus Nenek habis"

***

Winter terus menekan bel apartemen tanpa henti, sudah 2 hari ini ia menginjakkan kakinya di tempat ini. Dan selama itu, Aegyeo sama sekali tak membuka kan pintu untuk Winter.

Sudah hampir 2 jam Winter berdiri didepan pintu apartemen Aegyeo hingga petugas Apartemen menyeret Winter keluar.

"Lepas!" Geram Winter, memberontak pada dua petugas yang menyeretnya keluar, sedikit menghempaskan tubuh mungilnya. Membuatnya menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang.

Winter membenarkan tas punggungnya, menepuk pelan rok nya yang sedikit kotor. Tak peduli dengan pandangan aneh dari orang-orang dan lututnya yang berdarah.

Gadis itu hendak kembali masuk kedalam Apartemen, namun sebelum menginjakkan kaki nya di lobby Apartemen, beberapa petugas sudah berjaga lebih dulu.

"Pergilah sebelum kami bertindak kasar" ucap salah satu petugas.

"Apa kalian tidak punya mata?" Sarkas Winter, menatap sinis ke 2 petugas yang berlaku kasar padanya.

Para petugas itu sama sekali tak menjawab pertanyaan Winter. Winter mengacungkan jari tengahnya pada para petugas, lalu meninggalkan area Apartemen.

Dengan langkah terpincang-pincang, Winter menatap trotoar jalanan yang masih ramai. Bingung harus dimana lagi ia mencari pinjaman untuk biaya operasi Nenek.

Ia tak mungkin meminjam uang sebanyak itu dari Chaeryeong. Winter menghentikan langkahnya, buru-buru gadis itu merogoh saku nya dan mengeluarkan ponselnya. Setelah mencari di sosial media, akhirnya ia menemukan akun Jeno.

Segera Winter mengetik sesuatu disana dan mengirim pesan tersebut pada Jeno.

Winter

Tentang penawaranmu saat itu, apa masih berlaku?.
























Tiati, habis ini ada ehem ehem :(

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang