M O N E Y : : 21

3.9K 473 36
                                    

"Shh...." Ringis Winter tertahan sambil mengoles salep di area pinggang belakangnya, terdapat memar yang cukup besar disana karna kejadian beberapa hari lalu, hingga membuatnya sulit beraktivitas belakangan.

"Yak! Kenapa kau lama sekali didalam!? Cepat keluar!" teriak salah satu rekan kerja Winter dari luar.

Buru-buru gadis itu menurunkan pakaiannya, lalu bergegas keluar. Pandangannya bertemu dengan rekan wanita yang baru saja meneriakkinya, lebih tepatnya kepala staff.

"Awas saja jika aku menemukanmu mencuri waktu agar bisa bermalas-malasan lagi di dalam, kupastikan kau tidak akan bisa menginjakkan kaki mu ditempat ini untuk selamanya" peringat kepala staff yang sudah memasuki usia kepala tiga.

Baru saja gadis itu hendak membantah perkataan sang kepala staff, namun wanita yang sudah memasuki usia kepala tiga itu sudah berlalu lebih dulu tanpa mau mendengar penjelasan Winter.

"Antar ini ke ruangan VVIP 23" titah seorang pria.

Mengangguk paham, Winter segera mengambil alih troli makanan terakhir dan berjalan menuju lift sembari mendorong troli makanan, menyusul dua pelayan lainnya yang sudah jalan lebih dulu.

Sepertinya tamu ini bukanlah tamu biasa, karna hanya orang-orang kelas atas yang bisa menyewa ruangan VVIP 23.

Sesekali Winter berdehem pelan, berharap suaranya tidak serak saat melayani tamu VVIP 23 dan berusaha mengabaikan rasa nyerinya di pinggang belakang.

Ting!

Pintu lift terbuka, menyambungkan langsung dengan ruangan VVIP 23. Winter yang sebelumnya sudah tersenyum manis, perlahan, senyuman itu luntur, menatap 6 orang yang duduk melingkari meja mewah disana.

"Winter!" Panggil Chaeryeong sembari melambai kecil ke arahnya.

Disana, di tempat itu, Winter bisa melihat jelas Ibu mertua, Ayah mertua dan Suami sah nya. Bahkan ada Ayah dan Ibu Chaeryeong juga disana. Sungguh pertemuan antar keluarga yang membuat Winter membatu ditempat.

"Mau sampai kapan kau diam ditempat?" Bisik rekan dibelakang Winter dengan nada penuh penekanan.

Mengerjap dua kali, akhirnya Winter kembali ke alam sadarnya. Senyuman gadis itu kembali menghiasi bibirnya, lalu mendorong troli makanan ditangannya.

Mempertahankan senyumannya, Winter menata makanan diatas meja serapi dan sepelan mungkin, hingga tidak menimbulkan suara sedikitpun.

"Lama tidak bertemu nak Winter, ternyata kau bekerja disini" ucap Wanita yang sudah kepala 4, namun masih terlihat awet muda.

Winter membungkuk pelan, lalu tersenyum kikuk. Berusaha menata makanan secepat mungkin.

"Mari kita makan, Tuan Lee, Nyonya Lee" ujar Nyonya Na, Ibu kandung Jaemin sekaligus Ibu mertua Winter, setelah semua makanan tertata rapi diatas meja.

Perlahan Winter memundurkan tubuhnya, gadis itu sangat menyadari, Ayah dan Ibu mertuanya sedang menghindarinya.

"Sebelumnya, apa kami boleh mengajak gadis itu? Dia sahabat Chaeryeong" kata Nyonya Lee dengan lembut.

Tuan Na dan Nyonya Na saling bertukar pandang satu sama lain, lalu menatap Jaemin.

"Terima kasih untuk ajakan anda Nyonya Lee, tapi untuk saat ini saya tidak bisa" tolak Winter sehalus mungkin, lalu membungkuk sedalam-dalamnya.

"Maaf, apa kalian bisa mengajaknya lain waktu saja? ada hal penting yang ingin kubicarakan hari ini pada Tuan Lee dan Nyonya Lee, kuharap kita tidak membiarkan orang lain ikut bergabung dalam pembicaraan ini" setelah mengatakannya, Jaemin sedikit menundukkan kepalanya pada Tuan dan Nyonya Lee.

***


Jam menunjukkan pukul 9 malam, Winter, gadis itu sudah bersiap akan kembali ke kediamannya, berjalan menuruni tangga dengan perlahan hingga lantai dasar, kemudian gadis itu keluar melalui pintu belakang.

Memegang pelan pinggangnya yang masih terasa nyeri, Winter menarik napas pelan, baru saja ingin menghembuskannya, Winter harus menahan hembusan napasnya, melihat pemandangan yang kurang mengenakan baginya.

Na Jaemin, pria itu berdiri tak jauh dari tempat ia berdiri saat ini, menangkup pipi seorang gadis yang sangat ia kenal, meski hanya melihat punggungnya saja, Winter sudah bisa menebak siapa gadis itu.

Mencumbunya dengan mesra sembari menggerakkan kepalanya, Jaemin membuka matanya hingga tatapannya bertemu dengan Winter, disela-sela ciumannya dengan Chaeryeong, Jaemin tersenyum puas ke arah Winter. Jangan lupakan tatapannya yang terus memandang remeh ke arah gadis itu.

"Apa kalian tidak bisa berciuman ditempat lain?" Tanya Winter cukup nyaring, otomatis Chaeryeong mendorong Jaemin, membuat tautan keduanya terlepas.

"W-Winter... Ku pikir siapa" gugup Chaeryeong, lalu tertawa kaku. Sedangkan Jaemin, pria itu sudah menatap tajam ke arah Winter sejak pangutannya dengan Chaeryeong terhenti.

"sebaiknya kalian cari tempat lain saja, karna ini sudah jam pulang kerja, akan banyak karyawan yang keluar melalui pintu belakang" jelas Winter.

"Maaf, kau jad-"

"Tidak perlu meminta maaf Chae, harusnya dia yang meminta maaf karna sudah mengganggu waktu kita, lagipula terserah kami mau melakukannya dimana, apa urusannya denganmu? Kau hanyalah seorang pelayan, ingat itu" potong Jaemin, jangan lupakan tatapan tajam dan menusuknya itu.

Winter sedikit membungkukkan tubuhnya, "maaf sudah mengganggu waktu kalian" setelah mengatakan kalimat itu, Winter berputar balik, kembali masuk kedalam, melalui pintu belakang tempat ia keluar sebelumnya.

Menghembuskan napas secara kasar, Winter menatap tangga dihadapannya, akhirnya gadis itu mendudukkan dirinya di salah satu anak tangga, menyandarkan kepalanya di tembok ber cat putih tulang sembari memejamkan mata.

***

Sesekali gadis itu menggosok telapak tangannya, berharap hal itu bisa sedikit menghangatkan tangannya karna angin malam.

Kaki mungilnya terus melangkah hingga berhenti tepat di depan gerbang yang menjulang tinggi, tangannya bergerak, membuka bagian tunggal gerbang tersebut, lalu masuk kedalam.

Setelah memastikan gerbang tersebut terkunci dengan benar , Winter kembali melangkahkan kakinya hingga tiba didepan pintu utama.

Baru saja kakinya berhenti tepat didepan pintu utama, pintu mewah itu sudah terbuka secara kasar, menampilkan sosok yang selalu membuat Winter semakin lelah dengan kehidupan.

"Kau, bereskan barang-barangmu segera dan tanda tangani surat cerai yang kuberikan, secepatnya"

Winter hanya bisa terdiam, menatap pria yang menyandang status sebagai suaminya.

"Aku sudah menceritakan semua kelakukan menjijikanmu pada orang tua ku, mereka memintaku untuk segera menceraikan manusia rendah sepertimu dan aku sudah resmi menjadi kekasih Chaeryeong" sambung Jaemin sembari bersedekap dada.

Sebenarnya tanpa perlu Jaemin beri tau, gadis itu sudah mengetahuinya, mengingat pertemuan antar keluarga mereka dan adegan ciuman keduanya beberapa waktu lalu. Setelah terdiam cukup lama, gadis itu pun akhirnya mengangguk pelan.

"Akan segera ku tanda tangani".

















Ah gua gabisa lebih banyak lagi, gakuat liat winterku tersakiti (╥﹏╥)

⚠️ MONEY ⚠️  ( Jaemin X Winter )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang