"Winter!" Panggil salah satu tetangga Winter.
Gadis itu menghentikan langkahnya, menatap tempat tinggalnya yang tiba-tiba penuh dengan para tetangga.
Wanita paruh baya yang baru saja memanggilnya, langsung menghampirinya dan memberikan tatapan sedih untuknya.
"Nenek mu.... Beliau sudah tenang disana"
"Tidak, tidak, tidak mungkin... Tadi pagi Nenek baru saja membuatkanku bubur labu"
Wanita paruh baya itu menahan lengan Winter dikala gadis itu hendak masuk kedalam rumahnya.
"Winter, kau harus bisa merelakan kepergian Nenek mu"
"Apa yang bibi bicarakan? Nenek bilang dia baik-baik saja... Tidak, Dokter bilang Nenek harus di operasi, aku akan membawa Nenek ke rumah sakit sekarang"
Winter melepas pegangan wanita paruh baya itu dan berjalan masuk kedalam rumah kayu sederhana yang ia tempati bersama sang Nenek.
Langkah gadis itu terhenti, menatap tak percaya apa yang baru saja masuk kedalam penglihatannya. Tubuh sang Nenek yang sudah terbujur kaku di ruang tengah, terlihat beberapa tetangga yang mengganti baju milik sang Nenek dengan baju orang mati.
"Apa-apaan kalian! Nenek masih hidup! Kenapa kalian memberi Nenek pakaian seperti itu!" Murka Winter, berjalan mendekat ke para tetangga.
"Winter, tenanglah" beberapa tetangga mulai menahan tubuh mungil Winter.
"Lepas! Aku harus membawa Nenek ke rumah sakit!" Berontak gadis itu. Air mata terus mengalir dari kedua mata indahnya.
Rasa sesak mulai menyerang dibagian dada nya hingga membuatnya sulit bernapas, detik berikutnya, tubuh gadis itu ambruk.
***
Winter memeluk erat kakinya, membuat wajahnya semakin tenggelam diantara kakinya. Sepulang dari kremasi 4 hari yang lalu, gadis itu masih enggan keluar dari kamar. Saat ini, ia berada di Daegu, rumah saudara dari mendiang Nenek.
Sebuah ketukan pintu terdengar, namun Winter sama sekali tak merespon ketukan pintu itu, hingga pintu tersebut terbuka.
Sepasang kaki melangkah mendekatinya dan berjongkong dihadapannya.
"Makanlah" titah pria dihadapannya.
"Jungwoo! Biarkan gadis itu, dia bukan siapa-siapa di keluarga kita... Hei! Kau! Cepat angkat kaki mu dari rumah ini! Kau sudah banyak menyusahkan kakak ku dan sekarang kau mau menyusahkan keluargaku?"
"Eomma, jangan seperti ini" Jungwoo menghela kasar.
"Semua uang tante mu habis karna membiayai gadis tidak tau diri ini! Gara-gara kau, dia tidak mampu mengobati penyakitnya sendiri!"
"Eomma!"
"Segera tinggalkan rumahku! Dan jangan pernah menginjakkan kaki mu disini ataupun di rumah kakak ku! Kau tidak memiliki hak atas rumah itu!"
"Eomma! Cukup!" Menghela napas kasar untuk kesekian kalinya, Jungwoo bangun dari jongkoknya, berjalan mendekat ke arah pintu dan menutup pintu kamar.
"Maaf, Eomma ku sudah keterlaluan" sesal Jungwoo.
Winter menggeleng pelan sebagai jawaban, masih enggan mengangkat wajahnya.
"Setelah ini, keluarlah, bagaimana pun kau harus mengisi perutmu dan mandi" ucap Jungwoo dengan lembut, lalu menepuk pelan kepala Winter.
Meski Winter bukan bagian dari keluarga Kim, ia tetap menganggap Winter sebagai bagian dari keluarga Kim.
"Terima kasih" gumam Winter, masih dengan wajah tertunduk.
"Jungwoo! Keluar sekarang juga! Kau mau lihat Eomma menyusul tante mu!?"
"Hah... Aku keluar dulu, aku akan mengajak Eomma pergi dan kau bisa keluar untuk makan"
Winter sama sekali tak menjawab perintah dari Jungwoo, hingga akhirnya pria itu keluar , meninggalkannya seorang diri di kamar.
Setelah beberapa menit, Winter mengangkat wajahnya, ntah sudah berapa banyak air mata yang gadis itu teteskan hingga kedua matanya cukup bengkak, dan hanya dalam beberapa hari, wajah gadis itu terlihat lebih tirus.
Pintu utama terbanting cukup kuat, yang menandakan sudah tidak ada orang dirumah. Dengan tenaga yang masih dimiliki, Winter beranjak dari duduknya dan keluar dari kamar.
***
Langkah gadis itu terhuyung-huyung, sesekali tubuh ringkihnya terjatuh diatas jalan yang dingin. Tanpa alas kaki sama sekali, gadis itu terus berjalan, membiarkan kakinya bersentuhan langsung dengan aspal.
Dinginnya malam sama sekali tak mempengaruhi gadis itu untuk kembali ke rumah sekedar mengambil jaket.
Jalanan sudah sangat sepi, mengingat saat ini sudah jam 10 malam, di Daegu sudah tidak banyak aktivitas lagi.
Tanpa arah yang pasti, Winter terus saja melangkahkan kakinya, tatapan gadis itu kosong. Langkahnya terhenti di salah satu jembatan, menatap derasnya arus sungai dibawah jembatan.
"T-tolong...."
Samar-samar Winter mendengar lirihan seorang wanita yang meminta tolong. Mengedarkan pandangannya, gadis itu terdiam dan berusahan menajamkan pendengarannya.
"To-long...."
Winter yakin ia tak salah dengar saat ini, kedua kakinya beranjak dari tempatnya dan mencari sumber suara.
"Dimana!?" Teriak Winter.
"Ba-wah jemb-atan" jawab suara itu dengan susah payah.
Segera Winter berlari ke bawah jembatan, tak peduli dengan kakinya yang menginjak ranting-ranting kering.
Dibawah sana terdapat mobil hancur yang sudah tenggelam setengahnya dan ada seorang wanita beserta pria di bagian pengemudi.
Namun, pria itu sudah tak sadarkan diri, menyisakan sang wanita yang masih setengah sadar.
"Tolong sela-matkan ka-mi....."
🤡
KAMU SEDANG MEMBACA
⚠️ MONEY ⚠️ ( Jaemin X Winter )
FanfictionUang, siapa yang tidak suka uang? Tentu saja 99,9% manusia menyukai uang. Selama ada uang, semua akan terasa mudah. Lantas, apakah uang bisa menghidupkan kembali orang yang sudah pergi untuk selamanya? M O N E Y : : : CAST • Kim Winter ( Aespa ) •...