Banyak dosanya.
Kalau sanggup membacanya, silahkan..
20+
GB Dosa hehe 🌚
⚠️
Ada beberapa hal yang paling Dima tidak suka didunia ini. Dan yang paling ia tidak suka kini ada tepat didepan matanya.
Istrinya mengacuhkannya.
Dima mengetuk-ngetuk sepatu pantofel yang terlihat mengkilat itu dengan keras diatas lantai. Matanya menyorot marah kearah istrinya yang terlihat begitu santai mengerjakan pekerjaannya.
Semua yang berada digedung itu merinding merasakan hawa dingin yang berasal dari Dima.
"Pik, suami lo matanya hampir keluar gitu. Cepet gih samperin dia." bisik Ardi dengan takut sambil melirik kearah Dima.
Pika dengan santai memasang mesin kerangkaian kendaraan, ia dengan acuh menyabaikan kehadiran Dima yang tepat dibelakangnya.
"Dia bukan suami gue." ujar Pika.
"Hah lo udah cerai sama si Dima?!"
Pika menendang kaki Ardi, "Sembarangan kalau ngomong! Gue baru aja sebulan nikah sama dia, masa lo kira kita udah cerai aja!" sewot Pika.
Ardi mendengus, "terus maksud lo itu apa tadi? Kalau bukan suami lo terus suami siapa? Suami gue?"
"Maksud gue itu, dia bukan suami gue kalau ditempat kerja, tapi dia bos yang punya ini pabrik, ngerti gak sih?!" decak Pika dengan kesal.
"KISHIKA LOPIKA, JANGAN MENGOBROL!" teriak Dima, terbakar api cemburu.
Pika mendengus, "Siap Pak."
Pika merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal.
"Nih, titipan dari suami lo." ujar Asep sambil memberikan kotak berisi sandwich dan sebotol minuman jus jambu.
"Thanks ya." ucap Pika sambil membuka kotak makanan itu dan memakan sandwich buatan Dima.
Asep memperhatikan Pika, "Lo kapan berhenti kerja disini? Gue udah bosen denger si Dima curhat, apalagi sampe marah-marah sama gue gara-gara lo kaga berhenti kerja disini." keluh dirinya.
"Udah diemin aja." jawab Pika dengan santai.
Asep mendengus, "gak paham lagi gue."
⚠️
Pika memasuki rumah minimalis berlantai dua itu. Dia memegang pundaknya yang terasa sangat pegal sekaligus sakit.
Dan pada saat sudah berada diruang keluarga, Pika melihat Dima yang menunggunya disofa dengan bibirnya yang tertekuk.
"Kenapa?" tanya Pika dengan lembut.
Dima masih terdiam, matanya terus mengikuti langkah Pika.
Pika menaruh ransel kecil kerjanya diatas sofa, kemudian ia berjalan kearah Dima dan duduk disebelahnya dengan jarak satu meter.
"Masih mau diem?" tanya Pika. Dima masih terdiam.
Pika merentangkan tangannya, "Sini.."
Dima meringsut mendekat kearah Pika dan memeluk istrinya itu dengan erat.
Pika mengelus kepala Dima yang berada didadanya itu.
"Sayang.."
"Hmm?" Pika mengelus punggung Dima.