"Kiliiiiiiiiiiiiii......"
Cowok tegap itu seketika menghentikan langkahnya, mendengar nama yang sudah tidak asing baginya. Cowok itu mengangkat sebelah alisnya, melihat cewek yang terengah-engah didepannya.
Kiki Albarac. Cowok itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.
"Kili, aku pangil-panggil dari tadi kenapa nggak noleh?" tanya cewek itu.
Leona Aurora. Cewek itu mengerucutkan bibirnya kesal. Kiki mendengus, lalu ia melanjutkan langkahnya tanpa menjawab ucapan Leona.
"Kili, ko L di tinggal?" Leona mulai mengejar langkah lebar Kiki, setelah sampai disebelah Kiki, Leona langsung menggandeng tangan Kiki dengan mesra.
Tatapannya menelisik ketika sekumpulan cewek menatap Kiki dengan terpesona. Mata Leona melotot seram.
"Apa lo lihat-lihat?" galak Leona. Para segerombolan cewek itu langsung menciut takut.
Kiki menggelengkan kepalanya, pusing dengan keposesifan cewek yang berada disisinya itu.
"Lepas." ucap Kiki dengan dingin. Leona bergerutu, dengan terpaksa ia melepaskan gandengannya.
"Kili jahat banget sih." ucap Leona dengan memasang tampang wajah so imut.
"Terserah." ucap Kiki dengan acuh. Kiki kembali melangkah yang diikuti Leona dibelakangnya seperti anak bebek mengikuti induknya.
Kiki teringat dengan kejadian 2 tahun yang lalu, tepatnya saat ia baru memasuki kelas 10. Leona, cewek itu dengan lantang memanggil namanya dengan sebutan Kili, dan pada saat Kiki bertanya kepada Leona, kenapa ia memanggil namanya dengan sebutan Kili, jawabannya sangat diluar perkitaan.. Kira-kira ucapannya seperti ini..
"Melihat kamu, aku teringat dengan pemain film di film The Hobbit, namanya hampir persis dengan kamu, yaitu Kili. Bukan namanya aja, sifatnya yang dingin dan tubuh tegap berototnya. Lebih baik memanggilmu dengan sebutan Kili daripada Kiki, aku seperti memanggil cewek daripada cowok."
Yah.. Kira-kira seperti itu. Dan saat itulah disaat ada yang memanggilnya dengan sebutan Kili, tidak salah lagi itu pasti Leona. Cewek si pecinta fantasi, bahakan sampai otaknya ikut berfantasi, Halu maksudnya.
🐝
Kiki menghela nafas lega, akhirnya ia terbebas dari jeratan anak lebah.
"Ki udah ngerjain pr belom?" Kiki menolehkan kepalanya. "Udah." Adit berbinar senang.
"Gue pinjem."
"Ambil aja sono di tas." ucap Kiki malas.
"Oh iya, gue heran sama lo. Kenapa sih lo nyuekin si Leona, padahal nih ya tuh cewek cantik banget. Heran gue sama lo." Kiki menajamkan tatapan matanya kearah Adit.
Adit terkekeh menggaruk belakang kepalanya. Ia menepuk bibirnya yang kelewat batas. Sahabatnya itu, sangat sensitif jika seseorang membicarakan Leona dihadapannya, terutama untuk cowok, dia akan marah besar. Entah kenapa, cuma Kiki, Tuhan, dan Malaikat aja yang tahu.
"Berisik lo, cepet kerjain sono." sentak Kiki.
"Siap komandan."
Kiki mendesah kasar, dia paling tidak suka saat seseorang membicarakan Leona apalagi oleh cowok. Hatinya merasa panas.
Ingatannya melayang kembali mengingat dimana Leona menyatakan perasaannya kepadanya. Tepatnya 2 tahun lalu..
"L cinta sama Kili." ucap Leona tanpa ada rasa malu. Kiki terbelakak kaget, saat mulutnya terbuka ingin menjawab pernyataan Leona, cewek itu membungkam mulutnya.