⚠Please don't copy this story⚠
Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca...
🌼🌼🌼🌼
Setelah makan siang, aku kembali ke habitat kantor. Badanku terasa lemas dan kepalaku sedikit pusing. Sepertinya perjuanganku menghabiskan sepiring nasi pecel tadi tidak ada gunanya. Bukannya menambah energi, malah membuat perutku mual. Aku merasa tidak baik-baik saja saat ini. Dari arah pintu loby, terlihat kak Davinda berlari kecil berusaha mengimbangi langkahku.
"Hey, dipanggilin juga, nunduk aja sih? Habis dari mana?" Ujarnya sambil mencolek bahuku.
Aku tersenyum simpul. "Dari depotnya Pak Midi, Kak." Kataku.
"Kok gak ajak-ajak? Pecel Pak Midi itu favorit aku lho."
Aku kembali mengulas senyum. "Maaf, tadi yang ngajak teman kampus soalnya. InshaAllah, kapan-kapan kita makan bersama team di sana, oke?" Tawarku. Aku menekan angka sebelas pada tombol lift.
Kak Davinda tersenyum seraya menganggukkan kepalanya. Detik berikutnya ia menatap wajahku dengan intens. Membuatku merasa tidak nyaman.
"Kenapa, Kak?" Tanyaku.
"Kamu habis nangis? Mata kamu kok sembab gitu?"
"Emm, mungkin kepedesan makan pecel tadi, Kak." Jawabku sambil tersenyum kikuk.
"Yakin?" Tanyanya lagi, memastikan keadaanku. Aku mengangguk.
"Aku takut kalau kamu tertekan selama magang di sini, Yum. Sebenarnya aku sendiri juga heran, baru kali ini lho tim pemasaran bagi tugas sama tim pengembangan. Nggak masuk banget gitu lho. Mau protes juga gimana? Yang nyuruh anak pemiliknya langsung. Aku takut si Zoya bakal jadi pemimpin yang semena-mena kedepannya." terang kak Davinda seraya membuka pintu, kami telah sampai di ruang tim pengembangan saat ini.
Tanpa terasa mataku berair. Mungkinkah kak Zoya melakukan ini semua karena aku? Kenapa? Apa karena Sauqy lagi? Pikiranku terus berkecamuk dengan prasangka buruk.
Kak Davinda kembali berkutat dengan pekerjaannya. Sedangkan aku membantunya merapikan file pengajuan perubahan fungsional gedung olah raga yang harus diajukan terlebih dahulu kepada tim perencanaan nanti. Beberapa karyawan yang baru saja kembali dari istirahat, terlihat suntuk semua. Wajah mereka sama sekali tidak menampakkan raut yang bersahabat.Satu jam berlalu, akhirnya selesai juga aku mengerjakan tugas . Jam di dinding menunjukkan pukul 14.15, jam pulang telah berlalu. Aku merasa tidak enak jika harus pulang lebih dahulu, mengingat masih ada beberapa tumpukan file lagi yang harus dikerjakan mereka. Aku membantu mengerjakan yang aku bisa. Lamat-lamat, benda kotak di atas nakas di dekat kak Davinda bergetar. Menampilkan sebuah notifikasi 1 panggilan masuk dari Beruang Kutubku.
"Beruang kutub itu siapa, Yum?" Tanya kak Davinda, dia tidak sengaja membaca notifikasi di ponselku.
Dia kemudian mengulurkan ponsel tersebut kepadaku. Aku jadi tersenyum kikuk dibuatnya. Dengan suara pelan, aku mengatakan kalau yang menelpon adalah Sauqy- suamiku. Dia tersenyum seraya menganggukkan kepala, kemudian kembali pada aktivitas bekerjanya.
"Assalamu'alaikum, Qy?" Jawabku.
"Wa'alaikumsalam,
Masih belum selesai? Mama nyariin kamu terus tuh. Katanya, kenapa kamu belum pulang? Padahal sudah jam dua lebih empat lima." ujar Sauqy dari seberang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOMASY - Love Marriage Sauqy & Yumna--Finish
Spirituelles⚠[RBO] karya k-2 Follow ya, biar kamu dapat notif dari setiap part baru cerita ini! Arzaqina Yumna Shaqila, biasa dipanggil Yumna. Mahasiswi semester 5 fakultas Ekonomi, menaruh hati kepada Raushan Syauqi Bariq yang populer dengan sapaan Sauqy. Maha...