⚠️Don't copy this story⚠️
Bismillahirrahmanirrahim.
(Yumna's point of view)
Selamat membaca...
🌼🌼🌼🌼
Cahaya senja yang membelah langit menambah keindahan suasana di sore hari. Hari-hariku tanpa Sauqy sudah biasa kunikmati. Sepi sudah pasti, rindu apalagi, dan ragu masih saja menggelayuti. Tapi Alhamdulillah, Allah masih menjaga hati kami. Tanpa pertolongan dari-Nya, kami tidak akan sampai sejauh ini. Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Nya.
Di dapur, Ummi tengah sibuk memasak daging rendang kesukaan Mama Safiyah. Kata Al, Mama rindu dengan masakan Ummi. Aku memutuskan untuk membantu Ummi dan meninggalkan sejenak pekerjaan merevisi skripsiku. Seharian dengan buku-buku tebal itu membuat kepalaku panas dan aku perlu menetralkan otakku.
Ummi tersenyum melihatku berdiri di sampingnya mengenakan atribut memasak yang lengkap. Aku meraih spatula yang dipegang Ummi kemudian menggantikannya mengaduk daging sapi yang telah bercampur jadi satu dengan bumbu.
Harum..
Asap yang mengepul di atas penggorengan memenuhi rongga Indra penciumanku. Bumbu racikan ummi memang selalu juara! Entah, kapan aku bisa memasak seenak masakan ummi. Sekuat apapun aku berusaha, aku masih saja bingung membedakan varian dari bumbu dapur.
"Yumna, coba kamu rasakan sedikit dagingnya. Bumbunya sudah meresap atau belum, terus dagingnya sudah empuk tidak?" Tanya Ummi.
Aku mencolek bumbu yang menempel di spatula. Sedap, sepertinya bumbunya sudah merata. Kemudian aku lanjut merasai daging sapinya. Hmm... Lembut sekali tekstur dagingnya, bumbunya juga sudah meresap.
"Sepertinya ini sudah matang ummi, siap disajikan," kataku.
"Ya sudah, kalau begitu kamu jadikan dua. Separuh buat kita separuhnya lagi untuk ibu mertua kamu, Sayang," sahut ummi.
Aku mengikuti instruksi dari ummi. Setelah selesai mengemas semuanya, aku meminta izin pada Ummi agar aku saja yang mengantarkannya kepada Mama Safiyah. Ummi mengangguk mengiyakan. Beliau kembali menuju ruang tengah untuk menyiapkan beberapa makanan penutup untuk makan malam nanti.
Karena rumah kami bersebelahan, beberapa detik saja aku sudah berada di depan pintu rumah Mama Saf. Aku mengetuk pintu rumah mama Saf tiga kali. Tak lama kemudian seseorang dari balik pintu membukakan pintu. Dia mbok Asih, perempuan setengah baya yang masih setia membantu Mama mengerjakan pekerjaan rumah. Beberapa bulan terakhir aku jarang sekali melihat sosoknya, mungkin karena aku yang terlalu sibuk dengan duniaku sendiri.
"Eh, ada Mbak Yumna. Wa'alaikumsalam, mari masuk. Ibu lagi di tempat biasanya," sapa mbok Asih mempersilakan masuk.
"Saya langsung ke ruangan Mama ya, mbok. Jangan dibuatkan apa-apa, saya cuma sebentar," tukasku.
"Oke, mbak. Laksanakan!" Ujar mbok Asih sambil meletakkan tangan kanannya di dahi kanan beliau. Dia dalam posisi sikap hormat layaknya kopral.
Aku mengulas senyum, beliau selalu saja bisa membuatku tersenyum. Aku menganggukkan kepala menanggapi ucapannya. Kemudian melangkahkan kaki menuju ruang yang dimaksud oleh mbok Asih. Suasana rumah yang sedikit lebih besar dari rumahku itu terasa sunyi. Rupanya tanpa kehadiran Al rumah sebesar ini bisa terasa sepi juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOMASY - Love Marriage Sauqy & Yumna--Finish
Spirituelles⚠[RBO] karya k-2 Follow ya, biar kamu dapat notif dari setiap part baru cerita ini! Arzaqina Yumna Shaqila, biasa dipanggil Yumna. Mahasiswi semester 5 fakultas Ekonomi, menaruh hati kepada Raushan Syauqi Bariq yang populer dengan sapaan Sauqy. Maha...