🍁 45. Ujung penantian 🍁

42 4 0
                                    

⚠️ Please, don't copy this story⚠️

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat membaca...

(Yumna point of view)

*
*
*

Beratnya penantian tak sebanding dengan nikmatnya pertemuan.

~LOMASY~
©Jannah_sha

_ _ _ _

Suara dering ponselku tak mau berhenti. Karena kesal aku meraih bantal kemudian menindih ponselku dengan bantal tersebut. Tetap saja, suara bising masih terdengar jelas di telingaku. Detik selanjutnya ponselku berhenti berdering ganti seseorang mengetuk pintu kamarku. Ternyata itu Ummi, beliau mengatakan kalau ada telepon dari Sauqy. Aku mengurungkan niat untuk membukakan pintu karena Sauqy sudah membuatku kesal dari kemarin malam!

Aku mengatakan pada ummi kalau aku akan menelponnya balik. Tentu saja itu hanya alibi ku. Aku meraih handuk yang tergantung di belakang pintu kemudian bergegas ke kamar mandi. Aku hendak mandi, karena hari ini aku harus ke kampus dan menemui dosen pembimbing ku untuk dimintai tandatangan lembar pengesahan skripsi. Rencananya Imel dan Dian yang akan menjemputku. Hari ini pak Aziz sedang sibuk mengantar mama Saf, jadi beliau tidak bisa mengantar aku ke kampus.

Setelah make up tipis-tipis dan memakai hijab, aku mendengar suara klakson mobil dari halaman rumah. Sepertinya mereka telah sampai. Aku meraih ransel dan sepatu yang aku letakkan di rak. Kemudian aku memakai sepatu tersebut dan bergegas menghampiri mereka.

"Yumna berangkat dulu ya, Mi. Assalamu'alaikum." Pamit ku seraya mencium punggung tangan beliau.

"Hati-hati ya, Sayang." Sahut Ummi kemudian mencium keningku. Aku membalasnya dengan senyuman.

Sesampainya di kampus, kami berpencar karena dosen pembimbing kami berbeda. Imel dengan aku sedangkan Wafda bersama dengan Dudung dan juga Dian. Tak mudah mendapatkan tanda tangan dari dosen pembimbing yang kedua. Selain jadwal beliau yang padat, beliau juga jarang sekali berada di ruangannya.

Seperti saat ini, aku dan Imel harus berjalan kaki sepanjang dua ratus meter dari ruang dosen. Dari gedung utama kami berjalan ke arah selatan gedung Krida. Di sana terdapat ruang kelas jurusan ekonomi. Perjuangan skripsi benar-benar melelahkan!

Setelah selesai mendapatkan tandatangan beliau, kami bergegas menuju kantin kampus. Tadi sebelum berpisah kami sepakat untuk bertemu di sana.

"Yum, hp Lo bunyi terus tuh! Berisik tahu!" Ujar Wafda.

"Dah biarin aja." Jawabku sambil membuka tutup botol minuman teh kemasan.

"Dari siapa sih?" Tanya Dian sembari mengambil ponselku yang tergeletak di atas meja.

"Suami kamu lho, Yum. Kenapa nggak diangkat?" Timpal Dudung.

"Kalian berantem ya?" Lanjut Wafda. Aku memutar kedua bola mataku ke atas.

"Tumben." Sahut Imel menginterupsi ku.

"Gak baik tau, Yum. Nyuekin suami kayak begini. Kalau kamu gak mau angkat, biar kita aja. Gimana guys?" Ujar Dian. Sontak saja kedua mataku terbelalak melihat Dudung telah menggeser panel hijau ke arah kanan.

Dasar temen nyebelin!!!! Cibir ku dalam hati.

Dudung menjawab telepon dari Sauqy di ponselku. Entah apa yang mereka bicarakan, Dudung tampak tersenyum mencurigakan ke arahku. Sejak kapan mereka dekat? Dulu aja, sudah seperti musuh bebuyutan!

LOMASY - Love Marriage Sauqy & Yumna--FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang