🍁42. Friendship🍁

38 4 3
                                    

⚠️please don't copy this story⚠️

Bismillahirrahmanirrahim..

Selamat membaca...💐

(Yumna point of view)

*
*
*

Allah tanamkan rasa cinta kepada setiap hati, supaya mereka bersyukur bahwa saling menyayangi di dalam ukhuwah itu indah.

~LOMASY~
©Jannah_sha
______________________________________

KABUT tebal di pagi hari menutupi sebagian jalanan kota. Sudah menjadi hal yang lumrah jika masuk di musim penghujan, sebagian tempat di Kota Malang berkabut. Kawasan yang dikelilingi oleh beberapa gunung yang salah satunya masih aktif ini terkenal dengan hawa dinginnya. Tapi tidak untuk saat ini, perubahan cuaca yang tidak menentu ditambah efek pemanasan global yang semakin menjadi, membuat kota ini tak lagi dijuluki sebagai kota yang dingin. Hanya pada cuaca tertentu saja hawa dingin benar-benar terasa.

Aku sibuk menata beberapa buku dan berkas yang akan aku bawa ke kampus. Sebelum ke kampus aku berniat mengunjungi Wafda terlebih dahulu. Suaminya tengah dinas ke luar kota dan saat ini Wafda tengah hamil dua bulan. Aku khawatir dia sendirian di rumah. Dia anak tunggal, kedua orang tuanya sibuk mengurus bisnis masing-masing di luar kota. Sanak saudaranya juga hanya sesekali menjenguknya.

Awalnya aku marahan dengan dia karena tidak memberitahu kami kalau dia tengah mengandung. Katanya, dia khawatir dengan nasib skripsi ku. Dan dia tidak ingin membuatku terbebani dengan masalah lain. Sungguh pemikiran yang tidak baik! Qadarullah, sekarang kami sudah berbaikan.

"Yumna, sarapan dulu, Sayang.." Teriak ummi dari lantai bawah.

"Ndak, Ummi, terimakasih. Tadi Abi udah siapin bekal buat Yumna. Yumna ke rumah Wafda dulu sebelum ke kampus. Assalamu'alaikum, Ummi." Jawabku sambil menuruni anak tangga. Sesampainya di hadapan ummi,  aku mencium punggung tangannya dengan ta'zim.

25 menit perjalanan akhirnya aku sampai juga di depan rumah Wafda. Saat hendak membuka gerbang, aku berpapasan dengan Imel yang juga baru saja sampai. Dia membantuku membuka gerbang kemudian dia memarkirkan motornya.

Aku mengetuk pintu rumah Wafda sambil sesekali menengok ke dalam melalui kaca jendela. Detik kemudian kedua manik mataku menangkap sosok Wafda dengan baju dinasnya, alias daster. Hehe..

Wafda membukakan pintu. "Kok gak chat dulu kalau mau kesini?" Tanyanya.

"Kuota  internetnya lagi abis. Yuk masuk," jawab Imel sambil menggandeng lengan Wafda. Aku juga melakukan hal yang sama.

Wafda menyuruh kami untuk duduk di ruang tengah yang hanya ada karpet besar dan lembut. Di sana juga terdapat satu meja dengan set televisi yang aku pun tak akan sanggup memilikinya meski aku berasal dari keluarga yang berada.

"Huek.., huek..,"

Sudah lima kali Wafda memuntahkan setiap suapan dari sarapan paginya. Hari ini aku membuatkan bubur ayam sesuai resep yang diberikan oleh mbok Ijah-asisten rumahtangga mama Saf. Aku mencicipi buburnya. Enak kok, batinku. Imel juga terlihat baik-baik saja saat mencicipi buburnya. Mengapa hanya Wafda yang seperti tidak selera dengan masakan buatan ku?

LOMASY - Love Marriage Sauqy & Yumna--FinishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang