Aquinsha membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya matahari pagi menyilaukannya, keringat mengalir di pelipisnya dan tubuhnya terasa panas seperti terbakar.
Ia merasa seperti terikat dan tertarik ke dalam, seperti ada sosok yang memaksanya terkubur terus menerus di dalam mimpi.
Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya, dan kepalanya menjadi sedikit pusing, ia merasa mulutnya sangat kering. Aquinsha melirik sekeliling dan mendapati pepohonan rindang di sekitarnya, kemudian ia bangun dengan panik.
"Apa itu tadi..." gumamnya berbisik, nada suaranya terdengar suram.
Gadis pirang itu memelototi telapak tangannya, kemudian mengelus-elus lengannya yang masih sedikit gemetar.
"Hoi tuan putri," panggil Albion memecahkan lamunannya.
Aquinsha segera menoleh dan menatap lelaki yang saat ini sedang sibuk makan daging sisa semalam, rambut lelaki itu terurai panjang dan matanya masih sedikit bengkak karena baru terbangun.
"Kau seperti tidak baik-baik saja?" Tanyanya sambil sibuk mengunyah.
Aquinsha menggeleng pelan, "tidak.. hanya saja aku bermimpi yang sedikit menakutkan."
"Sejujurnya sangat menakutkan." Gadis itu menambahi
"Ohhh, syukurlah kalau kau baik-baik saja karena aku jadi bisa dengan tenang menikmati daging ini." Balas Albion yang sibuk dengan daging di tangannya. Kalau saja ada kontes makan mungkin cebol ini akan menang.
Aquinsha menghela nafas, kemudian ia merapikan rambut bergelombangnya yang berantakan. Menyisirnya menggunakan tangan kemudian mengikatnya menjadi satu.
Kirei muncul dari balik pepohonan, wajahnya terlihat begitu segar dan sedikit ceria, namun ada beberapa luka goresan baru yang muncul di pipinya. Ia membawa beberapa buah yang sepertinya baru saja di petik.
Aquinsha menoleh untuk menyapa Kirei, "hai, Kirei."
Gadis bersurai hitam itu mengangguk, "hai. Sepertinya kau tersiksa di dalam mimpimu." Balasnya dengan nada datar seperti biasa.
Aquinsha tertawa kikuk, "hahaha, bisa dibilang begitu."
Kirei duduk di sebelah Aquinsha dan melemparkan salah satu buah di tangannya, "makan itu, baik untuk kesehatan."
Aquinsha menerima buah tersebut memudian tersenyum dan mengangguk. "Terimakasih Kirei."
Beberapa saat setelahnya, Mark baru terbangun dan menguap dengan lebar. Membiarkan semua mata tertuju kepadanya dengan kesal.
"Oi pemalas, kau benar-benar baru bangun sesiang ini." Sindir Albion sambil melirik ke arah lelaki bersurai abu-abu itu
Mark mengacak rambutnya, kemudian mengusap-usap matanya dengan sedikit agresif, "masalah untukmu?"
Aquinsha mengerutkan dahinya, ribut-ribut di pagi hari bukanlah kesukaannya. "Bagaimana kalau kita bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan?" Gadis itu berjalan ke arah Mark dan menarik lengan lelaki muda itu.
Mark merintih kesakitan ketika lengannya ditarik Aquinsha, kemudian membuat wajah meringis yang ditujukan pada gadis pirang itu.
"Ah, maaf apa masih sakit lukamu?" Tanya Aquinsha khawatir dan segera berjongkok untuk memastikan.
Mark mengangguk pelan, "sakit sekali... uh.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
AdventureMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...