1. Mark

8K 704 63
                                    

[Mark's POV]

Bruk.

"Aduh..."
Aku membuka mataku, ini kali ke 194728429859 aku jatuh dari tempat tidur.

"Kenapa mimpi itu lagi sih..", aku bangun lalu mengelus lenganku yang sakit.

"Sakit sekali lenganku", sambil meringis karena nyeri, aku berjalan menuju meja, untuk makan bubur ayam pemberian ibu kos, karena gratis rasanya jadi lebih enak haha.

Namaku Mark Nicholson, ayah dan ibuku meninggal saat umurku baru 7 tahun, mereka berdua melindungiku dari iblis yang tiba-tiba menyerang desa tempat kami pulang kampung. Sekarang aku tinggal sendirian, di sebuah kamar kos kecil di pinggiran Wilhelmina.

Selama ini aku bekerja membantu ibu Zera menjaga toko rotinya, upahnya 100 koin perunggu, jadi lumayanlah untuk membiayai hidup sehari-hariku. Ia bahkan memberiku makan siang gratis hehe.

"Mark, kau itu kenapa tidak bekerja di kerajaan saja sih? Meneruskan ayahmu", tanya Ibu Zera yang sedang merapikan dagangannya.

"Ahaha, mana mungkin saya yang seperti ini bisa bekerja di kerajaan, bu!", jawabku sambil terkekeh ringan. Ibu Zera menatapku bingung.

"Memang kenapa? Siapa tau saja kan, hidupmu bisa jadi lebih baik!"

Aku hanya tersenyum simpul, dan kembali melayani pelanggan yang baru datang.

"Huh... dasar anak itu, aku kasihan melihatnya, besar tanpa orang tua begitu, seandainya aku kaya raya akan aku adopsi dia, tapi uangku bahkan hanya cukup untuk makan!", gerutu Ibu Zera sambil berjalan dengan kesal kembali ke dapur.


[Author's POV]

Tok tok tok.
"Permisi Tuan Putri,"

Putri Aquinsha yang masih mengenakan gaun tidur itu menoleh.

"Ah, Rachel, masuklah! Ada apa?", Aquinsha meletakkan gelas berisi air mineral itu ke meja dengan anggunnya.

"Yang mulia mengutus saya untuk menyampaikan suatu pesan kepada Putri," Pelayan yang bernama Rachel itu menunduk dengan sopan.

"Ada pesan apa?"

"Hari ini Pangeran Vellas akan berkunjung, yang mulia ingin Tuan Putri untuk bersiap-siap."

"Uh... baiklah, Rachel bantu aku bersiap-siap.", Aquinsha beranjak dari duduknya, dengan raut wajah yang terlihat tidak senang.

"Baik, Tuan Putri.", balas Rachel.

Putri Aquinsha Carrie de Brice adalah anak kedua dari Raja Felix III dan Ratu Beatrice.

Sejak ia berumur 10 tahun, pernikahannya dengan Pangeran Vellas yang merupakan anak dari seorang Duke sudah ditetapkan. Ketika mereka berdua telah melewati hari kedewasaan, pernikahan tidak akan ditunda lagi. Tahun ini pangeran sudah berumur cukup, sedangkan ia masih 15 tahun.

'Pernikahan ini, bukan keinginanku'

Setelah selesai memilih gaun dan merias diri, Putri Aquinsha berjalan ke ruang makan utama, di temani oleh pengawalnya, Akin.

"Saya menghadap Yang Mulia", Aquinsha memberi salam dengan sopan. Lalu ia duduk di kursi yang telah disiapkan.

Makanan yang dimasak oleh koki kerajaan benar-benar tidak menaikkan nafsu makannya sama sekali. Tidak ada pembicaraan, hanya ada suara ranting pohon yang mengetuk jendela, suasananya sangat tidak nyaman, kalau bisa ingin rasanya keluar dari tempat itu secepatnya, pikirnya.

Sesekali Pangeran Vellas meliriknya dengan tatapan yang sangat mengerikan, seperti tatapan kebencian. Aquinsha bergidik ngeri.

"Aquinsha, di pesta kedewasaan Pangeran Vellas, pertunanganmu dengan Pangeran akan diumumkan, jadi bersiap-siaplah."

"Maaf, Yang Mulia, apakah tidak terlalu cepat? Pesta kedewasaan Pangeran dilaksanakan 3 hari lagi", tanya Aquinsha buru-buru, ia tidak mau pertunangan ini diberitakan secara resmi, selain itu, diantara ia dan pangeran tidak ada yang menginginkan pertunangan ini juga.

'Lihat saja wajah tidak sukanya itu, aku langsung tau kalau pangeran tidak menginginkan pernikahan ini juga', batinnya.

"Tidak apa-apa Putri Aquinsha, menurut saya lebih cepat lebih baik, saya setuju dengan Yang Mulia.", celetuk Pangeran Vellas seraya mengelap sudut bibirnya dengan tenang.

'Kenapa tidak mendukungku?! Kamu juga tidak mau kan!', batinnya.

"Hmm, jadi sudah ditetapkan. Aku harap kalian bersiap-siap.", Yang Mulia menatap sang putri, dengan senyuman palsunya itu.

Aquinsha menggigit bibir bawahnya, tangannya meremas gaunnya dengan kencang, dengan terpaksa ia mengangguk.

"Baik, Yang Mulia."

Heroes Of AvanireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang