[Author's POV]
Albion melompati jendela yang sudah dirusak Kirei sebelumnya dan berlari kecil melewati ladang jagung dan beberapa gerobak berisi jerami.
Nafasnya terdengar berat dan tubuhnya penuh dengan keringat. Ia berlari keluar menuju jalan setapak yang mengarah ke tempat perbelanjaan yang ia datangi sebelumnya.
"Albion!"
Mendengar suara yang familiar ia menoleh dengan terburu-buru, dan melihat sosok perempuan berambut pirang berlari kearahnya bersama dengan kedua orangtua Kirei.
"Hah.."
"Aquinsha, aku—"
Aquinsha memperhatikan temannya itu, tidak memakai jaket ataupun jubah di cuaca sedingin ini, kaosnya sudah robek-robek, wajahnya hancur dan penuh darah, dan sekujur tubuhnya memar.
Aquinsha meneguk ludahnya, ia hampir berteriak, tapi untung saja ia bisa mengendalikan emosinya saat ini.
"Albion... syukurlah kamu selamat." Gadis pirang itu memeluk temannya dengan erat sampai membuat Albion sedikit malu.
"Dimana Mark?!" Tanya Albion tidak sabar, setelah ia celingak-celinguk mencari sosok tinggi berambut putih abu-abu namun tidak menemukannya.
Aquinsha mengencangkan genggamannya, "Mark sedang berusaha untuk menahan Assassin yang berniat menculik Nyonya Magareth dan Tuan Shun."
"Maaf.. keadaan jadi seperti ini.." Albion menarik sudut bibirnya seraya mengelus lehernya yang terasa sakit.
Aquinsha menatap Albion dengan tatapan khawatir, begitu juga Nyonya Magareth dan Tuan Shun.
"Ah.. aku lupa mengatakan ini, aku terkena racu—"
"Ah!"
Sebelum menyelesaikan kalimatnya Albion tiba-tiba pingsan, untung saja Aquinsha dapat menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
"Albion..."
Aquinsha menoleh ke arah Nyonya Magareth. "Ayo kita mencari tempat yang aman."
•
(Sekitar 30 menit sebelumnya, bersamaan dengan pertarungan Albion dan Kirei)
Mark dan Aquinsha berdiri didekat tenda penjual sate sambil mengawasi Nyonya Magareth dan Tuan Shun.
"Hah... Albion itu kenapa sih? Tidak penting sekali..." kesal Aquinsha sambil mengunyah sate cumi-cuminya.
Mark menarik pergelangan tangan Aquinsha dan memakan cumi-cumi di sate gadis itu dengan tiba-tiba.
"Hahh? Cumi-cumiku!" Aquinsha memelototi Mark yang sedang mengunyah sate cumi itu dengan santai.
"Enak~" gumamnya sambil terus memperhatikan Nyonya Magareth dan Tuan Shun.
Aquinsha memelototi Mark ketika melihat gelagatnya yang seperti akan mengambil sate cuminya untuk kedua kali.
'Gemas sekali..' batin Mark sambil memperhatikan wajah Aquinsha yang sedang kesal.
Untuk beberapa saat ia berterimakasih kepada Albion karena diberi kesempatan berdua dengan Aquinsha.
Aquinsha menyipitkan matanya berusaha untuk melihat sesuatu membuat Mark heran.
"Hei, ada apa?" Tanyanya penasaran.
"Bukankah itu terlihat berbahaya?" Aquinsha menunjuk segerombolan pria misterius yang berada sangat dekat dengan nyonya Magareth dan suaminya. Seperti sedang mengawasi.
Mark refleks menoleh, dan mengernyit.
"Kurasa... kita harus kesana"
Mark menarik tangan Aquinsha dan dengan santai berjalan ke arah Nyonya Magareth dan Tuan Shun
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes Of Avanire
AdventureMark Nicholson, seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang tinggal sendirian di sebuah kos kecil dengan penghasilan 4 koin perak sebulan. Kedua orang tuanya meninggal ketika melindungi Mark kecil dari iblis yang menyerang kampung halamannya. Ia...